18. Mulai PKL

71 5 4
                                    

Safara sudah bangun pagi-pagi dihari pertama ia akan berangkat PKL. Dia juga sudah dihubungi oleh Abzar yang bangun pagi karena harus sekolah. Walau sedikit merana karena tidak ada pacarnya di sekolah.

"Nanti pasti si Rano ngejekin aku, yang, bilang gini. 'Yah gak ada ayang!" seru Abzar ditelepon.

Safara tertawa kecil mendengarnya. Ia yang sudah selesai memakai dasi pun mengambil ponselnya yang ia letakkan di nakas.

"Ya, emang kenapa? Toh, dulu juga kamu biasa aja, kan?"

"Beda! Dulu aku masih bisa lihat kamu walau dari jauh." cetus Abzar membuat Safara menghela nafas.

"Abzar, jangan lebay deh! Aku cuma gak ada disekolah, nanti sore juga bisa ketemu. Kalau kamu jemput aku!" ujar Safara, sekaligus mengode Abzar minta dijemput.

"Oh, jadi kamu mau aku jemput?" balas Abzar peka. Ia bahkan tak bisa menahan senyuman dibibirnya.

"Dih, enggak! Maksudnya tuh—"

"Aku jemput, Safayang. Kalau udah pulang kabarin aja ya, jangan pas kamu bubarnya. Tapi dari jauh-jauh jam mau pulang, biar kamu gak nunggu lama." kata Abzar. Itu sukses membuat perut Safara geli seperti ada yang menggelitik perutnya.

"Hmm, udah ya, aku mau berangkat. Bye!" pamit Safara. Ia langsung mematikan panggilan. Tak perduli Abzar akan marah dan mengomel diroomchat mereka.

Ya, fikirkan saja jantung Safara. Semenjak kemarin, Abzar terus membuat Safara terbang ke angkasa dan ia juga dijatuhkan dengan pikirannya sendiri. Yaitu, Abzar masih menggantung status mereka. Tak ada ungkapan Abzar minta balikan atau apapun itu. Pokoknya Safara digantung sama Abzar.

....

Safara ditempatkan dibagian subsidi. Bagian orang-orang dengan jobdesc mengurusi kredit rumah. Disana ia tak sendiri, tetapi ada dua orang anak PKL dari sekolahan lain.

SMK Sanjaya. Itu teman Safara ditempat PKLnya. Mereka baik, bahkan ia sudah diajarkan banyak oleh mereka. Diperkenalkan orang-orang yang ada diruangan tersebut, walau Safara sendiri masih belum bisa mengenal mereka dengan baik.

"Kamu mau ikut?" tanya Syilfa pada Safara. "Kemana?" tanyanya, balik.

"Ke ruang Pak Heri, biar tahu." jawab Syilfa. Safara mengangguk dan dia menurut saja, karena ia juga butuh tour diperusahaan ini.

Safara kira PKL sedikit susah dan takut jika dia tidak bisa. Ternyata lebih mudah dengan yang ia kira. Hanya mengantarkan dokumen, kebanyakan itu saja. Safara sedikit mengharapkan bermain komputer, tapi disini tidak.

Sampai jam menunjukkan pukul 12:46. Dimana para anak PKL turun kebawah untuk beristirahat. Mereka harus meminta izin terlebih dahulu kepada staff disana yang menjadi pembimbing mereka.

Safara tidak membawa bekal, dia lupa, padahal teman-teman yang lain membawanya. Jadi, Safara akan jajan, tapi dia harus menunggu teman-temannya selesai makan. Karena mereka akan jajan juga.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang