8. 'sebagai teman'

38 4 0
                                    

Lelaki yang dipanggil itu menoleh, mendapatkan seorang gadis berambut panjang dan wajah cantiknya yang menjadi idaman para murid laki-laki disekolah. Bukan Safara, tetapi Sella. Perempuan yang pernah disebutkan Safara kemarin. Sella kelas 11 OTKP-3

Abzar akui cewek itu cantik, tipe idealnya juga sih. Gadis itu juga memiliki sifat yang persis dengan Safara. Mereka sama-sama pendiam dan introvert. Entah kenapa Abzar lebih menyukai versi Safara. Pacarnya sekarang.

"Kenapa, Sel?"

"Kemarin gue liat lo nembak cewek anak kelas perkantoran dua. Itu beneran?" tanyanya. Abzar mengangguk dengan senyuman. "Bener, dia cewek gue sekarang." katanya dengan bangga.

Abzar dan Sella bisa dekat dan menjadi teman karena mereka adalah tetangga. Rumah mereka hanya berjarak dua rumah. Maka itu banyak rumor yang mengatakan mereka berpacaran itu karena Abzar dan Sella waktu itu pernah pulang bersama. Sella memang menyukai Abzar namun tidak dengan Abzar. Hati lelaki itu sudah padat dengan nama Safara.

"Kok bisa?"

"Ya, bisa. Gue suka sama dia. Simple, kan?"

"Terus..." gantungnya. Sella tak berani melanjutkan kalimatnya itu, sedangkan Abzar sudah menatap Sella dengan bingung.

"Hm?"

Sella menggeleng, dia tersenyum kecut seraya menundukkan kepala. "Gue duluan ke kelas, ya, bye!"

"Eh, Sel."

Sella yang baru melangkah, sontak kembali lagi dihadapan Abzar. "Kenapa?"

"Gue lupa," Abzar membuka ranselnya dan mengeluarkan sesuatu. Sebuah coklat batang yang membuat Sella berbinar, dia menahan senyumnya serta rona dipipi yang memerah.

"Buat lo," Sella menerima itu dengan senyum tertahan. "Ma-makasih." Abzar mengangguk. "Dari Algin, gue cuma disuruh sama dia. Katanya malu, lo jangan mau dideketin dia, orangnya pecundang. Masa ngasih ginian aja gak berani." ujarnya menggebu-gebu.

Tidak sadarkah dia bahwa Abzar juga sama pecundangnya. Dia hanya diam-diam suka sama Safara selama setahun pula. Benar-benar pecundang. Selain itu, Abzar juga memanfaatkan dekat sana sini dengan perempuan lain demi menutupi siapa crush aslinya.

Sella yang mendengar itu sontak melotot, dia menatap nanar coklat batang ditangannya. Pupus harapan Sella yang berharap coklat itu dari Abzar. "Jadi, ini bukan dari lo?"

Abzar menggeleng. "Dari Algin itu, tadi ngasih diparkiran."

"Permisi," keduanya beratensi pada seorang gadis yang membelah jalan keduanya. Abzar tersenyum lalu menatap Sella. "Duluan, ya!" Sella hanya mengangguk dengan sendu.

Abzar menghampiri Safara yang tadi melewatinya. Sella melihat itu dengan tatapan iri. Dia iri pada Safara. Cewek itu mendapatkan Abzar dengan mudah tanpa berjuang lebih dulu sepertinya. Apakah dia akan berhenti? Mungkin, tapi entahlah. Banyak perlakuan Abzar yang membuatnya tidak mudah melupakan lelaki itu.

Sementara Abzar, dia menghampiri Safara. Tinggi gadis itu hanya 155 dan dirinya 174. Tubuh Safara hanya sebatas bibir Abzar, dengan mudahnya lengan Abzar bertumpu dibahu Safara. Gadis itu mendelik tajam.

"Tangan lo singkirin! Berat tau!" sarkasnya.

"Jangan cemberut gitu dong, gue gak ada apa-apa sama Sella. Tadi cuma ngasih coklat ke dia itu juga dari Algin. Tuh cowok suka sama temen gue." jelas Abzar menjelaskan sesuatu yang tidak membuat Safara cemburu.

"Gue gak perduli, lagian gue gak suka sama lo!" jawabnya.

"Lama-lama juga suka. Jangan gitu, nanti kalau nelen ludah sendiri gimana?"

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang