Seorang laki-laki yang sudah rapih mengenakan seragam dobok—seragam taekwondo. Dia menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Bunda yang melihat anaknya terburu-buru itu segera menggodanya.
"Eh-eh, buru-buru, hayoo!"
Abzar langsung memakai sepatunya seraya menatap Bunda. "Bunda, bekal Aa mana?"
"Ini, udah disiapin." Bunda memberikan kotak bekal Abzar dan lelaki itu langsung memasukkannya kedalam tas.
"Aku berangkat latihan, ya, Bunda." pamit Abzar sembari mencium punggung tangan Bunda Leva. "Iya hati-hati, jangan ngebut-ngebut ya!"
Abzar mengacungkan jempolnya seraya keluar dari rumah. Dia memakai helm fullface dan menaiki motor berjenis trail. Abzar memang suka motor seperti itu, sedari kecil dia menginginkan motor yang cocok untuk pergi ke gunung. Tapi Abzar hanya suka motornya, untuk pergi ke gunung dia suka sih tapi jarang.
Sampai ditempat latihan membutuhkan waktu lima belas menit. Abzar segera memarkir motornya, lalu berlari masuk kedalam gedung tempat bela diri. Nafasnya tersengal sembari melihat sekeliling.
"Abzar, baru datang?" tanya sebeum Indra, pelatih taekwondo.
Abzar tersenyum memperlihatkan giginya. "Iya pak, kirain udah mulai taunya belum."
Pelatih Indra terkekeh, kemudian ia merangkul Abzar dan membuat instruksi untuk anggotanya berkumpul. Anggota yang terdiri dari beberapa orang dan ada kaum laki-laki serta perempuan. Mereka berkumpul didepan pelatih dan Abzar.
"Kita pemanasan dulu sebelum mulai, Abzar pimpin." kata Indra, dia berjalan meninggalkan mereka dan memberikan tugasnya itu pada Abzar.
Abzar memang sudah begitu lama berlatih disini, jadi posisinya yang sudah sabuk hitam menjadi senior. Bahkan jika coach Indra tidak ada, Abzar yang menggantikan mengajar. Tentu sudah banyak jurus bela diri yang dikuasai Abzar.
"Kita mulai pemanasan." kata Abzar mengambil alih.
Banyak perempuan disini yang menyukainya. Selain tampan, Abzar juga jago dalam melakukan aksi taekwondo. Bagaimana mereka tidak terpesona dengan Abzar. Bahkan saat ini, sedang asik-asiknya melatih murid bawahnya melakukan antraksi membelah triplek. Ia diganggu oleh gadis-gadis.
"Kak Abzar," panggil perempuan itu. Abzar menoleh dengan kening mengerut samar. "Apa?"
"Boleh minta nomor WhatsApp-nya gak?" katanya dengan malu-malu menyodorkan ponsel.
Abzar menatap datar hal tersebut. Dia mengambil ponsel itu dan mengetikkan digit angka yang pasti membuat gadis SMP itu kegirangan secara tertahan. Dia menoleh kearah teman-temannya dengan senyum lebar, memberi isyarat jika misinya berhasil.
Abzar memberikan ponselnya pada gadis itu dan berlanjut melatih. Gadis itu mengucapkan terimakasih sebelum pergi menuju teman-temannya. Abzar meliriknya, dia tersenyum miring. Tidak tahu saja, bahwa ia memberikan nomor palsu.
Bukan apa-apa, dia takut jika gadis itu akan menggangunya. Terlebih Abzar tahu jika dia anak kelas tujuh. Masih terlalu bocah untuk Abzar ladeni. Lebih baik ia bersikap acuh daripada membuat gadis kecil itu berharap.
....
Ayoo pembaca aku kemana inii
Sumpahh KESELL, kenapa sampe eror sih, nyebelin banget sumpahhDisini book baru Sazar ya
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] The Hidden
Teen Fiction#2 Sazar series Kisah ini hanya fiksi dan tidak satu jalan cerita dengan cerita yang pertama. Jadi kalau mau baca The Hidden lebih dulu tidak masalah. Menurut Abzar, cinta pertama itu adalah seorang ibu dan untuk kedua adalah sosok gadis manis yang...