Rutinitas Abzar dihari Minggu itu dari jam 8 sampai jam 9 dia ada latihan Taekwondo. Jam 10 dia pulang, istirahat, makan. Lalu jam 12 ia kembali keluyuran pergi main bersama kelima sahabatnya, jalan-jalan motor dan nongkrong di kedai kopi.
Karena Abzar sudah mempunyai pacar, dia berniat akan pergi kerumah pacarnya itu. Safara bilang kalau dia lagi gak terlalu sibuk. Gadis itu jujur, tapi dia tidak tahu kalau Abzar akan datang menemuinya.
"Jam dua gua kesana," katanya pada orang yang diseberang sana. Telepon pun dimatikan. Abzar memasukkan handphonenya kesaku celana, lalu turun dari motor sembari memandangi rumah Safara dan sekitarnya.
Rumah itu nampak sepi, padahal ini dihari Minggu. Apakah keluarga Safara sedang berlibur? Tapi Safara bilang kalau dia ada dirumah. Abzar mengambil handphonenya lalu mengirim pesan pada Safara.
Bibir Abzar menyunggingkan senyuman, dia jadi gemas sendiri pada cewek itu. Tak lama seorang gadis muncul membuka pintu utamanya. Dari sini Abzar bisa melihat perempuan itu memakai celana pendek, kaos yang kebesaran menutupi sebagian celananya. Abzar menelan ludah sendiri, bagaimana bisa Safara keluar rumah dengan keadaan seperti itu?
"Lo ngapain kesini sih?"
Abzar masih diam, Safara tak kunjung membukakan gerbang. Dia berdecak dengan kediaman lelaki itu. "Woi!"
"Hah? Kenapa?"
Mata Safara memicing. "Mikirin apa lo?!" tajamnya.
Abzar berdecak. "Lo ngapain pake pakaian gitu keluar? Aurat lo kemana-mana,"
Safara melihat kebawah, dimana celananya begitu pendek bahkan terlihat tidak memakai celana karena tertutup kaos. Safara tak menggubris, dia kembali menatap Abzar sinis. "Ngapain kesini?"
"Mau main kerumah pacar, emang gak boleh?" ucapnya enteng.
"Gue lagi sibuk bebersih rumah, lo mending pulang." usirnya.
"Lo gak ada niat bukain gerbang gitu? Panas nih gue." Karena kasihan, akhirnya Safara membuka gerbang. Abzar masuk lalu memberikan sekantung plastik padanya.
"Apa ini?"
"Roti O, sama es krim mixue." jawabnya.
Safara menerimanya lalu tersenyum tipis. "Thanks, lo tunggu diluar ya, gue mau nyelesain yang didalam."
Abzar mengangguk. Sebelum Safara masuk kedalam rumah, ia lebih dulu menarik lengan perempuan itu. "Pake celana yang bener,"
Safara menelan salivanya lalu mengangguk pelan. Tatapan yang diberikan Abzar tadi sangat menusuk membuat jantungnya berdebar tak karuan. Abzar duduk dibangku yang ada didepan teras rumah Safara.
Dia memainkan handphonenya untuk berseru sebentar sambil menunggu Safara menyelesaikan pekerjaan rumah. Beberapa menit kemudian Safara duduk disamping Abzar dengan membawa kue-kue kering. Abzar meliriknya, pakaian yang dipakai Safara sudah normal-dalam arti gadis itu memakai celana training panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] The Hidden
Teen Fiction#2 Sazar series Kisah ini hanya fiksi dan tidak satu jalan cerita dengan cerita yang pertama. Jadi kalau mau baca The Hidden lebih dulu tidak masalah. Menurut Abzar, cinta pertama itu adalah seorang ibu dan untuk kedua adalah sosok gadis manis yang...