19. Pulang

16.5K 1.1K 12
                                    

"Zen kamu serius mau pulang?"

"Iya tante"

"Kenapa, apa kamu ga betah di rumah tante atau Aldrick gak mau nemanin kamu?"

"Gapapa tante, Zenan kangen ibu sama bapak, dan Zenan juga sepertinya lebih cocok tinggal di desa"

"Aldrick nyakitin kamu ya?"

Zenan hanya diam, dia tidak ingin perasaan nya diketahui oleh Sarah, cukup Aldrick saja mengetahuinya dan menolak nya mentah-mentah.

"Engga kok tante, Aldrick baik banget sama aku"

"Hmm. Tapi tante ga enak sama ibu mu, kamu pulang belum ada sebulan disini"

"Zenan kangen mereka tante. Makasih ya tante udah mau nampung Zenan disini"

"Biar tante anter ya"

"Zenan udah pesan taksi tante, tuh udah di depan, nanti bilangin om Nick makasih ya"

"Ga mau pamit sama Al ?"

" ga usah aja tante, Al nya juga masih tidur kan"

"Hmm yaudah, kamu hati-hati ya, salam buat ibu dan ayahmu"

"Iya tante, makasih ya, Zenan pergi dulu"

Sarah menatap mobil yang membawa Zenan, dia merasa kalau ada sesuatu yang membuat Zenan tiba-tiba pulang.

Kringgg.. telpon sarah berbunyi

"Oh iya mba, sebentar lagi saya kesana ya, bilangin orang nya minta tunggu sebentar saya jalan ke sana"

Sarah bergegas pergi ke butiknya. Sementara Aldrick yang baru bangun  mendapati tidak ada satu orang pun dirumah.

"Kemana tu anak ikutan gaada juga?"

"Zen?" Panggil Aldrick memanggil Zenan, Zenan biasa bangun lebih dulu daripada dirinya. Kalau biasanya dia mendapati anak itu sedang berada di ruang tengah menonton tv ini tidak ada.

"Ngapain gue nyariin anak itu sih, mungkin dia di depan kali"

Setelah mandi Aldrick bersiap untuk pergi untuk bertemu dengan teman-teman nya.

Saat pulang pada malam hari Zenan juga tidak ada, rasa penasaran mulai muncul. Aldrick menanyakan kepada mamanya.

"Ma, Zenan mana?"

"Zenan udah balik ke desanya"

"Loh kok balik. Mama usir dia ya?!" Tanya Aldrick dengan suara agak tinggi

"Sembarangan kalo ngomong. Mama ga mungkin lah usir dia, Zenan bilang dia lebih nyaman tinggal di desa"

"Sekarang bilang sama mama apa yang kamu perbuat hingga membuat Zenan pergi?"

"Aku ga ngapa-ngapain kok ma"

"Aldrick, dia itu baru di sini, seharusnya kamu temanin dia dong, kamu di jaga dengan baik di rumah nya, semantara kamu tidak berbuat demikian padanya"

"Mama kok jadi nyalahin aku sih?"

"Mama ga tau, mungkin ini cuma perasaan mama aja atau memang benar. Mama rasa Zenan menyukai mu" ucap Sarah, dia yang memang sering memperhatikan Zenan jadi tau kalau diam-diam Zenan tertarik pada Aldrick.

"Mama ngaco ah"

"Kan mama bilang cuma perasaan mama aja"

"Lagian kalo dia suka sama aku, mama gapapa gitu?"

"Mama sih oke aja"

"Kok mama gitu sih? Mama emang rela anak mama yang ganteng ini jadi gay?"

"Mama sih ga masalah"

"Yang benar aja ma, mama mau aku ga punya keturunan, mama ga mau gendong cucu gitu?"

"Huss kamu apa-apaan ngomong kayak gitu, ga boleh"

"Kan, iya emang dia bilang suka sama aku. Tapi aku bilang jangan berharap, aku ga bakalan suka sama dia"

"Jadi benar, kamu yang buat dia pergi?"

"Aku ga bisa paksain perasaan aku ma, mama ngertilah"

"Mama bilangin papa nanti" Sarah segera pergi, dan menyisakan Aldrick yang sedikit bingung dengan sikap mamanya.

"Mama apaan si, ada ya orang tua di dunia ini yang suka rela anak nya jadi gay?"

"Amit amit deh"

Sementara itu Zenan sudah sampai di rumahnya, Ainun langsung memeluk anak nya itu.

"Kangen banget ibu sama kamu nak"

"Zenan juga kangen sama ibu" Zenan balas memeluk ibunya.

"Gimana di kota sayang?"

"Emm gitu deh bu banyak gendung-gedung tinggi dan yah sangat ramai"

"Terus gimana rumah nya nak Al?"

"Besar bu, bahkan rumah kita ini hanya terlihat seperti dapur mereka saja"

"Wah, kamu betah ga tinggal di sana"

"Betah, tapi lebih betah tinggal di sini, sama ibu sama bapak"

"Hmm, yaudah ayo kita makan, kamu pasti lapar kan, lama di jalan"

Zenan memulai keseharian nya seperti biasanya, namun kadang ingatan tentang Aldrick terus muncul di setiap sudut rumah nya.

Dia harus mengubur dalam-dalam perasaan yang tidak akan terbalas itu.

"Aku harus lupain Al!"

Selama Zenan pergi Aldrick seperti kehilangan sesuatu, dia terus melihat tempat yang biasa Zenan berada.

"Mungkin karena gue terbiasa ada dia aja kali ya" ucap Aldrick.

Sebulan berlalu mereka berdua tidak saling bertukar kabar. Zenan yang memang ingin melupakan Aldrick berusaha tidak menghubunginya, sementara Aldrick menunggu Zenan menghubunginya.

"Ngelamunin apa sih?" Tanya Austin

"Emang gue ngelamun?"

"Iya, lo udah gue panggil dari tadi ga nyaut malah bengong aja, kesurupam lo?"

"Mulutnya" Aldrick memukul kepala Austin dengan botol air mineral kosong.

"Ayang aku di pukul sama dia" adu Autin pada Carly.

"Bodo amat" ucap Carly yang sedang asik main game bersama Bobby dan Gustin

"Zenan mana Al?" Tanya Carly

"Dia udah balik ke desanya"

"Yahh.. padahal gue pengen temanan sama dia" keluh Carly.

"Kalo Zenan tuh cewek pasti udah gue pacarin" ungkap Austin

"Ga perlu nunggu dia jadi cewek kalo mau jadiin pacar" kali itu Bobby yang bicara.

"Tumben amat lu ngomong"

"Lagi pengen aja"

"Bener loh Bob, gue juga mau banget sama dia, putih mulus gitu pasti pentil nya pink"

"Austin lo mau ga gue kasih jatah 2 tahun?" Ucap Carly yang masih asik dengan game nya.

"Ehh becanda sayang"

"Lo bedua pacaran?" Tanya Aldrick

Kedua nya hanya mengangkat bahu menghiraukan pertanyaan Aldrick.

"Tch, di jawab kek sialan!"

.
.
.

Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang