Kereta yang di tumpangi kaisar dan liozora berhenti di tengah hutan yang sangat gelap. Mereka memutuskan untuk istirahat sebentar, dan akan melanjutkan jalan ketika cahaya matahari sudah mulai tampak kembali.
Kusir kuda dan beberapa pengawal kerajaan sedang membuatkan ikan bakar untuk kaisar dan liozora. Untung saja mereka menemukan sungai kecil yang ternyata memiliki banyak ikan dari berbagai jenis.
"Baginda, ikan bakarnya sudah siap," kata seorang pengawal memberikan dua ikan bakar kepada vincent.
"Terimakasih, kalian juga makan, lalu segera istirahat dan jangan lupa untuk bergantian berjaga!" Perintahnya tegas.
"Siap, Baginda Kaisar!" jawabnya lantang dan segera kembali ke tempat teman-temannya berkumpul.
"Liozora, makanlah ini."
"Em... terimakasih, Baginda." Liozora segera mengambil ikan bakar itu.
"Ikan jenis apa ini? Bawal? Gurame? Nila?"
"Malam ini kau istirahat di dalam kereta. Aku akan berjaga di luar bersama pengawal," ujar vincent, sembari menghilangkan duri dari ikan bakar itu.
"Tapi—"
"Jangan protes! Diluar sangat bahaya, akan lebih aman jika kau berada di dalam kereta," potong nya cepat.
"Baiklah, Baginda. Terimakasih banyak."
Mengapa kaisar begitu peduli dengan nya? Liozora merasa sangat spesial jika terus-terusan diperlukan seperti ini. Jika perempuan itu bukan dirinya, apakah kaisar akan melakukan hal yang sama? Entah kenapa memikirkan hal itu membuat dadanya sedikit perih.
"Kaisar, kapan kita sampai ketempat tujuan?" tanya Liozora, mengalihkan pembahasan sebelumnya.
"Em..setelah ini kita akan keluar hutan dan sampai di pemukiman warga. Setelah itu kita akan memasuki hutan lagi, dan disitu kita harus pergi dengan menaiki kuda karena kereta tidak bisa masuk," jawabnya.
"Tidak terasa sudah 2 hari kita melakukan perjalanan ini. Semoga kita segera sampai ketempat itu," ujar liozora berharap penuh perjalanan ini akan membuahkan hasil.
"Aku berharap demikian."
Liozora mengulum bibir tipisnya sembari meniup-meniup ikan bakar yang masih berasap.
"Kayaknya ini ikan nila deh, duri nya banyak banget."
Ingin makan tapi banyak duri, tidak makan maka ia akan kelaparan. Liozora paling malas makan ikan karena ia tidak telaten membersihkan durinya. Tapi bagaimana pun juga ia sangat bersyukur masih bisa makan hari ini, apalagi ia tidak perlu repot-repot membakar ikan, karena ada pengawal yang menyiapkan semuanya.
"Ini, makanlah."
Liozora terkejut saat vincent duduk di sampingnya dan memberikan daging ikan yang sudah bersih dari duri.
"Tapi baginda—"
"Aku pikir kau kesulitan. Ini, makan saja," kata Vincent lagi. Pria itu berniat menyuapi liozora.
Liozora bingung. Akhirnya ia menjulurkan tangannya untuk mengambil daging ikan itu. Namun, tiba-tiba vincent menjauhkan tangannya.
"Biar aku menyuapi mu." Bibir nya tersenyum menggairahkan.
Tolong siapapun itu, tampar liozora sekarang! Ia harus sadar jika perlakuan kaisar ini hanya karena kasihan kepadanya, tidak lebih!!
"Lio?"
Apa?
Panggil apa tadi?
Lio?
Liozora yakin wajah nya pasti memerah seperti seorang maling yang di amuk massa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Souls: Transmigrasi
Teen Fiction"Ribet amat di zaman ini. Biasanya aku mandi dua hari sekali, kadang lebih..." Gumam nya. Tok Tok "Nyonya, tolong buka pintunya!" Teriak pelayan itu. "Berisik! diam kau Jubaidah, jangan ganggu aku!" Balas Liozora tak kalah keras. "Nyonya, nama sa...