2. Tiba di desa

21.2K 1.5K 8
                                    

"ma ini rumah siapa?" Tanya Aldrick melihat sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu di depan mobil mereka berhenti"

"Teman mama, ayo keluar"

Aldrick sebenarnya tidak mau turun dari mobil saat sadar pijakan di depan rumah itu hanyalah tanah, tidak ada semen, atau aspal seperti di kota.

"Ayo!" Ajak Sarah

"Iya iya" pelan-pelan Aldrick mengulurkan kakinya, rasanya tidak rela jika sepatu kesayangan nya itu kotor terkena tanah

"Pak tolong keluarin kopernya ya" pinta Sarah pada bodyguard. Kebetulan Nick tidak ikut mengantar, Sarah hanya di temani supir dan 2 orang bodyguard mereka.

Merasa ada yang datang di depan rumahnya, Ainun segera keluar. Kemudian dia kagum dan terkejut melihat teman sekolah nya kini sudah datang

"Sarah"

"Ainun"

Ucap keduanya, saling menyapa

"Yaampun, kamu cantik sekali. Tidak ada yang berubah dari dulu sampai sekarang selalu sempurna" puji Ainun

"Ah, kamu bisa aja nun, kamu juga gak banyak berubah tuh. Kulitmu masih putih seperti dulu"

"Ahaha, ayo masuk dulu, semuanya" ajak Ainun

Mereka semua masuk, kecuali Aldrick yang masih berdiam diri diluar.

"Itu anak kamu yang mau dititipkan disini ya?"

"Oh iya, itu anak ku yang ku ceritakan kemarin"

"Oalah, tampan sekali ya, eh kenapa di luar aja dari tadi masuk nak" ajak Ainun.

Sarah memberikan tatapan seakan menyuruh Aldrick untuk masuk.

"Sebentar ya, aku bikinin teh dulu"

"Iya" jawab Sarah tersenyum.

Setelah beberapa menit Ainun kembali dengan membawa 5 buah es teh manis beserta kue kering.

"Maaf ya cuma bisa sediain es teh sama kue kering"

"Gapapa nun, ini juga udah ngerepotin kamu"

"Sudah kewajiban sebagai tuan rumah melayani tamu"

"Eh anak ganteng kenapa berdiri aja, silahkan duduk" ucap Ainun melihat Aldrick yang dari tadi cuma berdiri sambil matanya menelisik rumah itu.

Setelah berbincang-bincang Sarah pamit pulang pada Ainun, karena perjalanan yang juga cukup jauh menuju desa, takut kesorean di jalan

"Aku pamit pulang dulu ya nun" ucap Sarah.

"Iya, hati-hati ya Sarah" jawab Ainun.

"Loh kamu kenapa ikut masuk mobil juga?" Tanya Sarah melihat Aldrick yang mau masuk kedalam mobil

"Mau pulang lah ma"

"Kamu akan mama titipkan bersama Tante Ainun, kamu harus di disiplinkan"

"Tapi ma, Aldrick ga mau tinggal di desa!"

"Aldrick, kamu pilih di sini atau papa mu kirim ke tempat kakek mu agar di kirim ke Medan perang?"

"Aku ga mau ke Medan perang, bisa mati sia-sia aku"

"Makanya".

"Tapi ma..."

"Tidak ada tapi-tapian, atau hp kamu mama ambil"

"Ga mau, iya deh, aku bakalan tinggal disini, tapi sampai kapan? besok bisa pulang kan?"

"Sampai kamu menyadari kenakalan kamu selama ini. Jalan pak" ucap Sarah, mobil segera di jalankan dengan Aldrick yang tidak terima di tinggalkan begitu saja oleh mamanya.

"Ayo nak masuk"

"Tante, tolong bujuk mama saya buat jemput saya besok, saya ga mungkin bisa tinggal di sini" ucap Aldrick

Ainun hanya tersenyum, dia paham situasi nya, Sarah sudah menjelaskan nya semalam.

"Kamu hanya belum terbiasa disini, nanti juga kamu bakalan betah, ayo masuk sudah mau hujan" ucap Ainun.

Mau tidak mau Aldrick menuruti perkataan Ainun.

"Oh iya nak Al, Tante panggil gitu aja ya biar enak"

"Iya Tante"

"Nak Al tidurnya nanti disini ya, dirumah ini hanya ada 2 kamar, kamar Tante sama suami Tante dan kamar anak Tante, nanti kamu sekamar sama anak tante"

"Emang ga bisa ya aku tidur sendiri aja"

"Nanti deh, Tante ngomong sama anak tante kalau dia sudah pulang"

Aldrick memasuki kamar yang di maksud. Sungguh berbeda 180 derajat dari kamar miliknya. Dikamar itu hanya ada satu lemari plastik, satu buah meja belajar, satu buah ranjang yang tidak besar. Dan satu pot tanaman hias yang berada di atas meja belajar itu.

"Mama kok jahat banget ngirim aku ke tempat kayak gini?" Gumam Aldrick.

"Bu, Zenan pulang"

"Bapak pulang"

Suara suami dan anak nya itu membuat Ainun tersenyum. Tidak ada hal yang membahagiakan selain menantikan anak dan suami pulang dengan selamat saat pulang kerumah.

"Aduh kalian berdua basah kuyup, ayo segera mandi, nanti sakit"

"Aku duluan pak" ucap Zenan berlari ke kamar mandi.

"Bu, apa anak teman ibu sudah tiba?" Tanya sang suami bernama Farhan kepada istrinya.

"Sudah pak, dia ada di kamar Zenan"

"Syukurlah kalau sudah"

Zenan sudah selesai mandi, dia berjalan ke kamarnya, dia sudah berpakaian lengkap, Zenan selalu mempersiapkan pakaian nya di kamar mandi saat ingin membantu bapak nya ke ladang, biar tidak masuk ke kamar dengan badan kotor.

"Bu, itu sepatu siapa ya?" Tanya Zenan melihat sebuah sepatu mahal yang berada di rak sepatu mereka.

"Oh iya ibu lupa bilang, ada anak teman ibu yang akan tinggal disini, dia sekarang ada dikamar kamu"

"Hah di kamar ku?"

"Iya. Baik-baik sama dia ya, mamanya menitipkan dia pada kita"

"Iya Bu" jawab Zenan kemudian berjalan menuju kamarnya.

Zenan itu suka kebersihan dan menyukai tumbuhan hijau, makanya sampai ada tanaman di dalam kamar nya. Makanya sedari tadi Aldrick merasa aman-aman saja tiduran di kasur Zenan walaupun tidak seempuk kasur miliknya

Sesampainya di kamar Zenan cukup terdiam melihat pemuda yang menurutnya sangat tampan sedang tidur di atas kasurnya.

"Ah aku hanya tidak pernah menemukan yang seperti ini disini, mungkin kalau di kota sudah banyak kali ya" ucap Zenan, kemudian kembali keluar, membiarkan Aldrick yang masih tidur.

.
.
.

Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang