"Apa lihat-lihat!"
Demian memicingkan kedua matanya ketika vincent tiba-tiba menghampirinya dengan tatapan tajam.
"Dasar iblis tidak sopan! Lebih baik kau pergi dari istana ku!" usirnya, tanpa basa-basi.
Demian maju satu langkah, menatap vincent dengan penuh permusuhan.
"Memang nya ada iblis yang sopan? Lagipula, selama kontraktor ku masih disini, aku tidak akan pergi," balasnya dengan raut wajah mengejek.
"Kau!" Vincent hampir saja ingin menampar wajah demian, namun ia urungkan. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan iblis demian. Apalagi... liozora terlihat senang dengan kehadiran demian.
"Kenapa? Tidak berani memukulku?" Demian tertawa mengejek, dan dengan sengaja mendekatkan pipinya, menantang vincent agar menampar pipinya.
Vincent mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Kau tahu salahmu? Kau membuat keponakanku menangis..."
Demian menegakkan tubuhnya kembali sembari mencerna ucapan vincent.
"Keponakan? Ah...gadis pendek yang menabrak pantatku tadi?"
"A-apa?"
"Iya, tadi anak itu menabrak pantatku. Bukannya minta maaf, malah ingin menjadi istriku. Cih, mimpi!" sarkas Demian.
"Hey, kata-kata mu terlalu berlebihan untuk anak kecil!" vincent sedikit naik pitam. Ia juga merasa jijik membayangkan keponakannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri menikah dengan demian. Jangan sampai!
"Masih kecil saja sudah menggoda laki-laki, apalagi besar nanti?" ejek Demian. Ia sama sekali tidak peduli jika vincent marah atau akan mencoba membunuhnya nanti. Toh, demian yang akan menang.
"Apa katamu? Berani sekali—"
"Ku dengar, ibu anak itu wanita penghibur ya?" Bisik Demian, lalu tersenyum miring.
"DEMIAN!" vincent mengeluarkan pedangnya dengan cepat, mata vincent menajam dengan aura merah gelap di sekelilingnya.
"Wah ..gila, auranya segelap ini? Seharusnya hanya keturunan iblis yang bisa memiliki aura ini." batin Demian, sedikit terkejut.
"Kau ingin bertarung? Kalau begit—"
"KAISAR, YANG MULIA KAISAR!" teriak seorang pelayan dengan nafas tersengal-sengal. Bahkan ia hampir terjatuh karena berlari terlalu kencang.
"Kau...pelayan untuk kamar liozora kan?" tanya Vincent. Aura gelap nya sedikit memudar karena ia merasakan sesuatu terjadi kepada liozora apalagi pelayan itu datang dengan keadaan seperti ini.
"Apa yang terjadi?" tanya Vincent khawatir.
"Nona liozora tadi sempat pingsan, namun tadi dokter—"
Belum selesai berbicara, Vincent dan Demian tiba-tiba saja sudah menghilang dari hadapan pelayan itu.
"Loh? Ke-kemana kaisar dan laki-laki tadi? Apa mereka menggunakan sihir?" kata pelayan itu yang tentu saja terkejut. Ini pertama kalinya ia melihat sihir yang membuat orang menghilang.
***
"Kontraktor kenapa?"
"Ada apa dengan Lio?"
"Jangan-jangan kontraktor salah makan?"
"Apa jangan-jangan ada racun nya?" tebak Vincent asal. "Siapa yang membawa makanan itu?" tunjuk Vincent ke arah piring yang ada di atas meja.
"Itu...tadi aku yang membawanya," jawab Demian pelan. "T-tapi aku tidak meracuni kontraktor!"
"Halah omong kosong!" teriak Vincent emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Souls: Transmigrasi
Teen Fiction"Ribet amat di zaman ini. Biasanya aku mandi dua hari sekali, kadang lebih..." Gumam nya. Tok Tok "Nyonya, tolong buka pintunya!" Teriak pelayan itu. "Berisik! diam kau Jubaidah, jangan ganggu aku!" Balas Liozora tak kalah keras. "Nyonya, nama sa...