2. Ngobrol

86 5 0
                                    

Ada rasa dejavu ketika melihat lapangan bola. Bagaimana tidak, itu merupakan awal Abzar menyukai Safara. Dimana pandangan pertamanya hadir dan benih cinta perlahan muncul. Awalnya Abzar menepis perasaan itu, karena dia tidak mungkin bisa secepat itu menyukai seseorang.

Nyatanya memang begitu. Lama kelamaan dia sering bertemu dengan Safara, dan hatinya serasa ada ketertarikan untuk selalu mencari keberadaannya ketika ada di kantin.

Rasanya Abzar ingin mengutuk perasaan ini, karena apa. Dirinya merasa tidak ingin jatuh cinta dan mencoba fokus belajar. Namun, tidak bisa, perasaannya selalu tumbuh tanpa ada komunikasi. Ajaibnya hati Abzar begitu.

Kini Abzar bermain sepak bola dijam istirahat. Lagi dan lagi dia melihat sosok gadis yang ia sukai. Dia berada di taman dengan novel dan buku catatan yang selalu Abzar lihat. Mungkin disitu ada curahan hati Safara yang dituliskan olehnya. Abzar iri, siapa nama orang yang ada dibuku catatan Safara.

Sesekali Abzar tak fokus karena dia selalu memperhatikan Safara disana. Bahkan ia tak menggubris teriakan cewek-cewek dipinggir lapangan yang menyoraki namanya.

"Si Abzar banyak yang suka, ey!" ejek Trisna. Melihat bagaimana cewek-cewek disana melihat Abzar dengan tatapan damba.

Abzar mengendikkan bahunya acuh. Dia kembali berlari untuk mengejar bola tersebut. Andai saja Safara ada berdiri ditengah cewek-cewek yang menontonnya. Tapi, justru kalau begitu Abzar tidak akan suka. Menurutnya sosok seperti Safara-lah tipenya. Tenang. Menurutnya Safara itu gadis yang kalem dan menyukai ketenangan.

Sesaat, Abzar menoleh kearah Safara lagi. Lama. Dia masih memperhatikan gerak-gerik Safara yang rupanya tengah menatap lapangan. Sejenak, Abzar mengikuti arah pandang Safara. Kemudian dia tersenyum kecut.

Mungkin Safara memang jarang disukai lelaki lain. Tetapi, gadis itulah yang menyukai seseorang. Abzar sudah tahu, walau gadis itu menyembunyikannya dari orang-orang kecuali teman-temannya. Abzar tahu, tatapan dan gerak-gerik Safara menunjukkan semuanya pada Abzar. Abzar memang sepeka itu untuk mengetahui perasaan seseorang.

Rayhan Bimantara, kakak kelas yang menjabat sebagai ketua Osis disekolah. Kelas 12 TKJ-4. Sudah pasti dia terkenal, lelaki itu tampan dan banyak yang menyukainya. Termasuk Safara. Lumayan banyak interaksi keduanya karena mereka satu organisasi. Sifat Rayhan sama seperti dirinya. Dia juga friendly karena dia ketos, jadi harus terlihat ramah.

Abzar mendekat pada Rayhan dan merangkulnya. Mereka cukup dekat karena mereka sering menongkrong di warung Bams, jadi banyak orang yang tidak kenal jadi kenal disana. Abzar tentu malas memanggil Rayhan dengan sebutan 'kak' dan rupanya cowok itu juga tidak mempermasalahkan.

"Pelajaran TKJ susah gak?" tanyanya secara tiba-tiba.

Rayhan mengernyit bingung. "Kenapa? Ya, lumayan sih. Pelajaran di SMK gak ada yang gampang."

"Bener juga,"

"Kenapa? Mau pindah?" tanya Rayhan iseng, disertai tawanya. Sehingga terlihat gigi gingsul cowok itu yang terlihat sangat manis.

"Yakali! Bisa stres gue." kelakarnya.

"Udah ini mabar, sabi?"

"Gas!" Abzar pergi meninggalkan Rayhan untuk mengambil bola. Dia melihat kearah Safara, rupanya cewek itu sudah pergi.

Gue pastiin, lo jadi milik gue.

....

Sepulang sekolah, anak-anak cowok dari angkatan kelas 10 sampai 12 pada mampir lebih dulu ke warung Bams. Hanya sebagian, itupun anak-anak yang hampir dibilang anak geng. Padahal menurut mereka, siapa saja bisa join. Tapi, nyatanya hanya sebagian yang diisi oleh anak-anak cowok yang tak jaim dan sedikit berandal.

Abzar dan keempat temannya ikut serta menongkrong disana. Sedangkan sekolah perlahan mulai sepi. Walau tidak seluruhnya, masih ada beberapa murid yang mengikuti ekskul.

Kericuhan terdengar, kelimanya kompak menoleh. Ternyata Rayhan, laki-laki itu datang setelah rapat Osis dan itu dibuat heboh oleh teman-teman satu jurusannya.

Abzar mendecih. Ada rasa sedikit tak suka pada lelaki itu, karena hal itulah membuat Abzar jadi hilang respect dengannya. "Gue ke toilet bentar." pamit Abzar yang langsung beranjak berdiri.

Sedangkan ada seseorang yang tengah berjalan menghampiri warung Bams. Begitu sampai, dia terlihat ragu untuk menghampiri dan menemui seseorang disana. Gadis berambut panjang itu nampak menghela nafas. Langkahnya masih ragu untuk menghampiri karena melihat banyak cowok-cowok berkumpul.

Abzar yang sudah selesai di toilet kembali ke warung. Namun netranya menangkap seorang gadis dari belakang yang terasa tak asing baginya. Lantas Abzar menghampiri ketika matanya memicing untuk lebih melihat sosok yang berdiri dibelakang warung Bams.

"Hai," sapa Abzar dengan senyum tipis yang menyapa gadis itu.

Siapa lagi kalau bukan Safara. Gadis berbalut jaket baseball warna biru yang sering dipakai gadis itu tanpa rasa bosan. Jaket itu terlihat oversize sehingga lengan Safara tenggelam. Menambah kesan imut bagi Abzar.

"H-hai juga, emm Abzar. Gue boleh minta tolong?"

Dengan senang hati.

"Boleh, kenapa?"

"Ini, tolong kasih handphone-nya kak Rayhan. Tadi ketinggalan di ruang Osis." katanya sembari memberikan ponsel milik Rayhan.

"Oh oke, ini aja?" tanya Abzar usai mengambil ponsel itu.

Safara mengangguk. "Itu aja, makasih ya."

"Sama-sama," Dengan senyum manisnya ia pancarkan diwajah, sehingga nampak lesung pipi yang menambah kesan manis. Safara melangkah pergi meninggalkan Abzar yang masih tak bergeming dengan pandangan yang melihat punggung gadis itu menjauhinya.

"Setelah sekian lama, akhirnya gue ngobrol juga sama dia." Sejenak Abzar menatap ponsel Rayhan dengan senyuman yang masih tak lepas dari wajahnya. "Apa gue harus berterimakasih sama lo, Ray?"

Abzar kembali ke warung Bams. Dia menghampiri Rayhan yang tertawa bersama teman-temannya. Kemudian ia menyodorkan ponsel miliknya itu. Membuat Rayhan yang tampak bingung mengernyit.

"Handphone lo, ketinggalan di ruang Osis katanya." ucap Abzar menjelaskan. Rayhan mengangguk seraya menepuk jidatnya karena mungkin dia kelupaan. "Gue lupa, thanks ya, ini siapa yang ngasih?"

"Safara," jawab Abzar setelah mendaratkan bokongnya disebelah Bintang. Jarak ia duduk dengan Rayhan tidak begitu jauh. Rayhan hanya membulatkan bibirnya setelah itu lanjut mengobrol dengan teman-temannya.

"Lo ngobrol dong sama Safara?" tanya Bintang setengah berbisik. Abzar memberikan senyumnya yang membuat Bintang langsung paham.

"Rasanya mau gue tanya nanti nikah pake adat Jawa apa Sunda."

....

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang