4. ke sawah

18.1K 1.2K 18
                                    

Pagi sudah tiba, matahari mulai menampakkan sinarnya, Zenan sudah bangun dari tidurnya, meskipun merasa badannya agak sakit karena tidur di sofa yang sudah keras.

"Ibu sama bapak duluan ya Zen, nanti kalau mau nyusul sekalian bawain bekal buat kita" ucap Ainun yang sedang bersiap berangkat ke sawah bersama sang suami.

"Iya Bu" jawab Zenan, pemuda berusia 20 tahun itu kini sedang memotong daun tanaman yang sudah tua di halaman rumah.

Dan juga mengeluarkan tanaman yang berada di dalam rumah agar terkena sinar matahari. Kini Zenan sudah mandi dan akan mulai sarapan, sampai di teringat seseorang yang tidur di kamarnya.

"Al bangun"

"Aldrick!"

"5 menit lagi ma"

"Aku bukan mama mu" ucap Jenan

"Sialan, itu lo"

"Kamu mau di rumah aja atau ikut aku ke sawah?" Tanya Zenan

"Gue di rumah aja"

"Ibu sama bapak juga berangkat, kamu bakalan bosan di rumah sendirian"

"Emang kesana ngapain?"

"Ya nanam padi lah"

"Ga mau gue, bisa-bisa kering kulit gue"

"Ya udah. Kalo gitu aku pergi sendiri, kamu bikin sarapan sendiri aja, makanan nya mau ku bawa semua ke sawah"

"Eh kok gitu"

"Di sini tuh ya, kerja dulu baru makan"

"Hah, gue bayar kok"

Aldrick berjalan menuju koper nya, menggeledah isinya, ternyata memang tidak ada uang atau kartu kredit yang di tinggalkan mamanya

"Gimana gue bisa hidup tanpa uang!" Teriak Aldrick panik.

"Makanya aku bilang, kerja dulu baru dapat uang"

"Ahh. Iya deh, lo tungguin gue, sisain sarapan buat gue juga"

"Iya, ku tunggu di meja makan"

Setelah selesai menggosok gigi dan mencuci muka, Aldrick duduk di meja makan. Beruntung kamar mandi di rumah Zenan cukup bersih. Jadi Aldrick tidak jijik.

"Itu makan dulu" ucap Zenan sambil memberikan sepiring nasi uduk dengan lauk tempe orek dan telur rebus yang di belah dua.

"Serius cuma makan pake ini?"

"Iya, ga mau makan juga gapapa, paling kelaparan"

"Gue minta susu dong"

"Gaada susu"

"Masa sih gaada?" Tanya Aldrick yang terbiasa minum susu setiap paginya

"Iya. Gaada yang minum susu di rumah"

"Aish. Gini banget hidup gue sekarang"

"Ayo makan, atau aku tinggalin"

"Iya iya"

Akhirnya Aldrick memakan makanannya, meski tidak begitu cocok untuk lidahnya karena belum pernah makan nasi uduk sebelumnya.

Selesai makan mereka berdua hendak berangkat ke sawah. "Kamu ngapain pake sepatu kayak gitu ke sawah?" Tanya Zenan melihat Aldrick yang memakai sepatu Jordan nya.

"Lalu gue pake apa?"

"Nih pake sendal aja" Zenan memberikan sepasang sendal jepit untuk Aldrick

Akhirnya mereka mulai berangkat, sepanjang jalan banyak orang desa yang memperhatikan Aldrick, bagaimana tidak Aldrick begitu menonjol, dia tinggi dan style nya sangat kota sekali berbeda dengan Zenan yang berada di sebelah nya. Zenan hanya memakai kaos kebesaran dan celana panjang yang agak longgar.

Yang mencolok nya perbedaan tinggi diantara mereka berdua, Zenan hanya sebatas bahu Aldrick saja, untuk wajah keduanya memang sama-sama menawan.

Para gadis desa yang melihat kedua orang itu berjalan berusaha menarik perhatian mereka dengan menyapa mereka sambil berdiri di pinggir jalan.

"Pagi Zen, kenalin dong sama yang di sebelah kamu?" Ucap mereka

Zenan hanya tersenyum, menjawab sapaan mereka. Dia tidak mau Aldrick merasa terganggu.

"Cewek-cewek disini keliatan dekat sama lo" ucap Aldrick

"Karena aku orang sini, jadi mereka udah biasa liat aku, memang suka nyapa juga sih"

"Wah lo populer dong di desa lo"

"Ga juga sih"

"Ini masih jauh ga sih?"

"Itu udah dekat"

Mereka berdua sudah sampai di sawah milik orang tua Zenan, Zenan meletakkan bekal yang tadi dia bawa, dia juga melepas sendal nya kemudian turun ke sawah

"Kamu juga turun, ngapain berdiri di situ"

"Ga ah, nanti baju gue kotor"

"Siapa suruh ke sawah pake baju bagus"

"Ini kan udah gaya sehari-hari gue"

"Iya deh. Atau kamu ga mau turun karena takut hitam ya?" Ledek Zenan

"Siapa yang takut hitam, biar gimana pun gue berjemur gue ga bakalan hitam, kulit gue udah gini dari kecil"

"Kamu pakai celana kolor kan?"

"Pake lah" jawab Aldrick

"Nah lepas aja Jeans nya, biar bisa bantuin aku"

"Kenapa lo maksa banget sih?"

"Ya gapapa sih kalo ga mau, paling ga dapat makan siang"

"Pasti ancaman nya kesini terus, mentang-mentang gue ga punya duit disini"

"Mau bantuin ga?"

"Iya iya. Cerewet banget lo jadi cowo"

Aldrick mulai ikut turun, awalnya dia geli menginjak lumpur tapi karena Zenan yang terus-menerus memprovokasi nya akhirnya dia turun.

" lo udah bantuin orang tua lo gini dari kapan?"

"Dari SMP mungkin"

"Hah serius, tapi kok lo ga hitam sih, malah kulit lo putih gitu, lo luluran sama lumpur?"

"Ini keturunan tau, kadang aku juga risih terlalu putih, pada di mirip-miripin sama cewek"

"Hahah. Kalo di kota cowok kayak lo pasti di senengin om-om"

"Untungnya aku tinggal di desa bukan di kota"

Zenan mulai mengajarkan Aldrick cara menanam padi, walau banyak padi yang rusak karena genggaman Aldrick yang terlalu kuat saat menekan akarnya.

Ainun yang melihat ini tersenyum, dia rasa Aldrick sudah mulai terbiasa, dia bisa memberikan kabar ini nanti pada Sarah.

.
.
.

Tbc

AldrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang