19th Melody

3.8K 304 5
                                    

A/N : Mulmed ada Tamara!! Xixixi!! Dia imut banget kan? Astaga author suka sama muka seimut dia!! /plak

=====

"Kak Ala! Berhenti! Geli!!" mohon Tamara yang mulai kegelian dengan gelitikan Laura.

"Ah! Abisnya seru sih!" kata Laura. Tangannya masih terus asik menari-nari di tubuh Tamara. Membuatnya terus tertawa.

Satu menit kemudian, mereka berdua sama-sama lelah. Mereka berhenti. Tamara segera menaiki bangku dan mengambil remote Tv. Ia mencari cartoon kesukaannya.

"Kamu sedang bermain dengan siapa? Huh ..., dia siapa?" Tangan besar itu memeluk Laura dari belakang. Laura dan Tamara terkejut. Ia bahkan hampir menangis.

"Dia Tamara, adik tiri ku yang akan tinggal di sini," jawab Laura.

Tamara mendekat kepelukan Laura. Tubuhnya yang mungil berada di hadapan Laura saat ini. Matanya menatap lurus laki-laki yang tak lain adalah Rendo.

"Ah, halo ..., aku Rendo pacar Kak Laura," sapa Rendo kaku.

Tamara memiringkan kepalanya ke kiri. Menatap lebih jelas wajah orang di hadapannya. Ia tersenyum lebar. "Kak Lendo!"

Kening Rendo berkerut. Ia menatap Laura meminta penjelasan.

"Ia cadel," ucap Laura.

Rendo mencubit pipi temban Tamara. Rendo bermain-main dengan Tamara. Laura tersenyum tipis. Sepertinya Rendo menyukai anak-anak.

"Kak Ala! Ikutan main cini!" seru Tamara.

Membuat lamunan Laura buyar. "Iya! Sebentar ya!" Laura segera beranjak dan ikut bermain bersama mereka berdua.

"Kak Ala baik ya! Aku ceneng punya kakak kayak kak Ala!" kata Tamara lucu. Ia mencium kilat pipi Laura.

Laura dan Rendo sama-sama kaget dan melotot. Rendo mengerucutkan bibirnya lucu. "Tuh! Dia aja ngium kamu seenaknya! Alu juga bo--aww!" Rendo mengusap pipinya yang di cubit oleh Laura.

"Dia masih polos! Nggak mesum!" kata Laura.

"Heh?! Kapan aku mesum ya?!" kata Rendo tidak terima.

"Tadi, barusan." Laura membuang pandangan. Wajahnya kembali datar.

Tamara tidak mengerti apa-apa. Ia memiringkan kepalanya ke kanan. Mencoba menatap Laura. Matanya berbinar lucu. Mata dengan binaran itu mengingatkan Laura pada--Ibunya.

"Kenapa kamu liatin Kakak kayak gitu?" tanya Laura. Ia merasa risih jika di lihar dengan mata cokelat terang itu.

"Kakak lucu! Mukanya datal!" seru Tamara polos.

Laura menunduk. Jika itu bukan anak kecil yang polos. Pasti sudah ia tendang dari rumah ini. "Aku hanyalah aku Tamara."Laura mengangkat wajahnya. Laura tersenyum. Senyuman yang sangat manis yang tidak pernah Laura tunjukan.

Rendo menatap Laura kaget. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Rendo tersenyum tipis. "Kamu .., ka-kam-kamu--"

"Aku apa?" potong Laura.

"Ka-kam-kamu ..., jelek kalau senyum," kata Rendo kikuk.

"Oh, aku jelek ya kalau senyum." Laura mengalihkan pandangan. Wajahnya kembali menjadi datar.

Rendo memaki dirinya sendiri dalam hati. Kenapa orang sedingin Rendo bisa gugup? Ia 'kan ingin bilang. Kamu manis banget kalau senyum, aku suka.

Rendo memdekat kepada Laura. Memeluknya dari belakang. "Aku mau bilang ..., kamu jelek kalau senyum itu ke orang lain."

Laura mematung. Perlahan ia merasakan wajahnya memanas. Dengan cepat Laura menunduk dan menghilang. Tudungnya akan menutupi pipinya yang memerah.

"Eh--kok kamu berubah?" tanya Rendo. Padahal tadi lagi enak-enak meluk, batin Rendo.

"Jangan mesum!" teriak Laura.

Rendo menunduk malu. Wajahnya juga perlahan memerah. Tanpa mereka saling tahu bahwa, orang sedingin mereka berdua sama-sama blushing.

"Kok kakak mukanya melah cemua?" tanya Tamara memecah keheingan.

Laura sontak menggerakan tangannya. Ingin melihat wajah Rendo. Sayangnya, Rendo sudah selesai menunjukan raut keanehan itu.

Siapa sangka? Tamara yang kecil dan polos membuat kedua orang dingin itu mencair.

* * *

Rendo menatap Laura dan Tamara uang tertidur di sofa. Sepertinya mereka kelelahan. Laura juga terlihat lelah karena Tamara merupakan anak yang aktif.

Tanpa sadar, tangan Rendo bergerak dan mengelus pipi Laura perlahan. Ia menatap Laura dalam. Orang ini ..., ah, Malaikat Maut ini ..., menghadirkan senyuman di wajahku lagi, batin Rendo.

"Aku tidak menerima om-om mesum," ucap Laura tiba-tiba.

Rendo segera memindahkan tangannya. "Kenapa kamu bangun?"

"Sejak kapan aku tidur?" tanya Laura balik.

Rendo memalingkan wajahnya. Ia menatap langit yang penuh dengan bintang. Ia menguap sesekali.

"Kamu mau tidur? Tidur sama Mara ya, aku nggak butuh tidur," kata Laura. Ia menyadari mata Rendo yang memang sudah mengantuk.

"Kamu tidur aja, masa aku tidur di rumah cewek?" kata Rendo. Ia berusaha jantan.

"Oh ya? Memangnya aku cewek? Memangnya aku manusia?" tanya Laura jutek. Bibirnya mengerucut sebal.

"Iya deh bawel!" teriak Rendo. Ia mencibit pipi Laura gemas. "Kasih senyum ke aku dulu."

"Eh? Apa-apaan itu?! Nggak mau!" protes Laura.

"Ara .., ayolah," mohon Rendo.

Laura menatap Rendo datar. Ia memalingkan wajahnya dan berubah wujud. "Aku sibuk."

Rendo mematung di tempatnya. Menatap Laura yang menghilang terbalut cahaya kehitaman.

"Aku tidak romantis sama pacarku sendiri--" Rendo menatap langit sekali lagi. Senyumannya kembali terbentuk. "--tapi aku suka dia apa adanya." Mata Rendo terpejam setelahnya.

Laura kembali masuk ke dalam rumah. Ia tersenyum di balik tudungnya. Menatap Rendo dalam. Alfrendo, berhasil mencairkan es yang telah lama beku.

Namun, mereka tidak bisa, menghancurkan dinding tak kasat mata antara ..., Malaikat Kematian dan Penyihir maupun manusia.

Laura duduk tepat di hadapan Rendo. Memandangi setiap lekukan di wajahnya. Berusaha mengingatnya dalam memorinya. Tangannya menyentuh pipi Rendo perlahan.

"Kamu adalah Malaikatku," bisik Laura tepat di telinga Rendo. Suaranya terdengar lembut dan membuat siapun hanyut di dalamnya. "Aku mencintaimu, entah kamu itu penyihir, ataupun manusia."

.
.
.

TBC~ Senin, 9 November 2015

A/N : Icha kangen banget sama kalian readers :'' kalian kangen nggak sama icha? /digampar/ memuaskan nggak sih part ini?

Laura MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang