5. Hajatan

17K 1.3K 57
                                    

Ainun sedang asik mengobrol dengan Sarah di telpon, sambil memberikan kabar kalau Aldrick sudah mulai terbiasa dan mulai beradaptasi di desanya.

"Wahh syukur deh kalo emang dia udah ada perubahan, sekarang di mana anak nya?" Tanya sarah di seberang telpon

"Lagi mandi tuh sama Zenan"

"Hah? Gimana gimana?"

"Zenan bantuin Al keramas, dia tadi kecebur di sawah" Ainun terkikik mengingat Al yang nyungsep di sawah karena terinjak belut.

"Eh kirain hehe"

"Kamu pasti mikir yang aneh-aneh kan? Memang ya ga pernah berubah"

"Kamu tau aku Nun, eh nanti lagi ya aku ada pembeli nih, terus kabarin perkembangan anak nakal ku itu oke"

"Iyaa"

"Belut sialan, gue jadi bau lumpur gini kan"

"Salah siapa mainin lubang nya, udah tau itu lubang belut"

"Mana gue tau, gue kira itu juga bisa di tanamin padi"

"Sini shampo nya, biar aku keramasin"

Aldrick menyerahkan botol shampo kepada Zenan. "Eh kok shampo cewek sih, shampo cowok ada ga?

"Apaan sih, ini shampo semua gender juga"

"Gue kalo pake shampo harus ada tulisan Man nya"

"Pakai yang ada dulu" Zenan langsung menumpahkan shampo ke rambut Aldrick mengusapnya lembut dan menjaga agar busa shampo itu tidak terkena mata Aldrick, seperti memandikan bayi saja.

Aldrick yang diperlakukan seperti itu merasa nyaman, terakhir ibunya memandikannya waktu dia berumur 8 tahun.

"Bantu sabunin juga dong" pinta Aldrick

"Sabunan sendiri aja, aku juga mau mandi" Tanpa malu Zenan melepas kaosnya di sebelah Aldrick, Aldrick melirik punggung putih bening Zenan terkaget, 'lebih mulus dari pada punya mantan gue cuy' pikirnya.

"Lo serius mau mandi sekarang?" Tanya Aldrick, Zenan berbalik menghadap dirinya.

"Iya, kamar mandinya muat kok"

'Gulp'

Aldrick meneguk lidahnya kasar melihat dua tonjolan berwarna pink di dada Zenan, meski rata tapi menggoda cuy. Itu pikirnya.

"Zen lo pernah mandi bareng cowok gak sebelumnya?"

"Sering kok"

"Hah?"

"Iya, kita biasa mandi di sungai, nanti aku ajakin kamu kesana" ucap Zenan

'Anjir ni orang, untung gue straight' batin Aldrick

"Kenapa liatin aku kayak gitu?"

"Siapa yang liatin lo"

Mereka berdua melanjutkan mandi nya, Al yang sibuk mengeluh karena sabun kurang berbusa dan Zenan yang acuh tak acuh mandi hanya pakai sempak saja

"Zen, Al, cepat mandinya kita mau pergi ke hajatan" panggil Ainun

"Iya bu" jawab Zenan

Zenan udah siap dengan batik dan celana kainnya, anak itu memang cocok memakai apa saja.

Sementara Al dia bingung mau pakai apa, jujur saja dia tidak pernah menghadiri acara hajatan di desa, walaupun pernah menghadiri acara wedding di kota itu juga di gedung.

"Loh kok pakai itu" ucap Zenan melihat Aldrick yang memakai kaos putih polos yang dia padukan dengan celana blue jeans.

"Kenapa, gue ganteng kok"

"Kamu gak bawa batik atau apa gitu biar formal dikit"

"Lo kira gue beneran mau datang kesini gitu sampai niat bawa-bawa batik segala"

Zenan berjalan menuju lemarinya, "eh gak mungkin muat deh" kemudian dia keluar kamar.

"Bapak, pinjam batik dong buat Al"

Aldrick yang mendengar itu langsung keluar, "Zen lo apa-apaan"

"Apanya, aku lagi pinjamin batik buat kamu"

"Gue gak mau"

"Sebentar, bapak lagi cari" jawab seseorang dari dalam

"Nah ini, pilih aja" Farhan menyerahkan 2 buah batik dengan motif kawung modern warna biru tua dan motif parang berwarna hitam yang hanya sedikit di bagian bawahnya

"Ayo pilih" ucap Zenan

Dengan terpaksa Aldrick memilih yang berwarna hitam saja. 

"Emang harus banget ya pakai ini, gue jadi kayak bapak-bapak tau ga"

"Celana nya ganti, jangan yang robek-robek gitu" ucap Zenan

"Lo ngeselin ya lama-lama"

"Buruan, atau mau di tinggalin?"

"Iya iya, cerewet"

Akhirnya mereka berempat berangkat menuju tempat hajatan, pernikahan anak kepala desa yang diadakan di malam hari dan besok pagi.

Meski malam hari, Aldrick tetap mencuri perhatian para warga yang datang, pasalnya mereka belum pernah melihat Aldrick, berbeda dengan para gadis yang memang sudah sering melihat nya bersama Zenan.

"Hei Zen, kamu sama siapa nih?" Beberapa orang yang terlihat seumuran Zenan menghampiri mereka.

"Hai Bay, ini Aldrick, anak teman ibu dia dari kota" ucap Zenan pada teman nya yang bernama Bayu

"Zen kok berangkat bareng dia?" Seseorang merangkul pundak Zenan

"Al tinggal dirumah aku bang" orang yang di panggil bang itu melirik Aldrick tak suka.

"Udah ngobrolnya?" Tanya Aldrick

Zenan menatap Aldrick "kalo udah gue mau makan, ayo" Aldrick menarik tangan Zenan menuju prasmanan.

Disela makan nya, Aldrick melirik kearah Zenan, yang matanya sesekali melihat kearah panggung yang menampilkan beberapa biduan sedang bergoyang.

"Siapa sih tu tadi?"

"Bayu" jawab Zenan tanpa menatap Aldrick

"Yang rangkul pundak lo tadi"

"Eh itu bang Anwar"

"Lo hati-hati sama dia Zen"

Zenan sontak menoleh kearah Aldrick "kenapa, bang Anwar baik kok"

"Ck. Mana ada orang baik lihatin nya sampai kayak gitu"

"Maksud kamu?"

"Nih ya Zen, gue ini udah sering ketemu yang kayak gitu, secara gue tinggal di kota hal kayak gitu udah biasa terjadi"

"Gue liat tuh orang suka sama lo"

"Kamu ini ngomong apa sih, aku kan cowok"

"Ck, susah ngomong sama orang kudet kayak lo"

Aldrick melanjutkan makannya, begitu juga Zenan.

"Zen, boleh ikut abang sebentar ga?"

"Kemana?" Tanya Zenan

"Temanin abang beli sesuatu"

"Bayu kemana bang?"

"Dia lagi kedepan, nyawer biduan. Yuk ikut abang sebentar" ajak Anwar

"Ga bisa, lo disini aja sama gue" ucap Aldrick

Anwar nenatap Aldrick "kamu siapa larang-larang dia buat temanin saya"

"Siapa gue itu gak penting" Aldrick lagi-lagi menarik tangan Zenan kali ini dia mengajak Zenan untuk pulang saja.

.
.
.
Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang