19. graduation day

1.5K 180 14
                                    

.

Seperti yang sudah dinanti-nantikan sebelumnya, hari ini Keila pergi ke sekolah dengan balutan toga berwarna biru tua bercampur merah marun yang malah membuatnya semakin terlihat kebesaran di tubuh mungilnya itu. Tak lupa juga ditemani oleh Tama dan Jennifer.

Setelah beberapa menit perjalanan, Tama memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan. Hari itu sekolah cukup ramai tak seperti biasanya. Keila yang memang diketahui selalu merasa tak nyaman berada di antara banyak orang seketika memasang wajah melas di depan sang Ibu.

"It's okay... Mami is here." Jenny menenangkan.

"Ada apa?" Tama melangkah menghampiri keduanya yang sudah turun lebih dulu, lalu menoleh pada Keila. "Kok pucat mukanya?"

Jenny tertawa geli. "Dia grogi. Yuk, masuk."

"JEYNIIII."

Baru beberapa langkah berjalan, ketiganya dikejutkan oleh suara menggelegar itu. Jenny yang merasa dipanggil kontan menoleh ke belakang, wanita itu mengangkat alis tinggi.

"Well, mereka lagi." Tama melengos malas.

Jenny langsung menyikut lengan Tama yang sempat ingin pergi, lalu wanita itu tersenyum pada tiga orang di sana. "Hei, Lis. Baru dateng?"

Lisa mengangguk seraya tersenyum dan berjalan mendekat. "Oh my God... cantik banget kamu Keila."

"Makasih, Tante."

"Btw, Pak Tama, kenalin ini Jaden, suami saya." Lisa menggandeng lengan pria tinggi berkacamata itu.

"Halo, saya Tama."

Jaden tersenyum dan balas menjabat tangan Tama. "Jaden. Senang bisa bertemu dengan Anda dan keluarga." Pria itu lalu menoleh pada Jenny, "Ngomong-ngomong, Lisa sering banget bicarain Anda kalau di rumah. Katanya dia seneng bisa punya teman--"

"Ck, diem deh." Lisa buru-buru menyikut pelan suaminya.

"Oh, ya?" Jenny sontak tertawa menanggapi hal itu.

"KEIII, OMG!!!"

Satu lagi teriakan membahana yang mengagetkan semua orang.

"Eh? Aduh..." Hanni langsung menutup mulut saat orang-orang itu kompak menoleh kepadanya. "Maaf semuanya."

"Kenapa?" bisik Keila.

"Itu acaranya udah dimulai."

"Wah, yaudah kalau begitu kita semua langsung masuk saja, yuk." Jaden melangkah lebih dulu bersama Lisa. Lalu diikuti oleh Tama dan Jenny.

Sementara Keila yang baru ingin beranjak seketika ditahan oleh Hanni, "Bentar duluu, pokoknya kita harus foto!"

"Nanti aja deh," tolak Keila malas.

"Please."

"Iya deh, ayo."

Hanni bersorak kecil, kemudian menghentikan Harris yang melangkah cuek melewatinya seraya menunduk memainkan ponsel.

"Kenapa nih?" tanya pemuda itu.

"Fotoin kita dulu."

Mau tak mau Harris menurut dan mulai memotret kedua gadis itu yang sudah melakukan pose bersiap untuk difoto.

"Dah, sekarang gantian." Hanni mengambil alih ponselnya dari tangan Harris kemudian menarik paksa pemuda itu untuk berdiri di sebelah Keila.

"Ngapain, dah?" tanya Harris tak paham. Keila juga ikut mengerutkan keningnya menatap mereka bergantian.

"Udah ayo siap-siap. Keii, aduh itu deketan lagi dikiiit aja," ujar Hanni gemas sendiri.

Keila menurut saja. Walau gadis itu agak terkejut saat lengannya tak sengaja bersentuhan dengan lengan milik Harris.

The VijendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang