21. Ngidam

21K 1.2K 14
                                    

Aldrick dan Sarah sedang berada di super market, sudah satu jam lebih Aldrick menemani mamanya berbelanja, bahkan troli yang dia dorong sudah benuh.

"Ma, ini lama lagi ga sih?" Tanya Aldrick bosan

"Bentar lagi dong Al, mama mau beli buah sama kue, masa datang kerumah calon mantu ga bawa apa-apa" ucap sarah. Dia memilih beberapa buah segar seperti anggur, apel dan mangga manis.

Setelah dirasa cukup Sarah menyuruh Al untuk mendorong trolinya ke kasir.

"Semuanya jadi 345.000 bu" ucap kasir.

Sarah segera membayar dan Aldrick membawa 2 buah kantong belanja yang penuh dengan belanjaan mereka.

"Al kamu mau kan tanggung jawab sama Zenan?" Tanya Sarah

"Sebenarnya aku ga percaya sih ma kalau dia hamil"

"Astaga, jadi kamu masih meragukan ucapan papa mu?, ayah nya Zenan lho yang bilang ke papa"

"Siapa pun pasti ga percaya ma, aku yang udah berapa kali ngew__

"Mulutnya" tegur Sarah, karena ucapan Aldrick

"Kamu gimana sih Al, padahal kamu dapat perawan nya Zenan, tapi Zenan ga dapet perjaka nya kamu, kamu hubungan sana sini, untung kamu ga kena HIV"

"Aku ga ngelakuin sana sini kok ma, cuman pernah 2 kali aja itu juga karena mabuk"

"Tetap aja, mama kecewa sama kamu"

"Mama~" rengek Aldrick yang di acuhkan oleh Sarah

"Lagian mama kenapa suka banget Aldrick jadi gay? Mama tu orang tua paling aneh tau ga?!"

"Terserah mama dong, yang ngelahirin kamu itu mama, mama mau kamu sama cowok itu juga terserah mama, mama harus ikut campur kalo mau nyari mantu"

"Terus kenapa harus Zenan? Apa karena dia anak teman mama?"

"Bukan gitu juga Aldrick, mama tau keluarga Zenan sangat baik, Zenan juga anak yang baik, pokoknya kalau kamu nge gay harus sama dia, udah kamu diem mama mau tidur!"

Aldrick hanya menggelengkan kepalanya, kenapa mamanya ini aneh sekali, tapi Aldrick rasa ucapan mamanya itu benar, Zenan itu sempurna untuk di jadikan istri

Sesampainya di rumah Zenan Sarah segera turun, sementara Aldrick kesusahan membawa barang yang di bawa oleh mamanya.

"Sarah" ucap Ainun segera menghampiri temannya dan Sarah memeluk Ainun.

"Zenan mama Nun?"

"Langsung nyariin Zenan aja Sar"

"Iyaa, mau nyapa cucu.. hihi" tawa Sarah

Sarah dan Ainun masuk ke dalam rumah, dan di susul oleh Aldrick.

"Al bawa apa itu?" Tanya Ainun

"Tau nih mama beli banyak banget" jawabnya

"Oh iya tadi kamu nanyain Zenan kan, dia lagi sama ayahnya nyari pepaya mentah"

"Zenan ngidam Nun?"

"Kayak nya sih iya, dia udah semingguan ini muntah terus kalo pagi"

"Morning sick?" Tanya Sarah, di angguki oleh Ainun

Aldrick hanya menyimak obrolan kedua sahabat itu sampai suara motor dan teriakan seseorang mengalihkan perhatian mereka.

"Ibuuu, liatt bu Zenan bawa kepiting banyakkk" teriak Zenan dari luar.

Mereka bertiga keluar dan melihat Zenan kaget karena anak itu berlumuran lumpur, bahkan pipinya sudah cemong.

"Eh ada tante Sarah sama Al" ucap Zenan, dia langsung menurunkan ember berisi kepiting itu dan berlari ke arah mereka.

"Astaga pak, anak nya diajak ngapain sih sampai penuh lumpur begitu?" Tanya Ainun pada Farhan yang terkekeh melihat penampilan anak bungsunya.

