A/N : Mulmed ada Rendo yaa!!! Xixixi!! Salam Ichaaaa♡
====
Laura's POV
Aku menatap seseorang yang berada di hadapanku. Sebenarnya, mau apa dia di sini? Kenapa dia belum pergi?
"Kenapa kau belum pergi? Mau apa dariku?" tanyaku pada akhirnya.
Dia melirik ku, kemudian memandang ke arah lain. "Mau es krim?" tawarnya.
Aku menggeleng dengan cepat. Menatapnya dengan tajam. Kenapa orang seperti dia yang menghancurkan hari ku seperti ini?
"Beneran nggak mau?" ia melangkah menuju stand es krim. Dengan cepat aku menggerakan tanganku dan memberhentikan pergerakannya.
"Kenapa kau tidak meninggalkan ku? Kau tidak takut hah?!" tanyaku.
Dia malah tersenyum aneh. "Untuk apa aku takut? Aku juga sama seperti mu, tapi versi manusia." Aku menatapnya bingung.
"Aku ...," dia mendekat dan membisikan sesuatu, "... seorang pembunuh bayaran."
Mataku melotot begitu mendengarnya. "Mau apa kau mendekatiku?" aku mendorongnya menjauh sekitar 1 meter.
"Tidak ada, mau es krim?" tawarnya lagi.
Aku langsung berbalik dan meninggalkan orang aneh itu. Kata dia sih nama dia Rendo. Aku menatap langit. Sebuah gulungan muncul di hadapanku begitu saja. Gulungan yang tak kasat mata.
"Seorang anak laki-laki harus dicabut nyawanya pada pukul 16:00."
Aku melirik jam tanganku. Jam .., 15: 55?! Lima menit lagi dan ini baru di kirim?! Ini gila! Aku segera berlari menuju belakang pohon dan berubah wujudku di sana. Melesat dengan cepat mengikuti naluriku.
Dalam tiga menit aku telah sampai di sebuah jalan raya. Di sana terlihat seorang anak yang memandangi ku lucu. Anak ini yang harus mati? Anak sekecil ini? Jujur saja anak itu baru berumur enam tahun sepertinya. Dia menatapku dengan mata berbinar.
Wajahku yang entah kenapa datar kini sekarang memandangnya. Anehnya dia tidak takut padaku. Ah, sudahlah ini hanya sebuah tugas. Aku memejamkan mataku dan mulai bermain melodi.
Sepertinya hanya dia dan ibunya yang mendengar melodi ini. Anak itu dengan semangat berjalan ke arahku. Sebuah mobil yang melaju kencang segera berusaha menginjak rem. Namun, gagal. Darah segera keluar dari kepala anak itu. Beberapa saat setelahnya melodiku berhenti.
Sebuah cahaya keluar dari tubuh anak itu. Cahaya itu seolah tersenyum menatapku. Kemudian hilang tertiup angin.
Ibu nya segera menatapku. Dia menggeleng tidak percaya. "Ka-kau mem-membunuh n-nya?"
Aku menyeringai di balik tudungku ini. Dengan santai aku menjawab, "Iya, kenalkan aku adalah," aku mengambil jeda sebentar, "malaikat Kematian."
Aku meniupkan melodiku, dan aku pun hilang terbawa angin.
Laura's POV end
===
Rendo menatap seorang Malaikat Maut yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia memang memiliki bakat yang spesial.
Malaikat dengan wajah cantik yang tertutupi oleh tudung hitam. Gaun hitamnya juga. Namun, jubah menutupi segalanya.
Anggap saja Rendo memang tertarik pada hal-hal aneh seperti itu. Dia mencoba mencari tahu identitas gadis--Malaikat Kematian itu.
Ting-tong
Lima menit kemudian, seorang gadis dengan t-shirt dan celana pendek keluar. Rambutnya di gerai begitu saja.
Senyuman tercetak pada wajah Rendo. "Kau tinggal sendirian di rumah ini?"
Laura menatap Rendo dengan wajah datar. "Mau apa lagi kau manusia aneh?"
Rendo terkekeh karena mendengar kata "aneh". "Kau juga aneh, kau bahkan bukan manusia."
Laura memutar bola matanya. "T-E-R-S-E-R-A-H."
Rendo malah terkekeh, lalu dengan santai mendorong Laura dan duduk di sofa ruang tamu Laura. Dia bahkan mengambil beberapa cemilan yang tergeletak manis di meja.
"Kau mau apa?!" tanya Laura kesal.
"Makan, aku lapar."
Laura menghela napas. Bibirnya mengerucut sebal karena manusia unik di hadapannya itu sangat menyebalkan.
"Ya sudah lah, aku lelah," katanya. Laura bangkit dan segera mengambil minuman.
"Minuman itu untuk ku? WOA BA--" kata-katanya terputus saat melihat Laura dengan perlahan menenguk minuman itu dengan nikmatnya.
"Apa? Kau siapa? T-A-M-U T-I-D-A-K D-I U-N-D-A-N-G!" seru Laura kesal. Mukanya yang datar itu kini terlihat marah.
"Manusia jadi-jadian sepertimu bisa ber-ekspresi rupanya?" Rendo tersenyum miring.
Mata Laura melotot. Tangan kirinya sudah bergerak untuk menahan pergerakan Rendo. Tangan kanannya sudah menggengam seruling dengan erat.
"Kau mau bermain-main denganku?" wajah Laura kembali datar.
Rendo sendiri mulai bergindik ngeri melihat ekspresi datar Laura yang mencekam. Namun, dengan cepat ia menormalkan ekspresinya.
"Ah, kau ingin membunuhku?"
"Kenapa tidak?" kata Laura tak acuh.
Mata Rendo melotot begitu mendengarnya. Sedetik kemudian ekspresinya kembali berubah.
"Benarkah? Bukankah kau tidak bisa membunuh di luar tugas?"
"Kata siapa?" Laura meyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Rendo melangkah mundur karena kaget dan cukup takut. "Ah, jangan di anggap serius," matanya menyisir rumah Laura, "kenapa kau tinggal sendirian?"
Laura melemaskan kembali tubuhnya yang tegang. Tidak ada gunanya bermain dengan orang aneh ini, batin Laura.
"Memang aku sendirian, tidak ada yang menginginkan keberadaanku."
Pergerakan melihat-lihat Rendo terhenti. Ia memandangi Laura. Senyuman miring tercetak di wajahnya yang tampan itu. Namun, datar. Sama seperti Laura.
"Aku juga seperti dirimu."
Mata mereka bertemu satu sama lainya. Mata hazel milik Rendo menatap mata hitam milik Laura. Berikutnya, keheningan yang menyapa mereka berdua.
Tenggelam di dalam pikiran masing-masing.
"Laura ... kau tahu psychopath yang kemarin kau bunuh 'kan?" suara Rendo memecah keheningan yang terjadi selama lima menit itu.
"Ada apa? Dia ingin membunuhku habisnya," jawab Laura cuek.
"Dia itu rekan kerjaku," jawab Rendo sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku.
* * *
Sabtu, 30 mei 2015
* * *
A/N : Aloo! Author update lagi nih! Abis kelas UKK ini! Yey! /curcol/ /plak/ Gimama cerita ini menurut kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Laura Melody
ParanormalAku hanyalah seorang gadis bodoh yang percaya bahwa Melodi Kematian akan membawaku pada kebahagiaan. Namun yang terjadi, bukanlah seperti yang aku harapkan. [B E S T R A N K : #2 in Paranormal] P.s: Karya lama banget, belum revisi pula.