Dengan berat hati Aldrick naik keatas pohon mangga yang buahnya hanya terlihat beberapa biji saja, dan pohon itu lumayan tinggi dan penuh semut.
"Ini serius gue naik pohon mangga?" Gumam Aldrick yang udah bertengger di salah satu dahan pohon mangga
"Buah nya mana sih ga keliatan!" Teriak Aldrick dari atas
"Ke kiri kamu sayang" ucap Sarah sambil terkikik, dia merasa senang mengerjai anak nya itu hari ini
"Mana sih ma?!"
"Coba kamu singkirin daun depan kamu itu pasti keliatan buahnya!" Teriak Sarah
"Aw aw Anjing semut merah!" Teriak Aldrick
"Kenapa nak Al?" Tanya Ainun yang membawa galah
"Banyak semutnya!" Teriaknya, dengan susah payah dia meraih satu buah mangga muda yang bergelantungan di depannya, hingga akhirnya tangannya berhasil meraih buah itu.
Dug...
Bukan mangga muda yang jatuh, melainkan Aldrick.
"Nak Al!" Teriak Ainun
"Astaga, kok di biarin manjat sih bu, kan ada galah?" Tanya Farhan
"Anjingg punggung gue!" Teriak Aldrick karena merasakan sakit pada punggung nya.
Zenan datang dengan wajah panik, dia segera menghampiri Al yang berusaha bangun di bantu ayah dan ibunya.
"Al... mangga nya gapapakan?" Tanya Zenan dengan mata yang berkaca-kaca, semua orang di sana tercengang, kecuali Sarah yang menertawakan ucapan calon mantu nya itu.
"Hahahaha.. betul Zen, periksa mangga nya ada lecet engga?"
"Lo serius khawatirin mangga dari pada gue yang jatuh dari atas pohon?" Tanya Aldrick
"Abisnya, mangga nya cuman satu kan?" Tanya Zenan, kemudian memgambil Mangga yang berada di tangan Aldrick
"Satu mata lo, tuh diatas banyak!" Aldrick emosi. Mamanya malah masih terbahak
"Sudah sudah, ayo masuk nak Al, nanti tante panggilin tukang urut deh" ucap Ainun.
Mereka mulai masuk ke dalam rumah, Zenan asik nyemilin mangga muda sedangkan Aldrick sedang diurut oleh tukang urut yang sudah langganan ayah Zenan.
Meskipun pijat kampung tidak selembut pijatan di spa, tapi jelas lebih terasa dan pastinya bikin sembuh, walaupun sakit dikit ketika di urut, hal itu tidak masalah bagi Aldrick.
"Sar, kamu ga papakan nginap dulu disini semaleman aja, kamu cuman berdua sama Al kan kesini tadi?"
"Iya, niatnya cuman mau jemput calman aja tadi, eh malah terlalu nyaman sama suasana disini"
"Kamu sedih Nun, kami bawa Zenan?"
"Ya pastinya Sar, rumah bakalan sunyi kalo cuma berdua aja"
"Kalian ikut aja, kan kita bentar lagi besanan, oh iya kalau ada waktu aku dan Nick akan kesini lagi, setelah Nick sudah balik dari luar negeri, kita omongin bagaimana baiknya hubungan mereka kedepannya" ucap Sarah.
"Baiklah, aku terserah Zenan saja, lagi pula aku baru tau kalau dia bisa mengandung, yang pasti Al harus tanggung jawab" ucap Ainun
"Tenang aja, Aku pastikan anak ku akan bertanggung jawab" jawab Sarah.
Setelah selesai nyemilin mangga muda, Zenan masuk kedalam kamar dan melihat Aldrick yang berbaring tengkurap
"Al, masih sakit ya punggung nya?"
"Hm" hanya itu jawaban dari Aldrick
"Maafin aku ya, aku ga maksud nyusahin kamu kok, aku juga ga tau kenapa tiba-tiba jadi kepengen banget mangga"
"Al, kalo kamu keberatan sama obrolan mereka tadi kamu bisa nolak kok, aku ga mau maksa kamu"
"Kamu bilang kamu masih mau punya rumah tangga sama cewek, terus punya anak jugakan, jangan karena kamu kasian aku hamil gini kamu ninggalin impian kamu" ucap Zenan menyendu, dia sebenarnya menahan sesak di dadanya saat mengucapkan kata-kata itu.
"Stop ngomong kayak gitu" ucap Aldrick yang mencoba duduk perlahan.
Zenan hanya diam, dia akan pasrah saja. "Sini" panggil Aldrick agar Zenan mendekat.
Zenan mendekat perlahan dan berdiri di depan Aldrick "lo harus lupain omongan gue waktu itu, mungkin ini keajaiban Tuhan buat lo agar bisa milikin gue makanya lo dibikin bisa hamil gitu" ucap Aldrick terkekeh
"Aku aneh ya Al? Sekali lagi kamu bisa nolak kok, aku ga akan maksa kamu buat tanggung jawab ke cowok aneh kayak aku"
"Heiii, dengar dulu... gue ga bilang lo aneh" Aldrick menaruh tangan besar nya diatas perut Zenan yang masih rata
"Benih gue udah tumbuh disini, gue ga perlu cari cewek lagi buat bikin anak, anak gue udah disini" ucap Aldrick membuat pipi Zenan merona.
"Al... hikss.. makasih ya" ucap Zenan memeluk Aldrick, lelaki yang lebih tinggi membalas pelukan erat Zenan.
Keesokan harinya mereka sudah siap untuk berangkat ke kota, barang-barang Zenan juga sudah dimasukan ke dalam koper
"Kita jalan dulu ya, aku pasti jagain Calman dan cucu kita" ucap Sarah memeluk sahabatnya.
"Iya, tolong jagain mereka berdua ya" ucap Ainun, Sarah mengangguk
"Om, tante, pamit dulu ya" ucap Aldrick.
Mereka mengangguk, sementara Zenan mendadah ke orang tuanya.
"Baik-baik ya sayang, nanti ayah sama ibu bakalan kunjungin kamu"
"Iya bu, Zenan bakalan baik-baik aja" jawab Zenan.
Mobil melaju perlahan dari halaman rumah Zenan, setelah melewati perumahan dan persawahan akhirnya mereka tiba di kota.
Aldrick melirik sebentar ke kursi belakang, melihat Zenan yang memejamkan matanya
"Ma bisa di usg ga, Aku mau liat beneran ada bayi nya atau engga?" Tanya Aldrick.
"Nanti nunggu 3 bulan dulu baru bisa, kenapa sih kamu ga percayaan banget, udah jelas Zenan itu ngidam"
"Dulu mama waktu ngidam kamu juga suka makan ice cream, makanya Zenan juga, bayinya udah tau dia dari benih siapa, makanya ngidamnya sama" jawab Sarah.
Akhirnya mereka tiba di rumah, Zenan masih terlelap dalam tidurnya, karena tidak ingin membangunkan nya Aldrick inisiatif menggendong bridal tubuh kecil itu, lucunya saat Aldrick menggendong nya jampol Zenan menempel dibibir mungil itu, terlihatlah Zenan tidur seperti sambil menghisap jempol tangan nya.
"Seperti bayi" gumam Aldrick.
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrick
RomanceAldrick yang pemarah tiba-tiba dikirim ke sebuah desa oleh orang tuanya, disana dia tinggal bersama teman lama ibunya dan bertemulah dia dengan Zenan, anak dari pemilik rumah itu. Hingga semakin lama Aldrick mulai biss berubah dan mendapat kenyataan...