Abzar memasuki kantin seorang diri sebab ia ditinggal oleh teman-temannya. Abzar langsung melangkah cepat ketika pandangannya menangkap keberadaan teman-temannya. Dari arah belakang, Abzar menepuk bahu Rano yang duduk membelakangi.
"Tega lu pada ninggalin gue!" ujar Abzar dengan mata sinisnya.
"Dih, lo lama, lagian ada apasih dipanggil Bu Erin?" tanya Pasha.
"Biasa, orang pinter ya berurusan sama guru." ujar Abzar dengan tampang sombongnya disertai tawa renyah.
"Idih najis!" cerca Bintang.
"Udah, pesenin gue makan dong, laper nih." titah Abzar.
"Ogah, pesen sendiri!" ujar Rano.
"Gue traktir," balas Abzar membuat teman-temannya saling pandang. Kemudian Pasha bangkit.
"Gue orang yang baik dan tidak sombong bersedia memesankan tuan makanan," katanya.
"Giliran denger gratisan aja pada tunduk," cetus Abzar. Ia lalu mengeluarkan uangnya dan memberikan pada Pasha.
Kemudian Rano bangkit, "Gue pesenin minuman ya?" tawarnya dengan niat baik namun ada maksud. Sebelum Abzar mengeluarkan sepatah kata, Rano sudah berlari menyusul Pasha.
"Buset pada gercep," celetuk Kenneth sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak ada ayang, bosen gue." ujar Abzar dengan wajah cemberut dan benar-benar seperti orang yang tidak punya semangat hidup.
"Lebay lo!" ketus Bintang.
"Eh, kita kapan PKLnya sih?" tanya Kenneth.
"Bulan depan," jawab Abzar.
"Bentar lagi dong,"
Abzar menegakkan tubuhnya sembari menatap mereka serius. "Bro, kasih ide buat nembak cewek dong."
Perkataan Abzar membuat Bintang dan Kenneth langsung menghentikan aktivitas makannya dan mereka menatap Abzar dengan terkejut.
"Gak cukup lo satu cewek?!" cerca Bintang dengan sinis. Bintang nih tipe cowok yang setia jadi dia tidak suka jika ada temannya yang punya banyak cewek atau sejenis playboy seperti itu.
"Kurang apalagi Safara?" tanya Kenneth sinis.
Abzar menghela nafas. Ia lupa memberitahu teman-temannya bahwa waktu itu Abzar dan Safara pernah putus dan kini hubungan mereka baik-baik saja namun dengan status mantan.
"Jadi gini gais, dengerin nih! Gue sama Sa—"
"Nih bos pesenannya," ucap Pasha seraya menaruh mangkuk berisi bakso dan minuman orange jus.
"Lah, kok bakso? Gue pengen mie ayam!" protes Abzar dengan alis menekuk tajam menatap keduanya.
Rano geram, ia menoyor kepala Abzar. "Tau diri, sat! Lo gak bilang mau apa, masih untung kita baik mau pesenin!" ucapan Rano diangguki oleh Pasha.
Abzar berdecak kesal. "Yaudah deh, thanks!" Ia menatap keduanya lagi karena merasa ada yang kurang. "Kembalinya mana?"
"Buat kita, lah!" seru keduanya.
"Lah, duit gue ada seratus ribu ya, masa buat lo berdua semua?!" cerca Abzar.
"Hadeh ribet," Pasha mengeluarkan uangnya lalu mengambil uang berupa lima ribu rupiah dan diberikannya pada Abzar.
"Anjing?!" umpat Abzar.
"Kalau mau traktir orang yang ikhlas," ujar Pasha membuat Abzar menatapnya sinis. "Bacot lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] The Hidden
Teen Fiction#2 Sazar series Kisah ini hanya fiksi dan tidak satu jalan cerita dengan cerita yang pertama. Jadi kalau mau baca The Hidden lebih dulu tidak masalah. Menurut Abzar, cinta pertama itu adalah seorang ibu dan untuk kedua adalah sosok gadis manis yang...