Our Souls : 6

725 112 14
                                    

"J-jadi ketika aku mati maka kontrak nya habis, dan kau baru bisa kembali ke dunia mu?"

Demian mengangguk mantap.

"Astaga dragon..." Liozora menghela nafas berat.

"Memang seperti itu konsekuensinya,"  ucap Demian, yang kini duduk di samping Liozora.

"Jadi kau tidak bisa mengobati ku? Hanya bisa bertarung dan membunuh orang?" tanya Liozora tampak tertekan.

"Ya, karena aku tidak memiliki sihir penyembuhan."

"Tapi kalau memijat bisa kan?"

Demian mengerinyitkan alisnya. "Memijat? Memijat apa?"

Liozora menunjukkan bagian tubuhnya yang sakit, seperti punggung, pinggang, pundak dan kepala.

"Seluruh badan ku sakit. Biasanya akan sembuh jika di pijat..."

Demian menggeleng tidak mau. "Kau benar-benar ya. Ini penghinaan bagi kaum kegelapan. Mana ada iblis bertugas untuk memijat?"

"Tapi kau bisa kan? Tidak masalah bukan? Apa itu menentang kontrak, intinya kau harus mematuhi perintah ku. Tidak perlu sihir penyembuhan, kau tinggal pijat dari sini sampai sini," kata Liozora menunjuk bagian tubuhnya yang sakit.

"Haaahhh..." Demian menghela nafas panjang dan berat.

Baru kali ini ia mendapat kontraktor yang aneh. Biasanya ia di perintahkan untuk membunuh orang. Tapi ini? Ia diperintahkan untuk memijat punggung kontraktornya. Sungguh, hal ini sangat melukai hati kecilnya sebagai kaum iblis.

"Ini seperti penghinaan untuk saya..." lirih Demian tampak tak bersemangat. Tapi mau tidak mau itu adalah perintah, dan ia tidak bisa menolaknya.

Demian perlahan menempelkan jari telunjuknya ke punggung liozora.

"Aduh sakit!" teriak Liozora

"Bahkan saya belum memijat anda!" kata Demian membela diri. Teriakan kontraktor nya itu benar-benar membuat jantung nya terkejut.

"Satu jari mu itu beratnya sekilo ya? Sakit sekali," keluh Liozora. Dirinya berbalik badan dan melihat jari Demian.

"Sebenarnya jarinya normal sih. Apa karena dia iblis?"

"Kenapa?" tanya Demian, cemberut.

Liozora menggeleng. "Tidak, cepat lanjutkan. Pijat yang benar!"

Demian mendengus kesal. Ini pertama kalinya ia mendapatkan kontraktor seorang wanita dan sikapnya sangat aneh, berbeda dengan wanita-wanita lain.

"Kau tidak punya rumah?"

"Apa maksudmu?" tanya Demian.

"Kita masih terikat kontrak jadi kau tidak bisa pergi. lalu kau mau tinggal dimana?"

"Tentu tinggal dengan anda," jawabnya santai. Tanpa demian ketahui bahwa Liozora sedang menganga lebar sekarang.

"Jangan becanda!" kata Liozora.

"Sungguh."

"Bagaimana jika Count tahu. Pasti dia mengamuk—"

"Aku bisa membunuhnya jika kau mau," potong Demian, tampak semangat jika membahas tentang pembunuhan.

"Jangan! Aku ingin balas dendam dengan cara yang lain. Tidak harus membunuhnya," jawab Liozora.

"Balas dendam? Apa yang bajingan itu lakukan kepada mu?" Demian mulai penasaran.

"Dia tidak menghormati ku sebagai istri, countess dan juga seorang wanita. Dia tidak mencintai ku lalu berbuat sesukanya untuk menyakiti ku. Sama seperti istri keduanya yang juga ingin menyingkirkan diriku dari rumah ini. Hidupku seperti seekor burung di sangkar emas. Dari luar memang tampak bangsawan tapi di dalam penuh rasa sakit dan penyiksaan. Aku ingin bebas, aku memiliki tujuan hidupku sendiri, aku tidak mau seperti ini..." ucap Liozora panjang lebar.

Demian mendengarkan nya dengan saksama. Bibirnya tertarik keatas, membentuk senyuman yang penuh arti.

"Menarik," ucap Demian. "Saya akan mematuhi perintah anda. Saya akan melindungi anda dari orang-orang yang mengikat diri anda. Saya akan membantu anda untuk bebas."

Liozora tersenyum. Ternyata iblis yang ia panggil dapat memahami maksud dan keinginannya. Syukurlah, saat ini ia memiliki sosok yang kuat, yang dapat membantunya. Namun, ia harus mendapatkan bantuan dari manusia bangsawan tingkat tinggi juga.

.

.

.

"Hari ini aku akan bebas. Bagaimana jika mereka melihat wujud mu? Mereka pasti berpikiran aneh-aneh karena kau masuk ke dalam penjara bersama ku. Apalagi ini penjara bawah tanah, mereka pasti curiga dan—"

"Husttt, saya akan tinggal di dalam bross anda."

Liozora melebarkan matanya dan reflek melihat kebawah, ketempat bross nya terpasang.

"Kau mau sembunyi di dadaku?"

"Hah? Bross, bukan dada. Astaga pikiran anda ini." Demian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi kan bross ku terpasang di tengah sini, dekat dadaku. Nanti kau bisa mengintip!"

Demian mendengus pelan. "itu tidak akan terjadi. Tolong jangan berpikiran mesum!"

Liozora menimbang-nimbang, memikirkan jika ide demian tidak masalah.

"Baiklah," kata Liozora, mengizinkan.

"Bagus, jika anda membutuhkan saya maka panggil saya."

Liozora mengangguk. "Iya tenang saja."

Tak lama dari itu, para pengawal datang untuk membebaskan Liozora dari penjara. Setelah keluar dari penjara bawah tanah, Liozora berhadapan dengan William dan Marsa.

Lihat kedua wajah kuyang itu. Sangat menjengkelkan, ingin sekali Liozora mengatakan 'fuck you'

Tapi dari pada mengatakan itu, lebih baik Liozora diam saja. Ia harus menahan emosinya, ia harus mengumpulkan tenaga dan memikirkan rencana yang ia susun.

"Kakak!"

Marsa berlari dan memeluk Liozora.

"Marsa, dia kotor. Jangan peluk dia!" teriak William.

Marsa tidak mempedulikan teriakan William, ia tetap memeluk Liozora dan berpura-pura menangis. Liozora sudah tidak heran, ia sengaja diam saja untuk mengikuti kemana alur permainannya.

Marsa tersenyum dan berbisik kepada Liozora.

"Bagaimana? Masih mau macam-macam dengan ku, Kakak?" bisik nya.

"Dasar kuyang!" umpat Liozora.


.

.

.




Hai, jangan lupa votmen ya❤️
Update setiap Jum'at, semakin banyak komentar maka bisa seminggu dua kali up🤗 seeyanextchapter

Our Souls: Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang