Monyet

16 0 0
                                    

Untungnya Bara bukan laki-laki yang terburu-buru. Melihat caranya tetap memperlakukan aku dengan baik, padahal aku tidak memberinya jawaban. Dia tidak memaksaku memberi kepastian. Hubungan kami berlanjut begitu saja bagaikan sungai yang mengalir. 

Di malam hari kami menyempatkan waktu untuk bercengkrama lewat telepon, setelah dia pulang kerja dan aku sudah menyelesaikan segala urusan kuliah serta packing olshop. 

Menjalani hari yang panjang kemudian ditutup bersama dia adalah bagian menyenangkan dari jatuh cinta. 

"Ima suka hewan apa?" tanya Bara diseberang telepon. Dia selalu mencoba untuk mendekatkan diri, usahanya terlalu tampak untuk membuatku merasa aman dan nyaman. Ini tanda-tanda laki-laki yang sedang mencintai atau penasaran? Sayang aku tidak dapat menjawabnya sebelum perjalanan kami kami sampai di akhir. 

"Apa yah? Kucing, mungkin?" 

"Kok, ada mungkinnya? Kayak ragu begitu."

"Iya, soalnya kalau suka kucing, pasti akan pelihara kucing, kan?"

Terdengar tawa Bara yang pecah. Tampaknya dia heran dengan cara pemikiranku yang terlampau sederhana. Karena begitulah caraku berpikir. 

Sama halnya saat jatuh cinta, bukan? Aku berupaya memilikinya karena aku memang menyukainya.

"Kalau kamu suka kucing, kamu tidak harus pelihara kucing, kok. Kamu bisa kagum dengan sesuatu meskipun dari jauh."

Ah, Bara benar juga. Padahal selama ini aku juga pandainya mencintai dalam diam. Baru dengan dia aku mulai perjalanan baru yang lebih nyata. 

"Sebenarnya, akunya mau pelihara kucing. Tapi Ibu gak izinin."

"Kenapa?"

"Ibu terlalu bersih buat menyukai bulu kucing, apalagi bau pipisnya yang menyengat!"

"Begitu, ya.

Yah, begitulah. Ibuku tercinta meminta untuk berhenti memelihara kucing padahal baru dua minggu aku memintanya dari teman. Dia tidak suka dengan bulu lebat kucing yang dapat rontok di mana saja seperti di tempat tidur, lantai, dan bangku. Terlebih lagi dengan bau pipis dan tai kucing yang membuat aroma rumah menjadi kurang sedap, walaupun sudah ada pasir kucing. 

Mungkin rumah kami saja yang kurang luas, sehingga jikamemelihara kucing baunya langsung kemana-kemana. Aku perlu sukses untuk bisa membuat sebuah ruangan khusus untuk pelihara kucing, supaya segala hal yang aku cintai bisa aku dapatkan. 

Sehari setelah Ibu memintaku untuk berhenti memelihara, aku langsung menghubungi temanku. Mengatakan bahwa aku akan ke rumahnya untuk mengembalikan anak kucing yang sudah dia berikan. Jika aku tidak cepat melakukannya, Ibu akan membawa anak kucing itu ke warung makan yang tidak begitu jauh dari rumah. 

Sebaiknya aku kembali anak kucing itu kepada keluarga yang dapat mengurusnya jauh lebih baik. Akhirnya si "Abel", nama yang kuberikan, kembali dalam pelukan Ibunya. Sementara kakak dan adiknya sudah diberikan kepada orang lain sehari sebelum aku mengembalikan Abel. 

"Kamu sendiri suka hewan apa, Bar?" tanyaku melontarkan pertanyaan yang sama.

Supaya percakapan kami terbuka. Karena untuk menjalin komunikasi, tidak bisa hanya berasal dari satu arah.

"Aku pelihara monyet."

Aku cukup kaget mendengarnya, karena jawaban Bara cukup diluar ekspetasi. 

"Di rumah? Seriusan?"

"Serius, Ima. Namanya Boy. Dia lucu, manja juga."

"Kok, bisa?"

"Pelihara monyet gak ribet kayak kucing, Ima."

"Oiya?" 

Tapi meskipun begitu, di bumi ini lebih banyak orang yang menyukai kucing. Satu-satunya hewan yang dicintai banyak orang. Kegemasannya melampaui batas. 

"Aku belinya sama Vina. Jauh, di binjai kilometer 12."

"Vina?" 

"Si cewek aneh."

Posisiku yang semula terbaring, kini terduduk tegap. Bara membuatku kalut. Dia tidak tau saja kalau aku cemburu. Semoga heningku menjadi jawab. 

Tau kalau dia pernah pergi jauh dengan si cewek aneh saja sudah membuatku kesal. Ditambah lagi kalau Bara masih mengingatnya. Poin meledaknya ketika Bara menceritakannya denganku. Ah, dia berhasil membuat perasaanku menjadi kacau.

Bar, tolong lupakan semua tentang dia. Jikapun ingat, jangan ceritakan denganku. 



--



See u!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DesemberhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang