9. Puskesmas

16.7K 1.2K 22
                                    

"Astaga Zen ini panas kamu udah 3 hari ga turun loh" Ainun mengompres dahi Zenan menggunakan kain yang sudah dia basahi.

"Bawa ke puskesmas aja bu" suara Farhan dari luar kamar, dia berdiri di depan pintu sambil memegang segelas kopi di tangan nya.

"Zen kita ke puskesmas nanti ya" ucap Ainun mengelus rambut anaknya

"Ta-tapi ga di suntik kan bu?"

"Engga, cuma minta obat sama tensi aja kok" jawan Ainun bohong.

Zenan mengangguk, di bantu Ainun dia mencoba untuk bangun.

"Nak Al, bisa anterin Zenan ke puskesmas ga, tante ga bisa bawa motor dan ayah nya Zenan mau pergi ke penggilingan padi"

"Hmm, bisa tante aku ambil jaket dulu"

Setelah memakai jaketnya Aldrcik menghampiri motor beat yang terparkir di teras rumah, sambil menatap Zenan yang duduk dengan wajah pucat.

Zenan kini menatap Aldrick yang sudah duduk di atas motor, pemuda itu memakai jaket, celana panjang, dan sepatu membuat Zenan heran

"Ayo, ngelamun aja" ucap Aldrick.

Ainun menghampiri Aldrick kemudian mengatakan sesuatu "Al nanti bilangin dokternya ya suntik aja, tapi jangan ketahuan Zenan, nanti dia nangis" ucap Ainun.

Aldrick hanya mengangguk kemudian dia diberikan uang 50 ribu untuk administrasi.

Zenan sudah duduk diatas motor, namun Aldrick belum juga menjalankan motornya.

"Pegangan kalo ga mau jatoh, gue ngebut, panas nih" Zenan mengulurkan tangan nya dan memasukan tangan nya kedalam saku jaket Aldrick. Barulah pemuda berusia 22 tahun itu menjalankan motornya.

Dengan arahan Zenan akhirnya mereka sampai di puskesmas yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Setelah itu Aldrick langsung masuk dan menyampaikan apa yang diucapkan Ainun tadi pada dokter.

"Lo masuk, gue tunggu di luar"

"Iya" jawab Zenan kemudian dia mulai memasuki ruangan.

"Demam nya dari kapan dek?" Tanya dokter wanita bername tag Maya itu sambil melilitkan tensimeter ke lengan Zenan.

"3 hari yang lalu dok"

"Kamu ada keluhan seperti mual, pusing mungkin?"

"Gaada dok"

"Baiklah, sekarang kamu berbaring di bangkar ya"

"Untuk apa dok?"

"Gapapa baring aja, saya mau periksa kamu aja"

Zenan mulai merebahkan dirinya terlentang "tengkurap aja dek"

Lagi, Zenan patuh dia mulai berbalik. Tanpa curiga.

"Permisi ya dek" ucap Dokter itu kemudian menyingkap sedikit celana Zenan

"Saya mau di suntik ya dok?" Tanya Zenan panik saat dokter mulai mengoles Alkohol di pantatnya.

Hingga...

"Aaaa sakit dokterrrr"

Sesaat kemudian rasa dingin mulai terasa di kulit pantatnya, setelah dokter mengusapkan Alkohol kembali.

"Nah sudah, bentar aja kan" ucap dokter bernama Maya itu, kemudian duduk di kursi nya untuk memberikan resep obat.

Aldrick yang sedari tadi menunggu di luar langsung menuju ruangan dokter mendengar teriakan Zenan.

"Al hiks" Zenan langsung memeluk Aldrick yang masih berdiri di depan pintu.

Aldrick heran kenapa Zenan menangis sambil memegang pantatnya yang bekas di suntik. Kemudian dia tidak bisa menahan tawa nya

"Hahaha, lo nangis karena di suntik?"

"Hiks, pantat aku sakit Al" ucap Zenan yang masih memeluk nya.

