Saat ini pasangan suami istri itu sudah berada di perusahaan yang dibangun sendiri oleh Gavrizel sejak dia masih bersekolah. Dan tentu saja dengan bantuan Ayah-nya.
"Izel, takutt..." Cicit Mella menunduk.
Sejak Mella mulai memasuki wilayah perkantoran ini, ia sudah dijadikan perhatian oleh beberapa karyawan. Ada yang menatapnya kagum, sinis, juga rasa tidak suka, membuat Mella menjadi gugup.
"Abaikan saja mereka. Bakalan aku colok nanti mata mereka yang memandang kamu rendah." Gavrizel semakin mempererat genggaman tangannya pada Mella.
Keduanya memasuki lift yang hanya dibuat khusus untuk Boss mereka itu. Ruangan Gavrizel juga berada di lantai 5, yang hanya ditempati untuk ruangannya, dan ruangan sekretarisnya saja.
"Akhirnya Anda datang juga, Boss. Meeting sebentar lagi akan dimulai, sebaiknya kita segera memasuki ruang meeting." Ujar Zero menghampiri mereka berdua.
Gavrizel mengangguk paham.
"Saya akan mengantar istri Saya dulu ke ruangan Saya, kamu bisa ke sana duluan. Saya akan menyusul nanti." Titah Gavrizel pada sekretarisnya.Zero mengangguk. Ia menunduk hormat. "Dimohon untuk jangan berlama-lama, Boss." Zero melangkah masuk ke ruang meeting.
Gavrizel membantu Mella untuk duduk di kursi kerjanya.
"Kamu tunggu di sini dulu, ya? Aku mau meeting sebentar. Ingat, jangan ke mana-mana!""Iya Izel, aku tunggu di sini kok, nggak bakalan ke mana-mana."
Gavrizel mengecup lembut bibir Mella. "Tunggu aku di sini sebentar." Gavrizel keluar ruangan untuk meeting bersama klien-nya.
"Kita tunggu Daddy sebentar, ya, sayang." Mella mengelus perut besarnya. Ia benar-benar tak sabar untuk menyambut Anaknya lahir ke dunia.
Mella mengambil ponselnya yang berada di saku ketika ponsel itu berdering. Ia menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima video call dari sahabatnya.
"Kenapa, El?"
"Eh, itu lo di mana? Kok tempatnya asing bener? Gue kira lo ada di rumah." Tanya Elise.
"Lagi di kantor suami gue. Lo kenapa telfon?"
"Gue mau minta saran lo dong, pilihin baju buat acara pertunangan gue nanti. Soalnya tadi Keenan ngasih gue beberapa gaun, nah gue disuruh milih mau pakai gaun yang mana."
Mella mengangguk paham. "Yaudah, coba lo pakai satu-satu gaunnya, nanti gue lihatin mana yang cocok buat lo."
"Oke, sebentar, ya!"
Mella memperhatikan Elise dari layar ponsel yang tengah menunjukkan satu persatu gaun yang dia pakai.
"Yang mana yang menurut lo cocok?" Tanya Elise setelah mengganti pakaian rumahnya kembali.
"Yang warna pink mengkilap tadi deh, yang terakhir lo pakai. Itu lebih pas dan cocok di tubuh lo."
"Gue juga tertarik sama gaun yang itu, sih. Yaudah, pas acara pertunangan gue pakai gaun yang itu aja. Btw, makasih, ya, udah mau bantuin gue."
Mella mengulas senyum tipisnya. "Sama-sama."
"Kalau gitu gue tutup dulu, ya, bye!"
Sambungan diputuskan sepihak oleh Elise.
Mella menatap langit-langit ruangan itu. "Gavrizel masih lama apa nggak, ya, meeting-nya? Mana gue laper banget lagi. Kamu juga laper, ya, baby?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE [END]
Novela Juvenil[ SUDAH END DAN PART LENGKAP✅ ] [ 21+ ] ----- Kisah ini menceritakan tentang seorang paman dan juga keponakannya yang saling mencintai. Iya memang, perasaan seperti ini sangat tidak wajar untuk dimunculkan. Namun, bagaimana jika keduanya tampak sang...