13. Baku hantam

28 3 1
                                    

Malam ini mungkin adalah malam yang terindah bagi Abzar. Malam yang tidak biasa, ini merupakan first untuknya bertelepon dengan perempuan selama itu. Ini disebutnya sleep call, mereka melakukan itu dijam 8 sampai mereka menutup mata untuk bermimpi. Sudah berdurasi 10 menit lamanya mereka teleponan.

"Zira masa nanyain lo mulu sih, dia jadi betah disini sama gue." katanya disebrang sana membuat Abzar terkekeh saat suara itu terdengar menggerutu.

"Pesona gue emang gak main-main sampe anak kecil aja takluk," ujar Abzar percaya diri.

"Cih, bye the way, Mamah gue bakal ada dirumah selama seminggu."

"Wah, gue bisa sering-sering kerumah lo dong, hahaha." kelakarnya dengan tawa kecil.

"Gak! Nanti yang ada adek gue centil,"

"Cemburu, ya?"

Sementara disana, pipi Safara memerah. Dia menggeleng keras, padahal Abzar tak akan bisa melihat gelengan kepalanya. "Gak ya! Gue cuma males aja ngeliat adek gue bertingkah centil."

"Iyain. Eh, besok gue jemput ya."

"Ngapain sih? Gak usah!"

"Gue jemput sih titik, mau ketemu adik ipar." ujarnya iseng. Abzar merebahkan tubuhnya dikasur, menatap dinding langit tak lupa bibirnya melengkung senyuman.

"Yaudah jemput Zira aja, anter ke sekolahnya."

"Emang dimana?"

"SD Ramida,"

"Buset, jauh bet!"

"Harus baik ke adik ipar, nanti dikasih bintang lima lho sama dia." Setelahnya Safara tertawa kecil membuat Abzar kena virus dengan tawanya. Ia terkekeh. "Gue beliin makanan aja buat dia, anak kecil kan suka dikasih makanan."

"Sok tahu, adek gue lebih suka duit."

"Iya?"

"Hm,"

"Yaudah gue kasih aja,"

Setelahnya hening. Baik Abzar maupun Safara diam, pikirannya random. Entah topik apalagi yang akan Abzar keluarkan sementara Safara yang ribet membuka topik.

"Abzar,"

"Hm?" Sebenarnya Abzar kaget karena Safara memanggil namanya duluan.

"Mau ganti nama panggilan gak?"

"Jadi apa? Ayah-bunda?" jahil Abzar disertai kekehan.

"Gila, alay! Itu bocah banget,"

"Hahaha. Kok tiba-tiba pengen?"

"Cuma awal pendekatan, gak salah 'kan gue mau menormalkan hubungan?"

"Berarti secara gak langsung, lo siap buka hati lo buat gue?"

Responnya diam. Abzar menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan mata. Ia ingin jawabannya sesuai ekspektasi, dia tak mau dijatuhkan lagi.

"Gue coba,"

Senyum Abzar terbit, dia sampai menggulingkan tubuhnya kesana kemari dengan pipi memerah. "Emm kalau gitu, kita pake aku-kamu?"

"Oke,"

"Coba dong,"

"Apanya?"

"Bilang aku-kamu," titahnya.

"Aku-kamu," balas Safara. Abzar memasang wajah datar sembari mengusak rambutnya seraya mendengus. "Bukan gitu sayang, kamu bilang sesuatu gitu sama aku."

[2] The Hidden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang