Laura menatap langit-langit penjara yang gelap. Ah, sebenarnya ia juga tidak tahu ia berada dimana. Dunia manusia? Tapi, ah, dunia apa ini?
"Kau ini apa?!" tanya Laura.
"Apa pentingnya untuk dirimu, kau harusnya memainkan melody untuk membangkitkan istriku dan kau akan bebas," kata pria bertopeng itu santai.
"Aku ini Malaikat Kematian! Bagaimana aku bisa memberikan kebahagiaan untuk dirimu!" teriak Laura kesal. Ia mengeliat berusaha melepaskan kedua kakinya yang di ikat dengan rantai."Jika kau tidak bisa ..., aku akan mencari alternative," katanya.
"Apa?" tanya Laura.
"Menukar nyawa dengan melodi," orang bertopeng itu tersenyum miring. Menatap Laura yang sepertinya sudah tidak berdaya.
Mata Laura melotot. Ia merasa lemas di seluruh tubuhnya. Lucu sekali. Mahluk non manusia seperti dia di culik dan di penjara. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun.
"Tolong ... aku hanya bertugas ...," ucap Laura lirih.
"Aku hanya ingin kebahagiaan itu," kata orang bertopeng itu.
"Aku tidak pernah mendapat kebahagiaan," kata Laura kepada dirinya sendiri.
Orang bertopeng itu bangkit dan pergi dari penjara itu. Ia terluhat santai dan bangga karena mendapat apa yang ia inginkan.
"Jika kau gagal lagi, aku pastikan, aku akan mengambil kekuatan yang kau punya itu," kata nya.
Laura menunduk. Menatap kakinya yang sudah memerah karena menahan beban yang berat. "Jika memang aku tidak hidup untuk kebahagiaan ... aku rela mati sekarang."
===
Albert menatap Rendo tidak percaya. Ah, cara untuk mengetahui keberadaan Laura adalah berubah menjadi wujud roh yang tak kasat mata.
"Dari mana kau tahu semua itu? Bagaimana caranya?" tanya Albert.
"Ah, ya, ayahku yang dahulu menceritakannya," kata Rendo.
"Jadi ... kita harus apa?" tanya Albert.
"Aku akan mencari keberadaannya, Oom bacalah dahulu buku ini," kata Rendo. Ia memberikan sebuah buku berwarna cokelat gelap kepada Albert. Kemudian, ia berjalan dan mencoba apa yang pernah ia pelajari.
Berubah menjadi Roh.
Rendo mengucapkan serangkaian mantra kuno. Ia segera di penuhi cahaya kemilauan yang indah. Kemudian, tubuhnya tergeletak begitu saja di tanah. Albert segera membawa tubuhnya itu.
"Aku akan pergi dahulu, kau susul aku nanti," kata Rendo kepada Albert.
Rendo segera melayang. Mencari tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat Laura saat ini. Mungkinkah Laura di culik? Ah, itu sangat aneh.Rendo melayang berputar-putar mengililingi kota dan menembus para manusia. Ah, dia juga manusia kan? Para manusia itu merasakan hawa dingin saat bersentuhan dengan Rendo dalam wujud roh.
Setengah jam berlalu. Rendo mulai putus asa. Mencari tidak semudah mengatakanya. Maksudnya, tempat apa yang mungkin menjadi tempat para mahluk aneh itu?
Rendo terhenti. Matanya melihat sebuah pintu aneh yang berwarna hitam. Dia menelan salivanya dengan susah payah. Melayang masuk perlahan.
"Kau--roh manusia? Yang masih hidup?" tanya seorang wanita berpakaian pelayan di dalamnya.
"Ah, ya, aku mencari temanku," jawab Rendo.
"Teman mu tidak mungkin berada di alam ini," kata pelayan itu.
"Teman ku Laura--ia bukan manusia," kata Rendo dengan wajah datar.
Sesosok mahluk lainnya muncul dari kegelapan. Ia mengenakan jubah panjang sama seperti yang di kenakan oleh Laura. Ia menatap Rendo bingung. Kemudian tersenyum miring.
"Kau keturunan penyihir ya?" tanya Alen.
"Ya, sepertinya begitu," jawab Rendo dengan wajah datarnya.
"Untuk apa kau mencari Laura? Memangnya dia kemana?" tanya Alen--pengawas Laura.
"Dia hilang hari ini, bukan hilang tidak terlihat ... tapi benar-benar hilang," kata Rendo menjelaskan.
Alen terkejut. Ia segera membuka layar tak kasat mata. "Lara," gumamnya.
"Lara?" tanya Rendo tidak mengerti.
"Dia itu Lara, nama Kematian Laura," jelas Alen sambil memijit keningnya. "Anak itu hilang kemana coba?!" lanjutnya.
"Ehmm, maaf, kau ini apa?" tanya Rendo.
"Aku?" senyuman miring tercetak di wajah Alen, "Pengawas Lara."
Rendo hanya ber-oh ria dan mengelilingi dunia gelap yang di penuhi lilin ini.
"Kau harus pergi." Rendo menoleh.
"Roh manusia yang berada lama di sini, akan tersedot masuk ke dalam Hell." jelas Alen.
"Lalu ... bagaimana aku mencari Laura?" tanya Rendo.
"Ah, aku harus membantu," kata Alen sambil berjalan dan menutup gerabang kegelapan.
"Cari keberadaan Lara," perintahnya pada seekor kucing hitam di sampingnya. Kucing itu segera berlari dan mencari keberadaan Laura.
"Sekarang, kita harus menunggu, ah, lebih baik kau kembali ke dalam tubuh mu sana, nanti akan aku kabari," kata Alen.
"Tap-tapi--"
"Jangan keras kepala," kata Alen. Ia bertepuk tangan dan mengembalikan Rendo ke dalam tubuhnya.
"Apa-apaan mantan Malaikat Maut itu!" keluh Rendo. Albert menatapnya tidak mengerti.
"Oom sudah bisa mantranya, Oom?" tanya Rendo.
Albert mengerjap dua kali. Kesadarannya baru kembali. "Sepertinya begitu," kata Albert.
"Ini demi Laura, Oom," kata Rendo. Ia banglit dan duduk. Menata langit yang menjadi orange.
"Aku akan menebus semua kesalahanku sama Ara ...," kata Albert.
Angin senja menerpa wajah Rendo. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Membuat senyuman milik Rendo kembali hadir.
"Kamu? Kenapa kamu juga berwajah datar?" tanya Albert kepada Rendo.
Rendo segera men-datar-kan ekspresinya. "Ah, karena suatu peristiwa," kata Rendo.
"Peristiwa apa itu?" tanya Albert penasaran.
"Ah, Oom 'kan sudah tua, kenapa masih bawel kayak anak muda," keluh Rendo.
===
TBC~ 20 Juli 2015
A/N: Alooo, ketemu Icha lagi niee/plak/ jadi ..., aku menerima kritik dan saean yo! Makasih buat para readers, voters, dan commemters! Aku padamu deh /eh/
KAMU SEDANG MEMBACA
Laura Melody
ParanormalAku hanyalah seorang gadis bodoh yang percaya bahwa Melodi Kematian akan membawaku pada kebahagiaan. Namun yang terjadi, bukanlah seperti yang aku harapkan. [B E S T R A N K : #2 in Paranormal] P.s: Karya lama banget, belum revisi pula.