Laura memandangi guru yang sedang menjalaskan di depan sana. Sungguh membosankan. Secarik kertas tiba-tiba muncul di hadapan Laura. Kertas tak kasat mata. Di mantrai oleh penyihir.
Hai, ehm, nanti malam jalan mau?
-Rendo-
Laura segera menggerakan tangannya.
Ya, aku ikut saja
-Laura-
Apakah ini termasuk kencan? Ah, entahlah.
Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Di iringi sorak-sorai anak kelas 11 IPA 2. Mereka merasakan hal yang sama bosan. Dengan gerakan cepat, para murid membereskan keperluan mereka dan berjalan keluar.
Rendo dan Laura terdiam. Saat kelas sudah kosong baru mereka mulai membereskan segala peralatan belajar mereka.
"Jam tujuh nanti, ah, dandan yang cantik yah," pesan Rendo.
Alis Laura terangkat satu. Matanya memandangi punggung Rendo yang menjauh. Perasaan aneh yang mampir. Anggap saja seperti itu.
Dandan? Bagaimana caranya? batin Laura.
Laura berjalan perlahan meninggalkan kelas. Angin berhembus, membuatnya merasa nyaman. Laura menatap lukisan awan. Lukisan yang membentuk hati. Kebetulan yang aneh?
Laura membuka pintu gerbang gelap. Ia melangkah masuk dan segera berubah wujud. Tangannya mengenggam sebuah seruling yang sudah di lipat gandakan kekuatannya, karena pisau Malaikat Kematian itu. Bisa berubah bentuk menjadi senjata tajam apa saja.
"Selamat datang kembali, Nona Lara," ucap pelayan Laura.
"Ya, aku ingin membawamu ke dunia manusia, bisa kan?" tanya Laura.
Pelayan itu bergeming. Ia menatap Laura tidak percaya. Itulah yang ia inginkan, melihat dunia manusia. Tapi, ada angin apa sampai Nonanya yang sangat dingin. Tiba-tiba mengajaknya pergi?
"Aku serius, Ana." Laura memandang lurus ke mata Ana--pelayannya.
Laura menyentuh tangan Ana. Mereka berdua tiba di dunia manusia. Ana berwujud seekor burung gagak, di dunia manusia.
"Selamat datang, di dunia manusia," kata Laura. Meski terdengar hangat, ia masih setia dengan wajah datarnya.
* * *
"Nona, mau kencan?" tanya Ana untuk ke-empat kalinya.
"Tidak," jawab Laura. Ia mengalihkan pandangannya dari burung gagak yang lebih mirip burung beo.
Laura membuka lemari pakaiannya. Tangannya terjulur mengambil sebuah cardigan merah dan sebuah rok hitam. Selera Malaikat Kematian.
Laura menatap pantulan dirinya di cermin. Untuk pertama kalinya, Laura mengenakan sebuah bandana merah untuk merapikan poni panjang kesayangannya.
"Nona, sangat cantik," puji Ana.
"Kau burung gagak, bukan burung beo," ucap Laura. Ia bangkit dan mengambil sebuah flat shoes hitam.
Ting-tong
Dengan cepat Laura melangkah menuju pintu. Membuka pintu di depan sana. Mata hitamnya langsung menatap mata hazel milik Rendo.
Rendo menatapnya dalam. Membuat Laura merasakan setruman aneh terjadi di tubuhnya. Tidak bisa berkutik.
"Aku nggak akan bilang kalau ini kencan, tapi biarkan malam ini mengalir apa adanya," ucap suara nge-bass itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laura Melody
ParanormalAku hanyalah seorang gadis bodoh yang percaya bahwa Melodi Kematian akan membawaku pada kebahagiaan. Namun yang terjadi, bukanlah seperti yang aku harapkan. [B E S T R A N K : #2 in Paranormal] P.s: Karya lama banget, belum revisi pula.