Pencarian juvida sudah di lakukan selama 5 hari, namun keberadaannya sama sekali belum di ketahui. Selama itu, liozora tidak dapat tidur dengan tenang, terkadang ia menangis karena teringat juvida yang selalu membantunya. Liozora sangat ingin keluar dari istana untuk mencari keberadaan juvida, namun kaisar dan demian selalu melarangnya. Kata mereka, diluar sangat berbahaya. Liozora tahu, tapi apakah dirinya hanya bisa berdiam diri saja? Sembari menunggu kabar dari prajurit istana? Kaki liozora rasanya sangat gatal karena ingin mencari juvida sendiri. Siapa tahu jika ia keluar, ia akan menemukan juvida.
"Makan sedikit."
"Tidak mau."
Demian membuang nafas berat. "Lebih baik anda ganti pelayan saja, apa susahnya?"
Liozora melirik demian dengan sinis. "Tidak mau!"
"Kenapa?"
"Jika aku tiba-tiba mengganti mu dengan iblis yang lain, yang jauh lebih wow...apa kau terima?" ucap liozora, melempar pertanyaan balik kepada demian.
"Ha... apa-apaan. Asal anda tahu ya, di dunia iblis itu, hanya saya yang paling tampan. Cih, gara-gara juvida hilang, anda selalu memarahi saya!" jawabnya kesal.
Liozora mendengus kesal. Ia sadar, jika beberapa hari ini dirinya selalu memarahi demian karena alasan tidak jelas. Hal kecil selalu ia besar-besarkan. Mungkin itu juga karena dirinya pusing memikirkan keberadaan juvida.
"Keluarlah, Demian. Mood ku benar-benar hancur beberapa hari ini. Aku ingin rebahan saja, tolong pergi, jangan ganggu aku dulu..." kata Liozora memohon.
Liozora sebenarnya tidak ingin seperti ini. Tapi saat ini dirinya memang ingin sendiri.
"Baiklah, saya akan pergi keluar. Makanannya saya taruh disini, tolong dimakan agar tidak sakit..." kata Demian, sedikit sedih melihat liozora tidak nafsu makan sama sekali.
"Ya..."
Mendengar itu, Demian sedikit lega. Ia berharap liozora akan segera mengisi perutnya agar kondisi tubuhnya juga semakin membaik.
Demian berjalan-jalan di sekitar taman istana untuk menghindari tatapan para pelayan. Maklum, dirinya sangat tampan, jadi banyak pelayan wanita yang menatapnya penuh nafsu.
"Sebenarnya dimana juvida? Dasar kodok menjengkelkan, gara-gara dia kontraktor tidak nafsu makan dan selalu memarahiku tanpa alasan yang jelas!" katanya kesal.
"Taman ini bagus juga. Jika aku bakar taman ini, apakah si vincent akan marah?" Demian tiba-tiba saja tertawa membayangkan wajah vincent yang akan merah padam karena marah taman istananya di bakar.
"Padahal di banding vincent, aku jauh lebih tampan, tinggi, keren, imut juga kuat. Tapi...kenapa kontraktor terlihat menyukai si kampret itu! Ah... menjengkelkan—"
Demian tiba-tiba menghentikan ucapannya ketika ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Demian segera berbalik badan dan melihat siapa orang itu.
"Eh, kau siapa?" tanya Demian, kepada anak kecil yang tak dikenalnya.
Rora, anak angkat atau keponakan vincent itu terlihat melongo saat melihat wajah orang yang di tabrak nya.
"Hei anak kecil, siapa kau?" tanya Demian tidak ramah.
Rora masih terdiam. Terpukau dengan wajah tampan demian.
"Hei anak kecil! Kau menabrak pantat ku, cepat minta maaf!" paksa Demian, memberikan tatapan tajam.
Berharap anak kecil itu takut, justru rora terlihat malu-malu hingga wajahnya memerah seperti udang rebus.
"Hei anak kec-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Souls: Transmigrasi
Teen Fiction"Ribet amat di zaman ini. Biasanya aku mandi dua hari sekali, kadang lebih..." Gumam nya. Tok Tok "Nyonya, tolong buka pintunya!" Teriak pelayan itu. "Berisik! diam kau Jubaidah, jangan ganggu aku!" Balas Liozora tak kalah keras. "Nyonya, nama sa...