"Tadi cuman mau metik pepaya yang di pinggir sawah kita itu bu, tapi Zenan ga sengaja ke peleset terus kecebur dan pas bangun di tangan nya malah ada kepiting, jadilah kita nyari kepiting" jelas Farhan, Ainun hanya menggelengkan kepalanya

"Jatuh nya keras gak, terus tadi sakit gak?" Tanya Sarah, takut cucu nya dalam kandungan kenapa-napa

"Engga kok tante, dan aku jatuh nya pas lagi jongkok ngambil pepaya"

Sarah menghela nafas lega, sementara Aldrick hanya diam melihat Zenan yang tidak takut kotor sama sekali

"Yaudah mandi dulu sana, bau lumpur" ucap Ainun

Zenan dan Farhan mengangguk, mereka membasuh badan mereka di luar rumah kemudian masuk lewat pintu belakang untuk mandi.

Setelah mandi dan mengganti baju Zenan dan Farhan bergabung bersama ibu dan dua tamu mereka.

"Sini Zen dekat tante" ucap Sarah, Zenan mengangguk hingga rambutnya ikut bergerak-gerak.

"Gemas nya" ucap Sarah

"Kalo gitu aku mau masak dulu ya Sar, buat makan siang kita"

"Oke aku bantuin" ucap Sarah sebelum berdiri dia lebih dulu mencubit pipi gembil Zenan

"Zenan sama Al kalian ngobrol dulu berdua ya, bapak mau nyuci motor"

"Buah buat Zen di keluarin Al!" Ucap Sarah

Aldrick mengambil bingkisan berisi buah-buahan dan membukanya

"Nih buat lo" ucap Aldrick. Namun Zenan malah melengkungkan bibirnya kebawah

"Lo ga mau?"

Zenan menggeleng

"Lah ini udah di beli, makan buah bagus buat orang hamil" ucap Aldrick

Zenan kembali menggeleng

"Atau lo mau kue, nih" Aldrick mengeluarkan beberapa dessert dan juga bolu

"Engga mau!" Ucap Zenan kemudian dia berlari ke kamar.

"Anjir tu anak kenapa sih?" Aldrick menyusul Zenan

"Lo kenapa sih anjir, di tawarin ini itu ga mau, lo masih marah sama gue karena gue nolak lo waktu itu?"

Sambil membenamkan kepalanya di bantal Zenan menggeleng

"Terus?"

Zenan hanya diam "atau lo ga senang gue sama mama datang?"

"Bukan gitu hiks.."

"Lah kok nangis, kenapa hm?"

Namun pertanyaan Aldrick di abaikan oleh Zenan, anak itu malah berlari keluar dan menemui ibunya yang sedang memasak bersama Sarah di dapur.

"Hikss.." Zenan menagis sambil memeluk Ainun

"Kenapa nak, kok kamu nangis?" Tanya Ainun

"Loh Zen kenapa, di apain lagi sama Al!?" Ucap Sarah yang kaget tiba-tiba Zenan menangis

"Aku ga ngapa-ngapain kok ma, tan, orang dia yang langsung nangis"

"Yang bener kamu Al, kok bisa nangis gitu pas Zenan nya kami tinggalin sama kamu" Sarah sudah hampir marah namun tidak jadi ketika mendengar suara Zenan

"Ice cream.. hiks... Zenan mau ice cream"

Mereka semua melongo, hanya karena mau ice cream Zenan sampai nangis

Ainun terkekeh, dia lupa kalau anak nya ini menginginkan ice cream dari tadi pagi, dan dia juga bilang kalau Sarah dan Aldrick akan membelikan untuknya nanti tapi ternyata tidak ada.

"Astaga kok kamu ga bilang sih Nun?" Tanya Sarah

"Lupa sar, dan Zenan juga tadi tiba-tiba nyari pepaya kirain ga mau ice cream lagi"

"Udah berenti nangisnya, gue beliin lo ice cream, kalo perlu sama pabriknya!" Ucap Aldrick yang membuat Zenan berhenti menangis.

.
.
.

Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang