"Banyak laporan yang harus aku selesaikan dalam seminggu. Maaf, baru mengunjungimu sekarang." Vincent menatap liozora dengan tatapan menyesal.
"Apa maksud baginda? Anda tidak perlu meminta maaf, anda tidak salah sama sekali. Justru saya lah yang merepotkan and-"
"Tapi aku tidak merasa di repot kan sama sekali. Aku lah yang ingin kau tinggal di istana," potong Vincent cepat.
Liozora membuang nafas pelan. "Saya sangat berterima kasih kepada baginda karena telah menyelamatkan saya dan membantu saya lepas dari william. Saya juga mendengar kondisi william dari jubaidah-"
"Hah, jubaidah?" tanya Vincent terkejut. Sepertinya tidak ada yang bernama jubaidah di kekaisaran ini.
"Eh, maksud saya juvida. Haha...jubaidah itu hanya plesetan namanya saja," kata Liozora menjelaskan. Jujur ia malu, sedikit.
Vincent menahan tawa, kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Ada-ada saja wanita di depannya itu.
"Ah benar. Mengenai william...itu urusanku. Kau istirahat saja. Tidak perlu memikirkan nya."
"Terimakasih baginda."
Vincent menunduk malu saat liozora tersenyum padanya. Jujur, mata vincent sedikit nakal karena sempat terpana dengan bibir merah muda liozora.
"Oh iya...apa kau mau ikut aku?" tanya Vincent, kemudian.
"Ikut kemana, baginda?"
"Aku akan pergi ke wilayah dalkas. Aku ingin mencari tanaman obat langka yang hanya tumbuh 1000 tahun sekali."
"Waah..." Liozora menganga lebar. Bayangkan tumbuhan itu tumbuh 1000 tahun sekali. Pasti bukan tanaman biasa.
"Wilayahnya sangat bagus. Jika kau ingin ikut-"
"Iya, saya mau baginda!" Kata liozora begitu semangat. Ayolah, ini kesempatan untuk refreshing. Liozora tidak pernah jalan-jalan keluar saat menjadi istri william.
Vincent tersenyum lega. Awalnya ia takut jika liozora menolak, tapi ternyata wanita itu yang paling bersemangat pergi ke wilayah dalkas.
"Kita akan pergi besok. Bagaimana?"
"Hah? Mendadak sekali..."
"Maafkan aku liozora. Aku juga baru ingat jika tanaman itu akan mekar 5 hari lagi. Dan untuk ke wilayah dalkas...lumayan memakan waktu."
"Oh...begitu." Liozora mengangguk-angguk paham. "Kalau begitu, ayo kita berangkat besok."
"Kau tidak keberatan?" tanya Vincent terkejut.
"Tentu tidak. Jangankan besok, jika malam ini kita berangkat juga tidak apa-apa. Asal saya selalu bersama baginda..." Liozora tersenyum lebar membuat pipi kaisar tiba-tiba memerah.
"Ah...jantungku," gumam kaisar, menyentuh dadanya.
"Loh, hidung anda!" Liozora melotot panik saat melihat hidung kaisar mengeluarkan darah.
"I-ini hanya mimisan biasa," kata Vincent yang segera menutupi hidungnya.
"Ta-tapi kan ada darahnya, baginda. Saya harus mengambil obat-"
"Tidak perlu! A-aku kembali ke kamarku saja!" Vincent segera bangkit dari tempat duduknya dan lari begitu saja.
"Eh, eh baginda!" teriak liozora, namun vincent berlari sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Souls: Transmigrasi
Teen Fiction"Ribet amat di zaman ini. Biasanya aku mandi dua hari sekali, kadang lebih..." Gumam nya. Tok Tok "Nyonya, tolong buka pintunya!" Teriak pelayan itu. "Berisik! diam kau Jubaidah, jangan ganggu aku!" Balas Liozora tak kalah keras. "Nyonya, nama sa...