28. Arsen berduga

23.2K 2.4K 273
                                    

Helloww ramen🍜

Ramen, panggilan kesayangan dari aku buat kalian yaa, barangkali pembaca baru ada yg belum tau, atau pembaca lama pun belum tau? Gapapa yg penting sekarang tau.

Panggil aku bumi, atau semacamnya, jangan thor, atau min!

Bumi itu sebenarnya, bunda + umi, jadi gak ush panggil bunda bumi ya, aku singkat karena aku gak cuma nulis yg islami, jdi bumi itu udh paling cocok, ehehe.

Vote komen jangan lupa!

Sudah makan hari ini?

Jangan bawa tokoh cerita lain yaa sayangg, belajar menghargai sekecil apapun ☺️💓

Happy Reading 💓

••

"Fa bi-ayyi aalaaa-i robbikumma tukazzibaan. Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Kalau ada yang lebih dari bidadari, tandanya itu kamu, Za."

~Muhammad Azzam Elfahreza~

"Gue aneh, sama lo pada," celetuk Reygan, yang bingung dengan slogan gang Aodra Omorfos itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue aneh, sama lo pada," celetuk Reygan, yang bingung dengan slogan gang Aodra Omorfos itu.

Kini semua mata tertuju pada Reygan. "Maksud lo?" tanya Bintang bingung.

"Maksud gue-" Reygan sengaja menggantung ucapannya itu, membuat semuanya terlanjur kesal.

Langit menonyor kepala Reygan. "Ck! Lama lo," sungutnya kesal. Sedangkan Reygan? Dia malah cengengesan sambil mengusap kepalanya yang habis ditempleng oleh sahabatnya.

"Maksud Reygan, Aodro kan cinta perdamaian, tapi malah ngajak tanding," bukan Langit yang menjelaskan melainkan Vano, sekarang lelaki itu sudah mulai hangat lagi, mungkin masalahnya sudah selesai.

"Nah, itu maksud gue," katanya cengengesan.

"Cih, kebanyakan gaya aja lu Rey," sinis Sabian.

"Diem, yang," pinta Sabrina. Sabian tersenyum menuruti perintah pacarnya. Melihat itu Sabian langsung memeluk Sabrina dari samping.

"Anjing."

"Anjrit."

"Bangsat."

"Sinting."

"Anjim."

"Goblok," celetuk Kiara ikut-ikutan.

"Heh!" Semuanya kini mengarah pada Kiara, memarahi gadis itu, yang berani-beraninya berucap kasar. Memang benar, orang Indonesia itu paling susah untuk mengaca.

"Kalian kenapa? Kan Rara cuma mau ikut-ikutan," kata gadis itu, dengan tangan yang masih menutupi wajahnya.

"Lo gak boleh Ra, masih kecil," nasihat Kenzo, dia menarik Kiara ke dalam pelukannya.

AZZAMOZZA [terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang