Our Souls : 13

593 103 15
                                    

"Kakak permaisuri, apa maksudnya?" tanya William, meminta penjelasan.

"A-aku..."

"Countess liozora telah menolong putri rora dari orang jahat beberapa hari yang lalu," sahut Kaisar.

"Rora adalah putri kandung pangeran Albert, kakak angkat saya. Saya hampir putus asa mencari rora yang tidak kunjung di temukan, namun takdir berkata lain. Berkat Countess liozora yang baik hati, saya bisa bertemu keponakan saya satu-satunya—"

Kaisar yang sedang menggendong rora bangkit dari singgasananya dan berjalan menuju tempat liozora berdiri. Semua mata tertuju kepada mereka, ada tatapan biasa, tatapan tidak percaya dan tatapan sinis dari william serta beberapa pendukung calon permaisuri.

"Countess liozora..." Panggil kaisar dengan suara lembut, menggoda.

"I-iya..."

Kaisar mengulurkan tangan kanannya, bermaksud meminta izin untuk mencium punggung tangan liozora, seperti salam sapaan pria bangsawan kepada wanita bangsawan pada umumnya.

Liozora sedikit ragu mengulurkan tangannya. "Tanganku bau gak ya?" Masalahnya liozora sempat menggaruk ketiaknya yang gatal tadi. Memalukan...

"Tangan anda, tolong...."

Liozora segera menjulurkan tangannya dan membiarkan kaisar mencium punggung tangan kanannya.

"Bisakah anda datang ke ruangan pribadi saya?"

Liozora kebingungan. Haruskah ia menerima, atau menolak? Tapi di hadapannya saat ini adalah kaisar, mana mungkin ia yang statusnya lebih rendah menolak keinginan kaisar?

"Mm... baik, y-yang mulia kaisar," balas liozora gugup.

Vincent tersenyum menang. Memang ini yang ia mau, sedangkan rora tertawa kecil karena bisa melihat kakak permaisuri nya lagi.





***


"Kakak terimakasih banyak karena telah menolong rora."

Liozora mengusap lembut rora yang berada di pangkuannya saat ini. "sama-sama yang mulia putri. Saya tidak menyangka jika anda adalah keluarga kerajaan, mohon maaf jika saya sedikit kasar kemarin-"

"Tidak-tidak! Kakak tidak kasar sama sekali. Kakak permaisuri sangat baik. Karena kakak aku bisa bertemu paman ku, keluargaku, terimakasih banyak!" Rora memeluk erat liozora.

"Semoga tuan putri selalu bahagia," ucap liozora, mengusap-usap pelan punggung rora.

Kaisar yang saat ini ada di hadapan mereka ikut tersenyum bahagia. Mereka bertiga meninggalkan aula pesta untuk membicarakan sesuatu.

"Rora, bisakah kau pergi bermain dengan Jimmy? Ada sesuatu yang ingin paman bicarakan dengan kakak permaisuri ini."

Rora mengangguk-angguk. "Iya, paman. Kakak aku pergi dulu, nanti kita bertemu lagi ya..."

"Baik tuan putri. Pasti kita akan bertemu kembali," jawabnya.

Rora tampak senang, bahkan sebelum meninggalkan ruangan itu ia menatap liozora beberapa detik.

"Countess, terimakasih banyak," ucap Kaisar benar-benar tulus.

"Anda tidak perlu berterimakasih kepada saya, yang mulia. Dan...jujur saya terkejut jika anda adalah kaisar, mengapa tidak jujur sejak awal? Saya bersikap tidak sopan kepada anda."

Liozora benar-benar merasa ditipu. Jika tahu pria di depannya itu kaisar, ia pasti akan berbahasa dengan baik.

"Tidak masalah, jangan pikirkan itu."

"Lalu, apa alasan anda mengajak saya ketempat ini?" tanya Liozora. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang di rencanakan kaisar. 

"Karena kau telah menemukan rora dan bersikap baik kepadanya, aku akan mengabulkan satu permintaan mu."

Kesempatan! Ini yang liozora inginkan, akhirnya!

"Apa yang mulia akan mengabulkan permintaan saya?"

"Tentu saja," jawab Kaisar, yakin.

"Kalau begitu....saya ingin bercerai dengan suami saya."

Liozora menatap mata kaisar tanpa takut. Liozora pikir kaisar akan terkejut dengan permintaannya, tapi ternyata kaisar hanya tersenyum miring seolah sudah mengetahui apa yang liozora inginkan.

"Hanya itu?"

"A-apa? Em...iya. saya pernah mendengar dari seseorang jika ingin bercerai harus mengirim surat kepada kaisar. Saya kurang mengerti hal ini, tapi saya merasa anda bisa membantu saya."

Vincent menganggukkan kepalanya. "Aku harus bagaimana?"

"Count william licik dan yang pasti akan berusaha mendapatkan keuntungan. Saya ingin meminta bantuan anda yang mulia di persidangan nanti," jawab Liozora dengan tenang.

"Kau tidak masalah bercerai dengan count william? Kau akan hidup miskin, kau sudah tidak memiliki keluarga lagi."

Iya, liozora tahu. Tapi ia ingin bebas, daripada harus bersama dengan william yang seperti pasien rumah sakit jiwa itu. Hah... liozora bisa ketularan gila juga nanti.

"Saya tidak masalah..."

"Apa alasanmu bercerai dengan suami mu? Karena setahuku kau sangat mencintainya, semua bangsawan tahu itu."

Hah? Najis sekali. Bisakah liozora muntah di tempat ini sekarang juga? Bisa-bisanya ia dikenal mencintai count yang sifatnya mirip dakjal itu.

"Kata-kata anda membuat saya mual, yang mulia," jawab liozora dengan tatapan tidak nyaman.

"HAHAHAHA...."

Liozora menatap heran pria di depannya. Mengapa suka sekali tertawa, padahal tidak ada yang lucu.

"Liozora, aku mengenalmu sejak lama."

"Huh?" Liozora tidak tahu itu, benarkah?

"Setelah bercerai kau mau kemana?"

Mengapa tiba-tiba cara bicara kaisar seperti orang yang sudah akrab dengan liozora? Jantung liozora tiba-tiba berdetak sedikit lebih cepat.

"S-saya juga belum tahu..."

"Kalau begitu... tinggal saja di istana."

"Hah, di istana?"

"Aku memaksa. Jika kau tidak mau, aku tidak akan menolong mu!"

Apakah kaisar sedang mengancamnya? Bukannya dia yang akan mengabulkan satu permintaan liozora tadi? Tapi sekarang kaisar malah mengancam tidak akan membantunya jika ia tidak tinggal di istana. Hah...mana mungkin liozora menolak di beri tempat gratis. Apalagi itu istana, marsa pasti akan iri juga kan dengannya. Liozora sangat realistis.

"Apa...itu boleh?" tanya Liozora, malu -malu. Tidak mungkin ia langsung menerimanya, sedikit naif tidak apa kan?

"Tentu boleh. Kau bisa tinggal di istana barat bersama rora," jawabnya.

"Tapi... Mengapa anda menolong saya?"

"Aku menyukai semua yang di sukai rora, termasuk dirimu."

Oh My God!! Apa-apaan ini? Apa dia baru saja menggoda liozora? Liozora yakin saat ini pipinya merah seperti orang habis di hajar masa. Ah... lihatlah wajah tampan kaisar itu.

Liozora tidak munafik, kaisar itu sangat tampan dan ia selalu meleleh jika melihat pria tampan, astaga....



.

.

Hai aku updated lagi hihi, Alhamdulillah gak terlalu sibuk hari ini. Jangan lupa vote dan komen ya temen-temen.

And, mana yang namanya riaa ya? Tadi di fb minta up, ini aku udah up lo say 🤣

Btw yang tanya demian dimana, dia lagi tidur, dia kan sembunyi di bros nya Zora dan bros nya gak di pake sama zora, di tinggal di kamar. Dia juga ngambek sama zora karena gak ngasih kerjaan ke dia wkwk, padahal udah buat kontrak. Mungkin di next chapter ada demian gess...

See you next chapter


Our Souls: Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang