1. Namanya Safara

143 8 0
                                    

Motor yang memasuki kawasan sekolah menjadi pusat perhatian murid-murid disana. Seorang laki-laki yang mengendarai motor tersebut segera memarkirkan motornya kemudian dia membuka helm fullface yang menutupi kepalanya.

Membenarkan rambutnya yang berantakan, tak sadar jika tindakannya membuat para gadis disana sedikit memekik akan pesona Abzar. Tak bohong jika mereka menyukai Abzar, selain tampan. Cowok itu terkenal ramah dan social butterfly. Dia dekat dengan siapa saja, tak banyak perempuan menaruh rasa padanya.

Abzar tersenyum seraya menghampiri Pak Mahdi selaku pengurus sekolah. "Selamat pagi Pak Mahdi!"

Pak Mahdi yang sedang menyapu itu lantas menoleh lalu tersenyum lebar. "Selamat pagi Abzar anu kasep."

Mendengar hal itu Abzar tertawa. "Rajin banget nyapu, Pak. Semangat ya, saya tahu lelah tapi demi kebersihan sekolah, semoga keikhlasan bapak diterima sama Allah!"

"Aminnn!" sahut Pak Mahdi seraya menengadah kedua tangannya. "Abzar juga semangat belajarnya, biar makin pinter dan nilainya bagus-bagus!"

"Aminn pak! Kalau gitu saya duluan ya, mau ke kelas."

"Siap! Semangatt!" seru Pak Mahdi seraya memberikan gestur semangat pada Abzar dan dibalasnya oleh lelaki itu.

Abzar memasuki gedung sekolahnya. Sekolah kebanggaan Abzar, ia akui jika sekolah ini adalah sekolah impiannya.

SMK Daniel, sekolah kejuruan yang mempunyai banyak jurusan favorit. RPL, OTKP, Multimedia, Perbankan dan Keuangan Mikro, TKJ, serta BDP. Tak heran jika banyak yang ingin masuk ke sekolah tersebut. Pilihan jurusannya begitu banyak.

Laki-laki itu menghampiri teman-temannya yang sedang menongkrong di warung Bams yang artinya Abah Mansur. Warung itu sedikit terpisah dengan kantin. Kebanyakan warung ini ditempati oleh kaum cowok saja, jadi sedikit perempuan yang berani membeli jajanan disana.

Jika dikantin banyak makanan cepat saji seperti bakso, siomay. Kalau warung Bams itu warung biasa yang diisi snack jajanan seribuan dan kopi. Warung Bams terletak disebelah gedung kelas Perbankan. Jadi ketika masuk kedalam gedung sekolah, warung itu sudah terlihat karena keberadaannya yang diluar.

"Ajib nih ngopi pagi-pagi," seru Abzar. Ia duduk disebelah Rano.

"Sok tah Zar, mesen!" ujar Gagas. Kakak kelas Abzar dengan jurusan PKM, singkatan dari Perbankan dan Keuangan Mikro.

Abzar menggeleng dengan masam. "Perut aing engke nyeri!"

"Eh, Minggu depan ujian, kan?" tanya Fen. Cowok bule yang digilai anak-anak perempuan disini. Dia jurusan Multimedia.

"Eh anjir, males gue belajar. Nyontek ya!" ujar Agis kepada teman-teman satu jurusannya.

"Beda kelas anying!" sahut Bimas.

"Hah? Demi naon dipisah kelasnya?" tanya Doni dengan terkejut.

"Gue juga kata si Fasha, katanya emang beneran dipisah. Jadi semua jurusan diacak buat jadi satu kelas." jelas Bimas.

"Pusing-pusing dah tuh guru," sahut Abzar.

"Jurusan loba balaga hayang dipisah!" ujar Hengki

Tak lama bel berbunyi dengan nyaring. Kumpulan cowok-cowok itu terpaksa kembali ke kelasnya masing-masing sehingga warung itu sepi. Abzar, Rano, Kenneth, Bintang, dan Pasha kembali ke kelas. Yaitu RPL yang kelasnya sebelahan dengan kelas OTKP.

Kebiasaan cowok kalau sudah bel berbunyi bukannya masuk kedalam kelas, tapi malah nongkrong didepan kelasnya. Itulah kelimanya, mereka duduk nangkring didepan kelas sembari melihat anak kelas XI OTKP-2 yang sedang berolahraga di lapangan.

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang