Zenan dan Aldrick kini berada di sawah untuk membantu panen, sementara Zenan sibuk memanen padi bersama ibu dan ayahnya, Aldrick hanya merebahkan diri di pondok sambil bermain hp nya.
"Al bantuin dong" teriak Zenan, anak itu sudah dipenuhi keringat, kulit nya memerah karena matahari sedang terik-teriknya
"Ga mau. Panas"
"Sama panas aja takut"
Diam-diam Aldrick mengambil foto pemandangan sawah dan Zenan yang sedang mengelap keringatnya. Dia tersenyum kecil kemudian mengunggah gambar itu di insta story nya.
"Udah Zen, nak Al tidak terbiasa, nanti dia sakit" ucap Ainun.
Zenan hanya berdecak sebal, sambil mengangkut karung-karung yang sudah berisi padi yang baru di panen.
Saat pekerjaan mereka hampir selesai tiba-tiba hujan turun, hari yang tadinya cerah tiba-tiba berganti mendung.
"Zen cepat berteduh nak, nanti kamu sakit" teriak Ainun yang melihat Zenan yang membantu ayahnya mengamankan karung padi agar tidak kebasahan.
"Zenan aja nih bu, bapak engga?" Ledek Farhan.
"Iya bapak juga"
Mereka kini berteduh di pondok berukuran 2x2 meter itu.
Ainun menegeluarkan bekal yany tadi dia bawa, ada nasi, ayam rica-rica dan daun singkong rebus.
"Nak Al bangun dulu, kita makan siang" ucap Farhan.
Aldrick duduk dan menatap makanan yang tersaji di depannya, sederhana tapi entah kenapa Aldrick selalu suka.
Entah kenapa rasa ingin pulang nya dulu tidak pernah lagi ada, dia akan menunggu hingga mama nya menjemput saja.
"Nak Al makan yang banyak ya, takut nanti badannya kurus kayak Zenan" ucap Ainun sambil tertawa.
"Iya tante, tuh dengerin makan tuh yang banyak" ucap Aldrick sambil mengambil piring nasi yang di berikan Ainun.
"Ini udah banyak, kalau lebih banyak lagi nanti kamu ga kebagian" Zenan memperlihatkan piring yang berisi nasi penuh.
Setelah selesai makan, mereka menunggu hujan reda untuk pulang, Zenan yang merasa tubuhnya kedinginan mendekat ke arah Aldrick yang dari tadi tidak terkena hujan.
"Apaan sih dekat-dekat"
"Kamu kan ga kena hujan tadi, jadi aku deketin biar aku ga kedinginan"
Tiba-tiba Aldrick melepaskan hoodie yang dia pakai dan memberikannya kepada Zenan
"Nih pake" Aldrick memberikan hoodie nya sambil matanya masih fokus pada hp nya.
"Makasih, tapi kamu ga mau pake?"
"Pake aja"
Hal itupun tak luput dari penglihatan Ainun dan Farhan yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka.
Hingga setelah 1 jam barulah hujan reda, mereka sudah bersiap untuk pulang, karung-karung padi tadi juga sudah di bawa ke lumbung, sebelum di proses nanti.
Setelah sampai rumah mereka mandi secara bergantian, dan yang paling terakhir adalah Zenan, dia memindahkan tanaman hias nya ke teras rumah karena tadi sudah tersiram air hujan.
"Zen mandi cepat, kamu tadi abis kehujanan" teriak Ainun.
"Iya bu"
Malamnya...
Aldrick yang tidak sengaja menyentuh lengan Zenan terbangun
"Panas" gumamnya, kemudian dia menempelkan punggung tangan nya ke dahi Zenan.
"Elah malah demam nih anak"
Aldrick menarik selimut hingga leher Zenan dan melanjutkan tidurnya. Hingga besok paginya dia kembali terbangun mendengar rintihan Zenan yang semakin erat membungkus dirinya dengan selimut.
"Tan, Zenan sakit tuh" beritahu Zenan pada Ainun yang sedang memasak.
"Astaga, pasti karena kehujanan kemarin. Nak Al tolong jagain Zenan sebentar ya, tante lagi masak. Nih kamu kasih obat sama teh anget ya" Ainun memberikan segelas teh hangat dan obat paracetamol.
"Obat aja nih tante, ga di kasih bubur?" Tanya Aldrick heran.
"Iya"
Aldrick membangunkan Zenan, menyuruhnya untuk minim obat
"Nih"
"Makasih" ucap Zenan yang perlahan duduk, meskipun kepalanya masih pusing.
Setelah itu Aldrick keluar dan menuju dapur dia berniat meminta Ainun untuk membuatkan bubur tetapi Ainun tidak ada jadilah dia mencoba memasak bubur untuk Zenan.
Sekitar 30 menit lamanya bubur buatan Aldrick akhirnya jadi, meskipun butiran nasi nya masih terlihat, tapi cukup empuk lah dimakan orang sakit.
"Makan dulu"
"Itu apa?" Tanya Zenan
"Bubur" Aldrick memberikan semangkuk bubur yang tidak terlihat seperti bubur pada umumnya pada Zenan.
Zenan kemudian menggeleng, dan menjauhkan mangkok itu.
"Walaupun bentuk nya kayak gitu enak kok, gue yang bikin ibu lo gaada" jelas Aldrick
"Aku ga bisa makan bubur" ucap Zenan kembali merebahkan dirinya
"Hah?"
"Ga mau tau lo makan, gue udah susah-susah buatin"
"Ga mau Al, ga bisa"
Aldrick langsung mengarahkan satu sendok ke Zenan, dengan terpaksa Zenan menelan bubur yang baru masuk mulutnya menggunkan air teh.
"Lagi"
"Ga mau" Zenan menenggelamkan dirinya ke dalam selimut, hingga Ainun mengetuk pintu kamar mereka.
"Ibu" rengek Zenan.
"Ibu, ga mau makan bubur" ucap Zenan dengan mata yang berkaca-kaca
Aldrick yang melihat itu terheran heran, perihal bubur sampai membuat Zenan ingin menangis.
"Kan ibu ga ngasih kamu bubur sayang"
"Al ngasih aku bubur" ucapnya sambil memeluk perut Ainun.
Ainun terkekeh, "Harusnya kamu berterima kasih dong, nak Al udah buatin kamu bubur"
"Yaudah nih kamu makan dulu burjo nya, nanti dingin"
Zenan mengangguk dan memakan burjo yang di berikan Ainun.
"Tu lo makan bubur!" ucap Aldrick masih tak terima.
"Maaf ya nak Al, Zenan memang tidak bisa makan bubur yang asin, sejenis bubur ayam dia ga bisa, bisa nya yang manis-manis" jelas Ainun memberikan pengertian pada Aldrick.
"Aneh" ucap Aldrick yang masih menatap Zenan memakan burjo nya.
"Oh ini untuk nak Al, tadi tante beli 2"
"Makasih tante tapi saya ga suka burjo"
"Eh ga suka ya" ucap Ainun, kemudian dia meletakkan burjo itu di atas meja belajar Zenan sebelum keluar kamar.
"Ibu taruh di situ ya, oh iya Zenan nanti kalau 3 hari kamu ga sembuh kita ke puskesmas" ucap Ainun.
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrick
RomanceAldrick yang pemarah tiba-tiba dikirim ke sebuah desa oleh orang tuanya, disana dia tinggal bersama teman lama ibunya dan bertemulah dia dengan Zenan, anak dari pemilik rumah itu. Hingga semakin lama Aldrick mulai biss berubah dan mendapat kenyataan...