4. Cari Perhatian

56 4 0
                                    

Hari yang ditunggu telah tiba. Bukan karena hari ini akan ujian dan Abzar semangat melaksanakan ujian tersebut. Hanya karena Safara seorang-lah yang membuatnya lebih bersemangat. Kedua orangtuanya sudah berdoa untuk kelancaran ujian Abzar.

Kini Abzar sudah berada diparkiran sekolah. Ia menyisir rambutnya dengan jari, melihat wajahnya dikaca spion. Ia tersenyum menampakkan lesung pipinya yang indah. Abzar benar-benar bersyukur mempunyai wajah seperti ini, sangat tampan.

"Bunda dulu ngidam apa, ya? Kok bisa anak cowoknya ganteng gini." Abzar terkekeh kecil dengan ucapan yang keluar dari mulutnya itu.

"Ekhem," deheman seseorang membuat Abzar tersadar lalu menoleh. Dia terkekeh kikuk kemudian meminggirkan tubuhnya.

Motor Abzar mana ada kaca spionnya, sehingga dia meminjam kaca spion orang lain. Disebelah motornya ini ada motor matic yang membuat Abzar ingin bercermin sebentar disana. Eh, taunya ada pemiliknya datang. Agak malu sih.

"Sorry, Lang, thanks juga ya!" ucap Abzar kepada Elang. Cowok tampan yang terkenal dingin, ia juga sering nongkrong di warung Bams. Dia kelas 11 Multimedia 4.

Abzar langsung pergi begitu saja. Memasuki kelas yang akan menjadi tempatnya melaksanakan ujian. Kenapa jantungnya jadi berdebar begini? Ia yakin bukan karena dia akan ujian tapi karena akan bertemu Safara.

"Yaallah semoga hamba gak gagal fokus karena sibuk liatin doi, yaallah, aminnn." Abzar langsung mengusap wajahnya dengan tangan yang tadi menengadah guna untuk berdoa tersebut.

Lelaki itu segera masuk kedalam kelas. Rupanya sudah lumayan banyak orang. Agak menyebalkan karena sekelas dengan Rano, Pasha, dan Kenneth. Tapi beruntung ia dijauhkan duduknya dengan mereka. Walau Rano sedikit dekat dengannya. Tapi tidak apa-apa, ia tak akan mempermalukan dirinya sendiri didepan Safara.

"Woi, Zar, sini!" teriak Pasha memanggil dirinya. Abzar mendekat pada mereka dan bertanya tempatnya dimana. "Gue duduk dimana?"

"Dibawah," celetuk Rano menyebalkan.

Abzar mencebikkan bibirnya, ia segera duduk ditempatnya yang sudah diberitahu Kenneth. Teman sebangkunya belum datang, begitu juga dengan gadis yang Abzar cari pertama kali masuk. Rupanya gadis itu belum datang.

"Eh, sumpah gue belum belajar anjir." ujar Pasha sembari menggaruk rambutnya itu.

"Sueee! Rasain noh, semoga pengawasnya Bu Helen. Biar lo gak bisa nyontek!" sarkas Abzar dengan gelak tawa puas. Sama seperti Rano dan Kenneth yang ikut meledek Pasha.

"Ck, jangan gitulah, lo kan kalau ngomong kadang suka kejadian." ucap Pasha dengan memelas. "Mana pelajaran pertama matematika." sahut Kenneth.

"Kudu pake rumus, tah!" celetuk Rano.

"Urang bikin contekan weh, ya?"

Abzar menoyor kepala Pasha. "Seenaknya lo, buruan belajar sekarang. Hapalin dikit mah, kalau beneran Bu Helen yang ngajar kan berabe."

"Iye-iye," Pasha menatap mereka yang kembali fokus pada ponselnya. "Minjem buku dong."

"Lo gak bawa buku?" tanya Kenneth.

"Kagak, gue cuma bawa doa restu dari Mama aja." balas Pasha dengan cengiran yang membuat mereka jengah.

"Tuh ambil ditas gue," ucap Abzar. Dia kembali duduk di kursinya. Bertepatan saat itu, Safara masuk kedalam kelas. Hal tersebut disambut deheman keras dari Pasha yang membuat Abzar melotot dan menatap tajam lelaki itu.

"Asek, mejanya sebelahan." bisik Pasha menjahilinya. Abzar tetap memasang wajah tajamnya pada Pasha membuat lelaki itu langsung lari ke kursinya.

Safara duduk dengan Sasha kelas 12 jurusan PKM. Abzar ini duduknya sebelahan dengan Sasha dan sebelah gadis itu adalah Safara. Hanya ada jarak Sasha tapi tidak apa, yang penting bisa melihat wajah Safara.

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang