23. klimaks

1.4K 205 10
                                    

tolong vote n komen yh dik, aku ngetik chapter ini sampe migrain t__t




Pukul tujuh malam Tama keluar dari toko roti setelah membeli cheesecake untuk Keila. Ia sengaja mampir sebentar karena tahu gadis itu sangat menyukai makanan tersebut.

Sesampainya di mobil, Tama menemukan ponselnya yang tertinggal di atas dashboard tengah menyala. Lalu diambilnya benda tersebut sesaat setelah ia mendudukkan diri di kursi kemudi.

"Mas," panggil Jenny di seberang sana. "Kamu udah di rumah?"

"Aku baru mau pulang, ini lagi di jalan. Ada apa?" Tama menaruh ponselnya di antara pipi dan bahu sementara tangannya sibuk memakai safety belt.

"Oh, enggak. Aku cuma pengen tau kabar anak-anak aja sih. Btw, tadi aku liat snapgram Lisa ada Keila, lucu banget dia lagi ketawa-ketawa sama temennya."

Tama yang baru akan menghidupkan mobilnya langsung mengangkat alis tinggi mendengar kabar tersebut. "Apa? Keila lagi di rumah Lisa?"

"Loh, iya. Emang Keila gak bilang sama kamu?" Jenny balik melontarkan tanya seakan tak menduga akan hal itu.

"Enggak, tuh. Keila ngapain di sana?"

"Tadi sih sempet izin ke aku katanya ada party kecil-kecilan gitu. Kukira dia izin ke kamu juga."

Raut wajah Tama seketika berubah.

"Mas?"

Tama bahkan sampai tak menghiraukan seruan Jenny di seberang sana.

"Mas? Mas Tama!"

"Share lokasi rumah Lisa. Aku mau jemput Keila. Sekarang."

"O-okay. Tapi... kamu baik-baik aja, kan?"

"Iya, nanti aku telpon lagi."

Setelah mematikan sambungan teleponnya, Tama langsung tancap gas. Lalu mobil hitam itu melaju dengan cepat membelah jalanan yang lengang.

୨୧

"Itu jangan sampai gosong, anak-anakkuuu." Lisa si tuan rumah sudah sibuk sendiri kesana-kemari mengomentari mereka layaknya chef Renata.

"Tan, ini diolesin mentega lagi gak?" tanya Hanni yang sibuk membolak-balikkan daging bersama Lily dan yang lainnya.

"Gak usah deh itu udah mau matang."

Halaman belakang rumah keluarga Adams yang cukup luas itu kini disulap menjadi perkumpulan anak-anak muda. Dalam rangka tidak memperingati apa-apa Lisa sengaja mengundang teman-temannya Harris dan Lily untuk datang ke rumah.

"Tante masuk ke dalam dulu ya. Mau ngecek ke dapur sekalian manggil papanya Harris," pamit Lisa. Walau pandangannya tak sengaja jatuh pada putra bungsunya yang kini berdiri di dekat pemanggang. "Harris, don't eat that!"

Merasa dirinya sudah tertangkap basah dan seluruh mata tertuju kepadanya, Harris langsung melontarkan senyum tanpa dosanya dan meletakkan kembali daging matang yang hampir ia cicipi itu ke tempatnya semula.

Setelahnya, Lisa langsung pergi ke dapur. Di sana ada Keila, Vivi, dan Sarah yang sedang menyiapkan makanan.

"Hey, girls!!! Udah selesai? Langsung bawa keluar aja ya nanti Tante nyusul," titah Lisa pada gadis-gadis itu.

Keila kebagian membawa mangkuk besar yang berisi sayuran. Gadis itu agak kesusahan dan celakanya ia hampir oleng saat tak sengaja menabrak Harris yang berpapasan di pintu.

"Sorry, sorry, gak keliatan. Sini biar gue yang bawa," kata Harris yang langsung mengambil alih mangkuk dari tangan Keila.

Di halaman sana sudah ada tikar besar yang kini diisi oleh beberapa orang dan makanan lainnya yang sudah tertata rapi di tengah-tengah.

The VijendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang