16. Confes dan akhir

33 4 0
                                    

Sehabis pulang dari bioskop kemarin. Ada sedikit perubahan dihubungan keduanya. Setelah pulang pun mereka masih bertukar pesan semalam sampai melakukan sleepcall.

Senyum Safara tak luntur sembari menatap dirinya dicermin. Pipinya memerah mengingat pesan Abzar semalam yang membuatnya tidak bisa tidur.

Safara, cantik, imut, gemesin. Punya Abzar, kan? Harus punya aku sih

Yaallah, kalau Safa bukan jodohku maka jodohkanlah

Seperti itulah pesannya. Simple tetapi membuat hatinya terombang-ambing. Apalagi word of affirmation adalah love language-nya. Hari ini Safara mengepang rambut, ia biasanya mengikat rambut kuda atau bahkan dibiarkan digerai. Hari ini spesial, walaupun kesannya biasa saja dan tidak terlalu mewah. Tetapi bisa membuat wajah imutnya terlihat.

Suara motor berhenti didepan rumahnya. Safara buru-buru mengambil ransel dan memakai sepatu. Itu adalah suara motor Abzar, ya, dia menjemput Safara. Setelah selesai, cewek itu langsung mengibrit lari keluar kamar.

"Lama gak?" tanya Safara seusai membuka pagar. Abzar memasukkan handphonenya ke saku celana. Ia menatap lamat Safara yang terkesan beda penampilannya.

Cewek itu memicing, "Kenapa sih?"

"Aneh, oh, ternyata rambut kamu yang beda." ujar Abzar sembari tersenyum tipis.

"Emang kenapa? Jelek ya?"

"Cantik. Nambah imut kalau dikuncir gitu," puji Abzar. Safara menahan senyumnya, dia langsung memakai helm dan menepuk bahu Abzar. "Ayo berangkat, gak usah gombal pagi-pagi!"

"Siapa yang gombal, faktanya kok. Gemesin pacar aku." Safara menghela nafas, ia tak menggubris karena jantungnya tidak aman.

Motor Abzar pun melaju meninggalkan rumah Safara. Dimotor tidak ada percakapan apapun. Abzar selalu melirik ke kaca spion, tepat ia arahkan ke Safara. Cewek itu menyadari, dia berusaha menahan saltingnya, bahkan sampai menutup kaca helm.

Dibalik helm pun Abzar menahan tawanya. Tingkahnya yang salting sangat terlihat, cewek itu benar-benar membuat Abzar gemas. Sampai motornya berbelok masuk ke pekarangan sekolah. Abzar memarkirkan motornya ditempat biasa. Safara turun dari sana, matanya sudah menangkap orang-orang yang memperhatikan dirinya.

"Aku duluan, makasih, ya." ucap Safara langsung berlari kedalam gedung sekolah. Bahkan saking cepatnya Abzar sampai tidak bisa menahan cewek itu pergi.

Abzar juga tidak langsung pergi ke kelas, dia ke warung Bams saat melihat teman-temannya disana. Seperti biasa, layaknya anak cowok remaja yang sering menongkrong sebelum bel bunyi.

....

Hubungan baiknya dengan Abzar, Safara ceritakan pada teman-temannya. Reaksi mereka sudah bisa ditebak oleh Safara. Heboh berlebihan dan senyum menggoda. Ya, seperti itulah. Bahkan godaan itu tak berhenti sampai waktunya istirahat.

"Lo kudu satu meja sama Abzar, Saf." ucap Flasha.

"Gak, lagian meja pada penuh gimana mau duduk duaan." cetus Safara.

"Ya, lo sewa'lah!" balas Nada.

Safara berdecak. Ia pergi mengajak Diandra untuk ke stand mie ayam daripada bersama keduanya yang hobinya menjahili. Tatapannya menangkap Abzar bersama teman-temannya yang memasuki kantin. Abzar menghampiri Flasha dan bertanya keberadaan cewek itu.

Safara buru-buru menatap kearah lain, pura-pura tak mengetahui Abzar datang dan mencarinya. Diandra pergi ke stand minuman sedangkan Safara mengantri memesan mie.

"Saf," panggil Abzar tepat dibelakangnya. Safara menengok dan tersenyum tipis. "Kenapa?"

Abzar menggeleng, "Beli apa?"

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang