Our Souls : 8

628 106 10
                                    

.


.



"Terimakasih banyak..." ucap nenek itu kepada liozora dan demian.

Liozora menatap sengit demian yang tersenyum bangga. Apa-apaan, yang melawan maling itu liozora sendiri.

"Nenek, pria ini tidak membantu sama sekali. Aku lah yang-"

"Iya nek sama-sama. Doakan hubungan kami baik-baik saja..." potong Demian, tersenyum manis seperti seorang malaikat. Padahal pria itu iblis.

"Hei apa-apaan-"

"Ah, ternyata kalian sepasang suami istri," tebak nenek itu.

"Buk-"

"Iya benar," sahut Demian, kemudian tersenyum jahil kepada liozora.

"Aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian, semoga keluarga kalian di lindungi dari marabahaya dan semoga anak-anak kalian menjadi anak yang hebat..."

Sepanjang nenek itu berbicara, liozora sudah uring-uringan untuk memotong ucapannya, namun ia selalu gagal. Bisa-bisanya nenek itu mengira ia dan demian pasangan suami istri. Parah!

"Terimakasih atas doanya. Kalau begitu, kami akan pulang ke rumah."

Liozora melotot ketika demian menarik pergelangan tangannya. Kasar sekali iblis satu ini.

"Woy anj, sakit!" teriak liozora.

Demian menghela nafas berat. "Jangan senang dulu. Aku hanya becanda tadi."

Liozora tertawa. "Siapa juga yang senang. Apa kau tidak melihat wajahku tadi? Aku terkejut setengah gila karena kau mengatakan kita adalah pasangan. Huh, rasanya aku ingin muntah. Hwekk..."

Demian merengut kesal. "Kejam sekali..."

"Cih." Liozora membuang muka kearah lain. Ia pikir iblis yang ia panggil akan bersikap tegas, keras layaknya iblis pada umumnya. Tapi ini... wajahnya menjengkelkan, begitupun sifatnya.

Beberapa detik melamun, akhirnya liozora sadar jika ada sesuatu yang kurang.

"Astaga, jubaidah mana?!"

Demian memiringkan kepalanya ke kanan melihat wajah panik liozora.

"Jubaidah? Siapa dia?"

"Pelayan pribadi ku. Dimana dia, astaga aku sudah menyuruhnya untuk tidak kemana-mana kan!"

"Sepertinya nama pelayan itu bukan jubaidah?" pikir Demian, mengingat-ingat kembali.

"Ayo cepat kita cari!"

Demian membuang nafas lelah melihat kontraktor nya yang sudah lari lebih dulu. Demian benar-benar tidak ada gunanya, untuk apa membuat kontrak dengan iblis jika tidak di berikan pekerjaan.

"Pakai sihir saja, kontraktor!" teriak Demian.

.

.

.

"Sudah kau cari tahu?"

Laki-laki bertubuh tinggi dan besar itu menganggukkan kepalanya.

"Sudah, yang mulia."

"Pastikan dia hadir di pesta ku."

"Baik, yang mulia. Tapi, bagaimana jika count datang dengan istri keduanya?"

"Aku tidak mengundang istri keduanya, mengapa wanita itu harus datang? Aku hanya mengundang count dan juga Countess. Sampaikan lagi kepada duke, count, marques dan yang lainnya. Aku tidak menerima istri kedua datang ke kerajaan ku. Mengerti?" tegasnya.

"Siap, Kaisar!"

Pengawal yang berada di luar membuka pintu ruangan kaisar dengan pelan.

"Kaisar, nona Julia meminta izin untuk bertemu dengan anda."

"Hah....dia lagi?"

"Ya, suruh dia ke istana barat. Aku akan menemuinya disana," ucapnya kembali.

"B-baik Kaisar."

.

.

"HUAAAAA NYONYA!" teriak juvida begitu melihat liozora tiba-tiba muncul.

Liozora berlari menghampiri juvida dengan wajah kesal. 

"Nah kan kan, aku sudah bilang untuk tetap disana, mengapa kau mengikuti ku. Akhirnya kau lelah sendiri kan?" omel Liozora.

Juvida mengelap air matanya. "tadi saya memanggil nyonya sebelum menghilang dengan laki-laki itu," kata Juvida, melirik demian.

"Huftt, dia iblis."

"Oh, eh...ap-apa?!"

"Iblis, aku membuat janji dengannya."

Juvida melebarkan matanya terkejut. "ba-bagaimana bisa?! Padahal tidak sembarang orang dapat memanggil iblis," ucap Juvida. Ia sempat kaget jika laki-laki tampan di belakang nyonya nya adalah iblis. Untuk ukuran iblis, dia lumayan tampan.

"Nanti aku jelaskan."


.

.

"Saya merasa tidak berguna."

Gadis berambut coklat itu tersenyum perih saat laki-laki di depannya ini terlihat tidak peduli dengannya.

"Kaisar, apa kekurangan saya?"

"Menurutmu?"

Vincent dearoo adalah nama sang kaisar. Satu-satunya pewaris yang tersisa setelah perang besar beberapa tahun yang lalu.

"Saya hidup dengan bahagia sebagai putri duke. Saya memiliki banyak teman dan popularitas yang bagus di kalangan masyarakat. Saya dikenal sebagai wanita tercantik di wilayah kekaisaran. Namun...."

Julia menatap kedua mata kaisar dengan lekat dan penuh kesedihan.

"Saya tidak mampu membuat kaisar mencintai saya."

Vincent menghela nafas kesekian kalinya.

"Kita sudah bertunangan dan akan menikah, alangkah lebih baik jika kita bisa–"

"Pernikahan ini hanya sekedar pengikat hubungan kaisar dan duke sebagai pendukung, tidak lebih," potong Vincent cepat.

"Jangan terlalu berharap, Julia. Aku akan menikahi mu, tapi bukan karena cinta, melainkan politik."

Julia menangis tersedu-sedu. Kedua telapak tangannya mengepal erat, ia marah dan kecewa. Bagaimana bisa hanya ia yang memiliki rasa kepada kaisar? Sedangkan kaisar sama sekali tidak tertarik dengan dirinya, yang bahkan di juluki sebagai wanita tercantik di kekaisaran ini?

Para Laki-laki berlomba untuk mendapatkan cinta julia, tapi kaisar? Sama sekali tidak tertarik.

"S-saya yakin anda akan mencintai saya suatu saat nanti."

Vincent menarik sudut bibirnya keatas. "Terlalu yakin tidak baik."

"Saya yakin!" ucap Julia, tegas dan sedikit berteriak.

Vincent hanya tersenyum tipis meremehkan ucapan julia.

"Ya...ya, kita lihat saja nanti," ujar Vincent.

Julia yakin seyakin-yakinnya jika suatu saat nanti kaisar akan mencintainya, bahkan bertekuk lutut kepadanya.






.



.





Maaf karena aku telat up guys...
Mian, gomen.
Next?

Our Souls: Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang