AWAL SUKA

38 6 2
                                    

"Woi, ke lab, woi!" teriak Danu, dia segera mengambil tas lalu berlari secepat kilat. Memang seperti itu, kalau ada kelas di lab komputer maka mereka dengan cepat pergi kesana. Karena apa? Mereka akan berebut komputer.

Padahal komputer banyak, tapi ya, begitulah. Kadang ada yang eror bahkan rusak dibagian aplikasi yang sering mereka gunakan. Abzar dan kawannya pergi dengan cepat ke lab. Sesampai disana, ternyata ada anak kelas 10 OTKP-2 alias kelas perkantoran.

"Eh, dimana nih?" tanya Abzar pada teman-temannya yang berada disamping.

"Pojok weh," jawab Rano. Kelimanya melangkah ke belakang, berada dipojok sedikit menyenangkan. Lebih terasa AC-nya.

Abzar dan keempat temannya duduk di pojok belakang yang tidak ada komputernya. Sedangkan cewek-cewek antara kelas 10 OTKP dan RPL sedang rusuh dan mencari komputer yang bagus. Memang beberapa ada yang eror sehingga mereka sedikit berebut, jadi harus berbagi 2 sampai 3 orang.

"Lo dimana?" tanya Bintang seraya bangkit. Ia tak ingin tidak kebagian tempat komputer.

"Gue disini aja," ucap Abzar. Belah kiri pojok dekat kaca itu memang ada satu komputer tapi dia melihat ada tas milik seseorang di kursi yang sedang ia duduki. Jadi besar kemungkinan ada orangnya, tapi dia akan berbagi dengannya.

"Oke," balas Bintang kemudian menghampiri teman sekelasnya untuk berbagi tempat. Sama halnya dengan Rano, Pasha, dan Kenneth.

Mereka terpaksa berpencar mencari kebagian karena guru tadi mengatakan untuk berbagi menjadi sebuah kelompok antara 2 sampai 3 orang tidak boleh lebih. Jadi mereka berpencar, siapa saja ikut gabung.

Tapi beruntung pojok kiri yang Abzar tempati hanya dirinya dan seseorang yang belum datang itu. Abzar bosan, komputer pun hanya menyala dengan tampilan layar utama saja. Abzar tak mengotak-atik seperti teman-temannya yang lain. Dia sibuk bermain handphone.

"Abzar," panggil seseorang membuat Abzar menoleh. Abzar tak kenal, mungkin dari kelas OTKP karena kalau dari kelasnya ia jelas tahu siapa dia.

"Iya?" sahut Abzar sedikit menegapkan badan.

"Mau gabung sama gue gak?" tawarnya dengan senyuman manis.

"Thanks, tapi gak usah, gue disini aja. Masih kosong kok," Ada helaan nafas yang keluar dari mulut cewek itu. Abzar hanya tersenyum kikuk. "Yaudah kalau gitu, bye!"

Abzar hanya mengangguk lalu kembali bermain handphonenya saat cewek itu sudah pergi.

"Misi, ini tempat gue," Abzar mendongak melihat seorang perempuan berponi dan berambut panjang sedada. Abzar buru-buru bangkit dari kursi dengan mengambil tasnya yang tadi ia pangku.

"Bisa berbagi gak? Kita berdua, tugasnya gak bisa individu." kata Abzar.

Cewek itu hanya lihat Abzar lalu mengangguk. 'Oh, cewek cool' batin Abzar. Ia mengambil bangku disebalahnya dan berdekatan dengan cewek itu.

Tatapan gadis berambut panjang itu kearahnya dengan tatapan yang sedikit intimidasi. Abzar yang memakai masker itu sedikit ada salah tingkah. Untung ia pakai masker, karena bibirnya sedang berkedut menahan senyuman.

"Kenapa?"

"Lo punya banyak fans, ya?" tanyanya tiba-tiba.

"Hah?"

"Temen-temen sekelas gue pada natap kita." ujarnya lalu bermain dengan komputernya.

Abzar hanya mengerjapkan mata. Ia hanya diam sembari melihat kegiatan cewek yang entah siapa namanya sedang membuka website yang ia ketahui untuk membaca novel.

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang