Epilog

5.3K 421 54
                                    

Albert bolak-balik dengan resah karena Laura putrinya tak kunjung kembali. Tamara memeluk sebuah boneka yang tadi dibelikan Albert erat-erat. Tamara menenggelamkan wajah mungilnya. Menahan rasa takutnya sendiri.

"Kak Ala kemana??" tanya Tamara. Bibir mungilnya bergetar.

Albert berhenti. Berlutut di depan Tamara dan tersenyum. "Semuanya akan baik-baik saja.

Albert memeluk Tamara kecil yang tampak gelisah karena keberadaan kakaknya yang hilang begitu saja. "Aku cayang kak Ala! Kak Ala cepet pulang!" matanya menatap pintu yang terbuka secara tiba-tiba.

Albert menoleh ke arah pintu di sana, tak ada satu pun sosok yang tampak. Namun--

"KAK ALAAAAA!" seru Tamara. Ia melompat dan menghampiri pintu itu.

Tamara menatap Laura yang kini dalam wujud Malaikat Kematiannya dengan mata melebar karena senang. Albert menarik napas yang sangat panjang karena mengetahui kemampuan Tamara itu.

Laura berjongkok, mengusap pelan rambut Tamara dan berbisik, "Kamu baik-baik sama Addy ya jagain dia, kakak harus pergi dan menerima takdir kakak."

Takdir bahwa Malaikat Kematian akan selalu membawa duka, bukan kebahagiaan, dan hanya akan merasakan duka bukan kebahagiaan, batin Laura.

Senyumannya memgembang. Perlahan direngkuhnya Tamara kecil ke dalam pelukannya dengan erat. "Kak Ala sayang kamu, dan ini bukanlah suatu perpisahan."

Kemudian, dengan perlahan Laura lenyap di makan bayangan hitam malam yang gelap. Tamara menatap kosong langit malam. Tanganya mengepal dan sedetik kemudian ia jatuh terduduk.

"Aku sayang Kak Ala," bisiknya diantara semilir angin yang berhembus.

Albert merengkuhnya di dalam pelukanya. Kemudian berjanji bahwa dia akan membahagiaan Tamara seumur hidupnya.

--00--

Fandy berjalan menyusuri malam sendirian. Wajahnya terlihat gelisah karena sendari tadi dua rekannya itu tak terlihat oleh mata.

"Mengkhawatirkan teman huh?" bisik suara yang begitu dingin dan mengerikan.

Fandy menoleh ke kanan dan ke kiri mencari asal suara yang begitu menyeramkan itu. Tanpa banyak basa-basi Fandy merasakan perih di dadanya.

Dan ... kemudian melodi kembali mengalun indah.

Melodi kematian akan tetap ada. Malaikat kematian akan tetap ada. Tanpa merasakan kebahagiaan, tanpa merasakan tawa, tanpa merasakan kasih sayang. Namun, ingat seorang Laura pernah merasakan semua itu, namun segalanya lenyap seiring berjalannya waktu.

-The End-

13 Januari 2016.

A/N : Akhirnya cerita ini ending *tebar bunga* Makasih buat para Readers yang silent maupun yang aktif vote dan comment. Aku tahu cerita ini masih memiliki banyak dan banyak kesalahan. Maaf jika ada salah dan tidak puas dengan hasilnya. Cerita ini miliku kutulis berdasarkan ide dan moodku. Maaf :) kesalahan penulisan miliku dan dunia imajinasi dalam cerita ini milik kalian!

Laura MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang