02 : Baik-baik Saja (?)

193 23 9
                                        

Asik malah next ke part 2
Vote + comment + share = berpahala
Diingetin doang
Yaudah, lanjut baca

---

Mulutmu pandai berbohong, tapi kau lupa mata tak dapat diajak kompromi akan itu.

~ ♡ ~

"Kita akan bertemu minggu depan dengan diskusi kelas untuk bab tiga dari buku novel hari ini sebelum kelas mulai dan jangan lupa selesaikan review-nya juga," tutup Olive, guru muda yang mengajar bahasa Indonesia di SMA Angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita akan bertemu minggu depan dengan diskusi kelas untuk bab tiga dari buku novel hari ini sebelum kelas mulai dan jangan lupa selesaikan review-nya juga," tutup Olive, guru muda yang mengajar bahasa Indonesia di SMA Angkasa.

Guru itu menutup kelas dengan baik dan mendapatkan reaksi berbeda dari para murid. Mereka ada yang terbebani dengan PR dan ada pula yang selalu menunggu tugas seperti ini setiap pekan.

"Sumpah, gue suka banget sama bu Olive. Akhirnya, Nat, ada tuntutan baca novel juga akhirnya. Menurut lo gimana?" tanya Viana dengan kegirangan. "Hello, apa gue ngomong sendiri aja?"

Nata tertarik dari lamunannya. Ia menoleh dan tersenyum penuh rasa bersalah. "Sorry, gue cuma kepikiran sesuatu."

"Sesuatu?" Satu alis Viana terangkat.

"Gue mikirin Bagas--"

"Shit! Kenapa pagi gue udah harus dengar nama dia?" potong Viana, melipat tangan dan melempar punggung ke sandaran kursi dengan sedikit kasar.

"Karena lo yang duluan nanya," balas Nata, simple.

Viana menghela napas dengan sabar. "Apa lagi? Bagas kenapa lagi?"

"Dia dipanggil ke BK. Kayaknya ada yang laporin dia. Kemarin gue dituduh, padahal bukan gue," kata Nata.

"Emang bukan, 'kan gue yang lapor," timpal Viana dengan enteng. "Nggak, ya, Nat. Jangan natap gue kayak lo pengen ngamuk atau apapun itu. Gue udah nggak tahan sama lo dan gue berhak buat angkat suara soal lo yang diganggu sama Bagas."

"Vi, ini udah sering kita bahas ...."

"Bagas masih bisa gue tanganin kok. Nggak apa-apa. Serius," lanjut Viana dengan nada yang sedikit berlebihan. Mengikuti bagaimana Nata biasa menasehatinya.

"Gue juga udah tahu lo bakal ngomong apa." Viana berdiri dari duduknya. "Yuk, kantin aja!"

"Gimana cara lo laporin Bagas?"

"Dengar-dengar ada kantin baru tau yang dibuka," sahut Viana tanpa memperindah ucapan Nata.

"Lo ngintip pas gue disuruh ngepel sama Bagas?"

"Katanya ada menu martabak mini."

"Lo ngerekam Bagas terus dilaporin ke BK?"

"Kalo minumnya--"

"Vi, gue nanya!"

Hening. Mendadak tidak ada dialog lagi di antara mereka. Sebenanrnya bukan hanya Nata dan Viana, anak-anak lain di kelas IPA 1 juga jadi berhenti dengan kegiatan mereka masing-masing.

NAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang