Laura's POV
Jangan pernah kalian mencoba mengerti diriku. Karena yang mengerti diriku hanyalah aku. Hanya dan hanya aku.
Kalian tidak pernah menjadi diriku. Kalian tidak pernah merasakan namanya sendirian. Merasa diri sendiri hanyalah beban.
Namun, inilah takdirku. Aku seseorang yang buruk dan larut dalam kesedihan. Seseorang yang tidak di butuhkan. Seseorang yang tidak memiliki kebahagaiaan.
Aku mengerti mengapa takdirku menjadi Malaikat Kematian yang membawa duka bag manusia. Yah, karena aku tidak pernah merasakan bahagia lagi.
Karena itu aku di pilih. Sebagai penguasa dunia gelap yang bertugas mencabut nyawa. Dunia gelap? Tidak memiliki penduduk. Hanya aku dan pelayanku.
Aku tidak pernah jadi baik lagi.
Jam menunjukan pukul 3 sore. Aku di sini berbaring malas di kasurku. Ah, rasanya tidak menyenangkan sekali. Di dunia penuh kebebasan itu aku bisa melakukan apa saja. Tapi, aku malas ke sana untuk waktu yang lama.
Tok-tok-tok.
"Siap--kenapa Addy di sini?" tanyaku.
"Kamu sudah makan?" tanya Albert.
"Buat apa aku makan?" aku berwajah datar sambil menatapnya tajam.
"Ara ...," panggilnya lembut. Tangan besar yang sangat hangat itu menyentuh pipiku sekali lagi.
"Aku hanya beban. Jangan panggil aku Ara!" aku melangkah mundur dan menutup pintu.
Aku tidak ingin menyayanginya lagi!
"Ara ..., ada apa? Ara nggak mau ketemu sama Addy?"
Aku diam. Menahan air mata yang ingin keluar. Bersusah payah mempertahankan wajah datarku. Aku memeluk diriku sendiri. Ah, ingin rasanya aku pergi daru dunia ini. Sungguh.
"Ara ..., jangan lupa makan ya ...," ucapnya. Ia melangkah pergi dan melesat dengan mobilnya yang mahal. Aku tidak bergerak. Tidak berniat makan. Tidak mau bangkit.
"Dia sudah bahagia bersama dengan ku," ucap seseorang dari balik pintu rumahku. Aku bisa melihatnya mengambil kotak makan yang di berikan Addy. "Kau hanyalah beban untuknya, jika kau mendekatinya lagi ... aku akan pergi dari kehidupannya."
Kebahagiaan Addy bukanlah bersama ku. Ia tidak membutuhkan aku.===
Sudah dua hari aku tidak bergerak sedikitpun dari balik pintu ini. Sudah dua hari pula aku tidak masuk sekolah. Sudah dua hari pula aku memandang kosong kedepan.
Bisakah mahluk setengah manusia seperti diriku sakit? Oh, ayolah, aku masih manusia. Jika aku Malaikat Kematian sepenuhnya, aku tidak akan memiliki perasaan apapun.
Aku tidak ingin apapun. Aku hanya ingin memeluk diriku di tengah kehidupan yang amat tidak menyenangkan ini. Meratapi takdir yang tidak akan berubah.
Beruntungnya, tidak ada tugas yang akan memaksaku untuk berjalan.
Sepertinya, aku memang tidak di butuhkan sebagai manusia. Apakah aku bisa menjadi Malaikat Kematian seutuhnya? Agar aku tidak mengenal yang namanya kasih sayang lagi.
Aku mengehela napas, saat sebuah gulungan berada di depan mataku. Aku membukanya perlahan.
"Pukul 15:00 seorang pemabuk akan mati karena keracunan."
Aku mengehela napas. Segera bangkit dan melayang rendah mengikuti naluriku. Dalam sepuluh menit aku tiba di sebuah rumah yang nampak kosong dan cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laura Melody
ParanormalAku hanyalah seorang gadis bodoh yang percaya bahwa Melodi Kematian akan membawaku pada kebahagiaan. Namun yang terjadi, bukanlah seperti yang aku harapkan. [B E S T R A N K : #2 in Paranormal] P.s: Karya lama banget, belum revisi pula.