Beberapa menit setelah pertandingan yang penuh tantangan dan menghebohkan. Abzar dan teman-temannya berencana pergi ke Cafe. Mereka berseru di lorong yang sudah sepi. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kehadiran seseorang didepannya.
Tatapan yang diberikan Safara pada Abzar datar. Semuanya tiba-tiba hening, tak ada yang bicara sebelum kalimat keluar dari mulut gadis itu.
"Gue perlu bicara," kalimat itu singkat. Abzar tersenyum dan mengangguk. Ia menatap teman-temannya.
"Duluan aja, gue nyusul," katanya seraya menepuk pundak Bintang yang disebelahnya. "Mau samperin pacar."
"Elah, gegayaan pacar!" ledek Pasha.
Abzar tak menggubris dia hanya menyungging senyum setelah itu pergi mengikuti Safara. Teman-temannya berteriak untuk menunggu diparkiran dan Abzar hanya mengacungkan jempol.
Lelaki itu menatap keadaan sekitar yang sepi. Tepat di belakang kelas 10, Safara berdiri disana. Perasaan cowok itu jadi berdebar, mencoba berdeham untuk menetralkan detak jantungnya.
"Kenapa Saf?"
"Harusnya gue yang nanya kenapa? Kenapa gue harus jadi pacar lo? Lo kalau mau manfaatin cewek jangan gue. Gue cuma orang biasa, gak punya kepopularitas apapun. Lo salah target." gertak Safara. Nafasnya memburu, namun dia berusaha untuk menahannya.
Abzar yang mendengar itu sedikit terkejut ditambah dengan gadis itu menangis didepannya. Demi apapun, dia tidak berniat membuatnya menangis. "Eh, Saf, jangan nangis." Ingin menghampiri dan memeluknya tapi Safara malah mundur.
"Gue tau lo, lo famous Abzar. Lo juga kaya, sebenarnya apa yang lo suka dari gue sampai macarin gue?! Kalau gue dijadikan bahan tantangan, mending lo putusin gue sekarang!"
Abzar menggeleng. "Gue gak ada niat kayak gitu. Gue serius, serius suka sama lo."
Jantung Safara rasanya berdegup kencang, pipinya memanas mendengar penuturan itu. Pertama kalinya dia mendapat kalimat seperti itu dari seorang laki-laki.
"Kenapa bisa? Cewek kayak gue gak pantes lo sukain."
Abzar mengepalkan tangannya. Apa yang harus dia lakukan untuk bisa membuat Safara percaya jika dirinya memang benar menyukai gadis ini.
"Kalau emang gitu kenyataannya gimana? Lo orang yang gue sukai sekaligus cinta pertama gue."
Safara mendecih. Walau seperti ini, dia tidak boleh luluh. Cowok seperti Abzar sudah banyak. "Mending lo jujur, lo cuma jadiin gue bahan taruhan atau apalah itu! Iya kan?!"
Abzar menghela nafas berat. "Gue gak ada jadiin lo bahan taruhan, Saf. Gue beneran suka sama lo." Ia membasahi bibirnya sebelum berkata. "Gini deh, kasih gue kesempatan seminggu untuk ngebuktiin semuanya. Kalau misal dalam seminggu lo jatuh hati sama gue, bolehkan dilanjut pacarannya?"
Safara menatap Abzar dengan tatapan sulit diartikan. Sedangkan cowok itu sudah ketar-ketir takut ditolak. Perempuan itu menghela nafas dan mengangguk. "Oke, deal, gue kasih kesempatan."
Abzar tersenyum dalam diam, kepalanya menunduk tak berani menatap Safara. Keduanya sama-sama diam dan belum ada niatan untuk pergi.
"Abzar..." panggil Safara membuat Abzar langsung mendongak dengan mata bulatnya.
Tatapan cowok itu melihat Safara yang menatap kearah lain dengan begitu malu-malu. Oh, ayolah, kemana Safara tadi yang menatapnya tajam.
"Lo kan pacar gue sekarang,"
Mata Abzar sedikit membelalak, ingin sekali dia mencubit pipi Safara dan mengusap rambutnya. Sangat menggemaskan.
"Gue boleh minta sesuatu sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] The Hidden
Teen Fiction#2 Sazar series Kisah ini hanya fiksi dan tidak satu jalan cerita dengan cerita yang pertama. Jadi kalau mau baca The Hidden lebih dulu tidak masalah. Menurut Abzar, cinta pertama itu adalah seorang ibu dan untuk kedua adalah sosok gadis manis yang...