"Demian, kau tidak mau keluar?"
Liozora tersenyum manis di hadapan bros miliknya. Yah...karena sibuk dengan urusannya beberapa hari ini, ia sampai lupa dengan keberadaan demian di dalam bros.
"Nyonya, apakah iblis itu marah?" tanya Juvida, penasaran.
"Entahlah...dia kan sudah tua, seharusnya tidak marah."
"Hei demian, big bos sedang memanggil mu. Berani-beraninya kau tidak muncul!" bentak Liozora. Ia sungguh heran, bagaimana bisa demian berlagak seperti anak kecil yang suka marah dengan hal-hal sepele, padahal dia iblis.
"Cepat keluar! Kau marah kan? Baiklah aku akan meminta maaf, tapi kau keluar dulu.."
Liozora merasa seperti orang gila karena sejak tadi teriak-teriak di depan bros.
Tak lama dari itu, bros milik liozora berubah menjadi wujud demian. Iblis itu duduk di atas meja dengan melipat kedua tangannya. Jangan lupa ekspresi wajah yang terlihat marah.
"Wow..." ceplos Juvida, terkagum-kagum dengan wujud demian. Daripada iblis, wujud demian saat ini justru terlihat seperti pangeran di mata juvida.
"Hei, kenapa matamu memicing seperti itu kepadaku?" tanya liozora kepada demian.
"Anda melupakan saya. Anda tidak pernah meminta bantuan saya lagi." Kepala demian langsung menoleh ke kiri karena enggan menatap wajah liozora.
Liozora membuang nafas berat. "Astaga... Aku kan orang cantik, jadi aku sibuk menghadiri beberapa pesta di ibu kota, lagi pula kau harus senang karena tidak ada kerjaan. Jadi kau bisa rebahan kan?"
Demian menatap wajah liozora dengan kaget. "Rebahan?"
Liozora mengangguk semangat. "iya, kau bisa tidur sepuasnya."
"Bagaimana bisa begitu? Ya ampun..." Demian memegang kepalanya berat. "Apa gunanya anda membuat kontrak dengan iblis jika tidak di beri pekerjaan! Anda tahu? Pekerjaan itu seperti makanan, jika saya tidak di beri tugas maka saya kelaparan!"
Liozora dan juvida sama-sama terdiam mendengar ucapan demian. Liozora mana tahu hal-hal seperti itu, ia pikir demian baik-baik saja jika tidak di beri pekerjaan. Orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi kaum rebahan tapi berbeda dengan demian yang ingin sekali di beri pekerjaan. Sekarang liozora paham, bagaimana pun juga keberadaan demian disini adalah karenanya. Liozora jadi merasa sedikit bersalah.
"Cup... cup jangan menangis," ledek liozora membuat demian kesal.
"Siapa juga yang menangis!"
"Itu, mata mu berkaca-kaca," jawab liozora, menunjuk mata demian.
"Jangan berbicara yang tidak-tidak. Mata ku memang bersinar karena aku tampan!"
Juvida dan liozora tertawa mendengar perkataan demian. Astaga, dia itu iblis atau anak kecil? Kenapa mudah sekali marah, tapi wajahnya akan terlihat lucu saat dia mengomel. Liozora jadi bersemangat untuk menjahili iblis satu ini.
"Ku sentil juga ginjal mu, sudahlah jangan marah-marah. Aku akan memberimu pekerjaan sekarang," ucap liozora dengan senyum bangga.
"Apa ini sungguhan? Pekerjaan apa?" tanya Demian dengan semangat.
"Aku meminta juvida untuk mengirimkan surat ini kepada kaisar dan tugas mu adalah menjaga juvida," jawab Liozora menjelaskan.
"Apa? Anda menyuruh saya menjaga orang ini?" Demian menunjuk juvida dengan wajah jijik.
"Demian...kau tidak mau?" Liozora menatap demian dengan wajah datar dan dingin.
"B-bukan begitu, tapi kenapa harus dia? Anda tahu? Wanita ini menakutkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Souls: Transmigrasi
Teen Fiction"Ribet amat di zaman ini. Biasanya aku mandi dua hari sekali, kadang lebih..." Gumam nya. Tok Tok "Nyonya, tolong buka pintunya!" Teriak pelayan itu. "Berisik! diam kau Jubaidah, jangan ganggu aku!" Balas Liozora tak kalah keras. "Nyonya, nama sa...