"Begitu datanya udah masuk, kamu langsung kabarin saya ya, Zel. Awas loh, jangan ceroboh lagi kayak waktu itu."
"Siap, Bu."
"Yaudah, saya tutup ya telponnya." Setelah berkata demikian, Jenny lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. "Pak, nantinya berhenti aja di depan. Mobilnya jangan dimasukin ke dalam, saya mau ke kantor lagi."
"Iya, Bu," seru Pak Agus yang berada di kursi kemudi.
Setelah mobil itu berhenti di depan gerbang rumah Vijendra, Jenny melangkah keluar dengan menenteng tas merah marunnya. "Barang-barangnya langsung bawa ke dalam aja ya, Pak."
"Baik, bu."
Jenny melangkah melewati halaman rumah yang kelewat sepi--tak seperti biasanya. Menyadari tak ada tanda-tanda keberadaan motor Ajun maupun Jake yang biasanya terparkir di depan garasi membuat Jenny yakin jika kedua anak laki-lakinya itu sedang pergi keluar.
"Mami pulang."
Sesampainya di dalam, Jenny meletakkan tasnya di atas meja sambil sesekali mengedarkan pandangan mencari keberadaan penghuni rumah yang tak biasanya sepi begini.
"Keila?" panggil Jenny, melangkah menuju dapur. "Where are you?"
"Eh, si Ibu udah dateng. Gimana holiday-nya, bu, lancar? Hehe." Bi Emi yang baru menuruni anak tangga langsung menghampiri Jenny yang sedang meneguk minum di mini bar.
"Saya nggak holiday, bi," ucap Jenny lelah. "Oh, ya, Keila mana? Abang sama kakak lagi keluar, ya?"
"Mas Ajun tadi pergi disamper temennya gak tau kemana, kalo mas Jake sih bilangnya mau ke rumah Jay," jawab bi Emi.
"Kalo Keila?"
"Nah itu masalahnya, bu. Neng Keila dari pagi gak mau makan. Ini saya barusan abis ke kamarnya buat nganterin makan siangnya tapi tetep gak mau buka pintu. Dia di kamar terus, keluar cuma mau ambil mainan Lego-nya yang bekas kemarin di ruang tengah. Malah tadi malam gak keluar sama sekali." Penjelasan ringkas dari bi Emi berhasil membuat raut wajah Jenny berubah dalam sekejap.
"Maksud Bibi? Keila kenapa?"
Belum sempat bi Emi membuka mulut untuk menjawab, Jenny sudah lebih dulu pergi menaiki anak tangga dengan terburu-buru.
"Keila, sayang, ini Mami. Buka dulu yuk pintunya Mami mau ngobrol sebentar," bujuk Jenny seraya berulang kali mengetuk pintu.
Tak terdengar adanya jawaban dari dalam kamar membuat Jenny semakin khawatir. Wanita itu kembali mengetuk. "Hey, Mami punya sesuatu buat kamu. Boleh ya Mami masuk? Mami kangen kamu, pengen tahu keadaan kamu, sayang."
"All good, Mam." Akhirnya terdengar sahutan dari balik pintu yang membuat Jenny menghela napas lega. "Just leave me alone."
"Kei."
"Please...."
Mau tak mau Jenny mengalah dan memilih untuk diam. Wanita itu meraup oksigen sedalam-dalamnya kemudian menghembuskannya perlahan. Entah apa yang terjadi di rumah ini selama ia pergi. Semuanya benar-benar membingungkan.
"Bu? Ibu gak apa-apa?"
Jenny menoleh, melihat bi Emi yang berjalan mendekat. "Bi, tolong ceritain ke saya apa yang terjadi di rumah ini selama saya pergi."
"Gini, bu..."
୨୧
Biasanya setelah pergi bersama teman-temannya Ajun selalu menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke sebuah cafe. Walau hanya sekadar numpang duduk sambil minum kopi atau menghabiskan sebatang-dua batang rokok, Ajun melakukannya hampir setiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Vijendra
FanfictionPerihal dinamika kehidupan sehari-hari keluarga Vijendra yang tak lepas dari perilaku kelima penghuninya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dari si sulung yang pecicilan dan tak bisa diam, sampai si bungsu yang introvert dan amat sangat pendiam...