11. Pertama

23.2K 1.3K 69
                                    

Bayu dan Alif kini berada di rumah Zenan, Alif meminta maaf pada Zenan atas perbuatan abangnya.

"Zen maafin aku ya. Aku ga tau dia bisa berbuat kayak gitu ke kamu"

"Bukan salah kamu Lif, aku juga ga nyangka bakalan terjadi hal kayak gitu. Padahal aku cowok loh Lif"

"Tapi kamu gapapa kan Zen, ga sempat di apa-apain kan?" Tanya Bayu. Zenan menggeleng.

"Kok bisa ya bang anwar kayak gitu, apa dia suka cowok Lif?"

"Aku juga ga tau Bay, aku udah ancam dia kalau dia macam-macam aku bakalan laporin dia ke bapak"

"Apa kamu bisa jamin hal itu gaakan terjadi lagi?" Tanya Zenan.

"Aku jamin, karena bang Anwar itu takut banget sama bapak, dia pasti ga bakalam berani gangguin kamu lagi, terlebih bang Al juga udah hajar dia habis-habisan. Selagi kamu sama bang Al dia ga bakalan berani dekat-dekat".

"Aku malu banget kalau ada orang yang tau, kalian jangan beri tahu orang-orang ya"

"Iya, mulai sekarang aku juga bakalan awasin gerak-gerik bang Anwar, sehabis kejadian tadi dia ga keluar kamar" jawab Alif.

"Yaudah kalau gitu kita pulang dulu ya Zen"

"Iya, makasih sudah nolongin aku tadi"

"Iya, bilang makasih nya ke Al noh, dia yang dobrak pintunya keras banget" jawab Alif.

Zenan mendapati Aldrick yang sedang main game di atas kasur.

Sesaat kemudian Zenan yang merasa hawanya cukup panas berniat mengganti pakaian nya, sedari tadi dia menggunakan kemeja yang dia kancing sampai leher agar bekas yang di tinggalkan Anwar tidak kelihatan.

"Sialan!"

Aldrick mendekati Zenan. Membuat Zenan mundur satu langkah.

"Al kamu mau apa?" Tanya Zenan

"Mana bekas yang dibuat si brengsek itu?" Tanya Aldrick.

Zenan memperlihatkan bekas cupang di leher sebelah kirinya.

"Sialan. Biar gue hapus"

"Gi-gimana caranya?" Tanya Zenan

"Lo percaya sama gue ga?" Aldrick menatap lekat manik berwana hitam pekat itu.

"Iya"

"Lo diam"

Suck..

Aldrick menghisap leher Zenan tepat pada tanda yang ditinggalkan Anwar tadi.

"Akh, kam-kamu ngapain?" Tanya Zenan kaget.

"Udah" ucap Aldrick

Tib-tiba Zenan merasa wajahnya memerah, bahkan dia tidak merasa takut seperti saat Anwar menyentuh dirinya tadi.

"Al"

"Apa?"

"Aku boleh peluk ga?"

"Hah?"

"Iya, boleh peluk ga?"

"Ngapain lo meluk gue"

"Mau bilang makasih udah nyelametin aku tadi" Zenan memeluk tubuh yang lebih tinggi itu dan merasa nyaman ketika merasakan suhu tubuh Aldrick yang hangat.

"Kalo lo kayak gini gue ga jamin apa yang terjadi ke lo tadi siang terulang lagi"

"Emm. Kata Alif gapapa kalo aku terus di dekat kamu"

Aldrick merasa aliran darahnya mengalir cepat mendengar ucapan Zenan, jantungnya berdetak tak karuan.

Saat Zenan melepaskan pelukan nya wajah mereka begitu dekat. Hingga sesuatu seakan menyuruh Aldrick untuk mencicipi bibir pink Zenan yang terlihat menggiurkan.

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang