Sudah 8 bulan kehamilan Mella. Pada kehamilan bulan ke 7, Gavrizel dan juga Mella sudah mengecek jenis kelamin Anak mereka. Jenis kelaminnya adalah laki-laki.
Saat ini Mella tengah duduk dengan kaki diluruskan di sofa ruang tamu. Ia menonton film kartun kesukaannya, yaitu si dua botak kembar.
Mella melirik ke arah jam yang tertempel di dinding, menunjukkan pukul 1 lewat 15 menit. Wanita itu menghembuskan napasnya berat. Suaminya masih sangat lama untuk pulang.
"Bosen banget gini-gini doang." Keluhnya.
TOK TOK TOK
Mella mengerutkan keningnya.
"Siapa yang datang? Masa iya Izel? Kan nggak mungkin. Izel 'kan pulangnya sore-an."Mella berjalan ke arah pintu, ia membukanya.
Matanya membelalak terkejut ketika melihat siapa yang datang.
"Ma–mama? Papa? Ka–kalian ke sini?" Tanyanya gugup.
Mella meremas pegangan pintu saking gugupnya.
Clara menatap Anak semata wayangnya itu dengan senyum tipis. "Boleh kita masuk?"
Dengan cepat Mella mengangguk. "Bo–boleh Mah, Pah, ayo masuk."
Kini ketiganya sudah duduk di sofa ruang tamu.
Clara melirik perut Anaknya yang semakin membesar. "Udah berapa bulan?"
Mella menatap perutnya.
"8 bulan, Mah." Clara mengangguk."Kita ke sini mau minta maaf sama kamu. Maafin Mama sama Papa, ya, karena setelah acara pernikahan kamu, Mama sama Papa nggak nemuin kamu lagi. Kita cuma masih syok aja sama kejadian waktu itu." Ujar Clara.
"Iya, Papa juga minta maaf sama kamu, Mel. Maafin Papa karena waktu itu udah ngebentak kamu." Ujar Reza.
Mella hanya bisa tersenyum mendengarnya. "Nggak papa. Waktu itu kalian berhak marah sama Mella karena kelakuan Mella yang udah kelewat batas. Maafin Mella, ya, Mah, Pah? Maafin kesalahan Mella yang mungkin bikin kalian benci sama Mella." Tak terasa, satu titik air mata jatuh membasahi pipi Mella.
Clara menggeleng. Ia mendekati putrinya itu, lalu memeluknya.
"Nggak ada orang tua yang bisa benci sama Anaknya sendiri. Apalagi kamu Anak satu-satunya yang Mama dan Papa punya. Kita berdua nggak bisa benci sama kamu, dan nggak akan pernah, sayang." Clara mengelus surai halus putrinya.Mella membalas pelukan Mama-nya tak kalah erat. "Maafin Mella, Mah, sekali lagi maafin Mella." Ucapnya dengan isakan.
Clara mengangguk cepat.
"Iya sayang, Mama udah maafin kamu dari jauh-jauh hari."Mella melepaskan pelukan Mama-nya, ia menatap Papa-nya dengan tatapan sendu. "Papa mau maafin Mella?"
Reza tersenyum menatap putrinya. Ia mendekati Mella, lalu memeluknya. "Papa udah maafin kamu, sayang."
Mella membalas pelukan Papa-nya. "Makasih Pah, makasih Mah."
"Sama-sama, sayang." Ucap keduanya.
"Tante Keyla... Gimana, Mah?" Tanya Mella ketika sudah melepaskan pelukan Papa-nya.
"Tante kamu sudah pergi ke Amerika dua bulan yang lalu. Dia mau melanjutkan hidupnya di sana, jauh dari kita." Ucapan Clara berhasil membuat Mella mematung.
"Tante ke Amerika? Tante pasti benci banget sama aku." Mella menunduk lesu.
"Enggak, sayang. Tante kamu juga udah maafin kamu. Cinta emang nggak bisa dipaksakan. Kamu berhak bahagia, dan Tante kamu juga berhak bahagia. Kita doakan aja semoga Tante kamu bisa dapat jodohnya di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE [END]
أدب المراهقين[ SUDAH END DAN PART LENGKAP✅ ] [ 21+ ] ----- Kisah ini menceritakan tentang seorang paman dan juga keponakannya yang saling mencintai. Iya memang, perasaan seperti ini sangat tidak wajar untuk dimunculkan. Namun, bagaimana jika keduanya tampak sang...