Dokter Maya yang melihat itu gemas sendiri "ini obatnya, diminum sehabis makan ya, ini juga saya kasih vitamin biar nafsu makan nya kembali"

"Aldrick mengambil obat itu kemudian membayar. Awalnya dia pikir bayaran nya mahal ternyata uang 50 ribu yang di berikan Ainun pas-pasan. 25ribu untuk obat dan vitamin 25 ribu untuk biaya suntik. Begitu lah kalau di desa semuanya terjangkau.

"Udah ah ga usah nangis, cengeng banget lo jadi cowok kena suntik jarum kecil aja nangis apalagi..." Aldrick tidak melanjutkan ucapan nya kemudian menaiki motor.

"Tuh hidung sama pipi lo sampe merah" Aldrick mengarahkan kaca spion ke arah Zenan yang sesegukan.

"Hiks, katanya cuma beli obat tapi kok di suntik huaaa"

"Anjir Zen, sampe segitunya lo nangis, berhenti ga kalo ga gue tinggalin nih"

Zenan berusaha berhenti menangis dan menaiki motor. Sepanjang jalan dia menangis sambil membenamkan wajahnya di punggung Aldrick.

Sesampainya mereka di depan rumah Ainun hendak tertawa tapi dia tahan melihat ingus dan air mata Zenan yang sudah membasahi punggung Aldrick bahkan tercetak wajahnya di sana.

"Ya ampun anak ibu merah banget mukanya" ucap Ainun

"Nangis terus dia tan, mana di jalan di tanyain orang-orang lagi" jawab Aldrick.

"Aduhh.. maafin Zenan ya Al, kamu pasti ga nyaman, oh iya nanti jaketnya lepasin aja ya taroh keranjang cucian"

Aldrick melepas jaketnya, kemudian mendengus kesal melihat jaketnya yang basah.

Zenan kembali merebahkan tubuhnya, dia banyak menangis sampai membuatnya sakit kepala.

Sedangkan Aldrick merasakan perasaan nya menghangat dan sedikit gelisah karena Zenan yang terus memeluknya, terlebih dia mendengar ocehan tidak jelas Zenan sepanjang jalan.

"Masa iya karena gue udah lama ga di peluk?" Gumam Aldrick.

"Kayak bayi aja" gumam Aldrick yang mengingat Zenan tertidur dengan mata yang sembab.

"Nak Al, ayo makan malam dulu" panggil Ainun.

"Iya tan"

Aldrick yang sedari tadi merokok di teras rumah masuk dan menuju meja makan.

"Zenan gak makan tante?"

"Dia masih tidur"

"Ga di bangunin?"

"Nanti bangun sendiri kok nak Al, nanti bawain makanan aja ya ke kamar"

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Ainun mendapat telpon dari sarah, dia mengatakan akan menjemput Al sebulan atau dua bulan lagi. Karena mendengar Ainun mengatakan Al sudah banyak berubah dari pertama kali datang.

Keesokan harinya Zenan terbangun. Dia merasa tubuhnya sudah segar dan merasa lapar. Dia menatap Aldrick yang tidur lelap di sebelahnya, "ganteng" gumam Zenan kemudian tanpa sadar menyentuh rambut yang menutupi dahi Aldrick.

"Eh aku ngapain sih?" Gumam Zenan kemudian dia keluar kamar dan siap memulai aktivitas seperti biasa karena tubuhnya sudah sehat.

"Bu"

"Eh sudah sehat anak ibu"

"Iya bu" ucap Zenan tersenyum

"Ibu mau kemana?"

"Mau ngaterin bekal ayah kamu"

"Nanti aku aja yang nganterin bu"

"Kamu kan baru aja sembuh, nanti sakit lagi gimana?"

"Gapapa kok bu, aku sudah sehat kok"

"Ya sudah, tolong ya, oh iya setelah itu kamu mampir dulu ke rumah nya pak Hakim ya buat ngambil uang hasil jual padi kemaren"

"Siap bu"

.
.
.
Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang