Our Souls : 7

682 120 18
                                    

Hari yang cerah dengan sekantong koin emas yang ia dapatkan dari William. Tidak, jangan senang dulu... William tidak berubah. Ia memberikan kantong emas ini dengan terpaksa karena pihak kerajaan mengundang semua kaum bangsawan untuk datang ke pesta ulang tahun kaisar.

Oleh karena itu para wanita bangsawan harus tampil cantik dengan gaun baru. Jika gaun yang di pakai tidak mahal dan mewah maka akan di anggap penghinaan bagi keluarga bangsawan dan juga menghina pesta kaisar.

Tapi tetap saja yang di sayang adalah Marsa, karena wanita itu mendapatkan 50 kantong emas. Sudah tidak heran, dan Liozora pun tidak ambil pusing tentang itu.

Semahal apapun pakaian jika di pakai Marsa, tetap saja akan terlihat biasa saja. Berbeda dengan Liozora yang pada dasarnya sudah cantik, tinggi dan memiliki body yang bagus.

Lalu kenapa Liozora tidak di sayang suaminya? Kenapa Marsa yang biasa saja justru di sayang?

Jawabannya hanya satu ...

Karena Liozora yang dulu kurang gatal!

.

.

.


"Nyonya, pakaian ini sangat biasa..." kata Juvida.

Liozora mengangguk setuju. Tapi masih ada cara lain agar gaun nya terlihat mewah, mahal dan berbeda dari yang lain.

Pada dasarnya semua model gaun untuk para wanita bangsawan hampir sama. Mungkin yang membedakan nya hanya kain dan renda-renda di beberapa sisi.

"Siapa penjahit paling baik di daerah ini?" tanya Liozora kepada Juvida.

"Ah, saya tidak tahu pasti tentang itu. Ta-tapi saya punya kenalan yang memiliki bakat menjahit gaun dengan rapi, hanya saja dia miskin jadi tidak alat dan bahan untuk mengembangkan bakatnya."

Liozora tersenyum lebar dan menepuk pundak Juvida pelan. "Panggilkan dia untuk ku."

"Ny-nyonya yakin? Dia hanya orang miskin—"

"Memangnya kenapa kalau dia miskin? Toh bakatnya itu akan bernilai mahal."

"Tapi bagaimana dengan alat dan bahannya?" tanya Juvida.

"Dia punya bakat yang bagus, tapi terkendala di ekonomi nya. Aku akan membantunya, cepat panggil dia."

Juvida mengangguk semangat. "Nyonya, anda sangat baik. Saya akan segera memanggil orang it-"

BRUK

Tiba-tiba saja punggung juvida di tabrak oleh seseorang hingga terjatuh ke tanah.

"Aduh!"

"Jubaidah!" jerit Liozora, ia terkejut dan segera menolong juvida untuk berdiri.

"Pencuri, dia pencuri tolong tangkap dia!"

Dari jauh seorang nenek-nenek menjerit meminta tolong karena ada yang mencuri uang nya.

"Oh itu maling...jubaidah kau disini dulu ya, aku mau mengejar maling itu!"

"T-tapi nyonya-"

Belum juga juvida selesai berbicara, nyonya nya sudah berlari mengejar pencuri itu. Juvida yang takut jika nyonya nya kenapa-kenapa segera ikut berlari meski sangat lambat.

Disisi lain liozora berlari sangat cepat, menjinjing rok nya hingga ke atas sampai lutut putih nya terlihat.

"Woi!" teriak Liozora.

Merasa terganggu dengan sepatu jinjit nya, liozora melepaskannya dengan cepat dan ia tinggal begitu saja di jalan.

Orang-orang yang melihat liozora berlari sedikit terkejut, tentu mereka mengenal siapa liozora. Istri penguasa wilayah mereka, yang terkenal sangat anggun dan pendiam.

Tapi, hari ini... tampak sangat berbeda.

"WOI MALING!"

"Woi warga bantuin kek, malah ngelihatin aja!" teriak Liozora sembari berlari. Namun sayang, suaranya itu tidak begitu jelas terdengar oleh warga yang berada disana.

merasa semakin dekat dengan pencuri itu, liozora mengambil ancang-ancang untuk meloncat dan menendang punggungnya.

Satu, dua, tiga!

BUG

Liozora berhasil menjatuhkan pencuri itu hingga tersungkur ke tanah.

"Mampus kau! Macam-macam dengan ku, mana duit nya!"

Liozora segera merampas uang yang di genggam pencuri itu.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya pria yang sedang kesakitan itu.

"Manusia."

"Kontraktor, mengapa tidak memanggil saya saja?" tiba-tiba Demian keluar, menampakkan wujudnya.

"Astaga naga! Ih ngagetin aja!"

"Kenapa tidak memanggil ku saja."

"Lupa," jawab Liozora.

Demian membuang nafas panjang. "Aku seperti pengangguran. Ini benar-benar penghinaan," kata Demian kecewa.

"Kau siapa?" tanya pria itu. Ia bingung ketika laki-laki di depannya muncul tiba-tiba.

Demian melotot dengan mata memerah. "bajingan keparat!"

Demian langsung menendang pria itu hingga terseret beberapa meter, akibatnya pria itu langsung tidak sadarkan diri.

"Kejamnya..." gumam Liozora.

"Ayo kembalikan uang nya," kata Demian.

"Ayo-"

"Tidak usah berjalan kesana. Pakai sihirku, kita akan langsung sampai di hadapan nenek itu."

Liozora tertarik, ia mengangguk. "Ayo!"

Demian segera melafalkan sihir sembari memegang tangan liozora. Sedangkan disisi lain juvida berteriak memanggil nyonya nya.

"Nyonya, nyo-"

Tiba-tiba saja nyonya hilang bersama pria asing.

"Seharusnya aku mematuhi perintah nyonya agar tidak pergi kemana-mana. Kalau begini aku harus berjalan kembali..." ucap Juvida kemudian merengek akibat kelelahan.









.

.

Seeyanextchapter....

Semakin dekat untuk bertemu pemeran utama pria...

Kependekan gak sih wkwk ...

Our Souls: Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang