04 : Nata dan Segala Cara Berpandangnya

144 16 7
                                    

Makasih ya buat kalian yang udah bertahan baca sampai bab 4 ini.

Yup, seperti biasa mari mengingat tentang vote, comment juga share.

Okey, selamat membaca

---

Aku tidak peduli dengan pandangan orang lain karena mataku dapat memandang hal yang tidak mereka jangkau.

~ ♡ ~

Bagas baru saja selesai mandi ketika ia mendengar suara pintu kamarnya terketuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas baru saja selesai mandi ketika ia mendengar suara pintu kamarnya terketuk. Cowok itu menghampiri dan membuka pintu. Ia kaget melihat siapa yang kini tengah berdiri di depannya.

"Ngapain lo ke sini?" ketusnya langsung. Tidak ada sapaan ramah sama sekali.

Nata sebisa mungkin menggerakkan kedua ujung bibir ke atas. Warna pink Iiptint gadis itu turut menyapa dengan hangat. Matanya yang dilengkapi dengan eyeliner menatap lurus ke arah Bagas. Kedua tangannya terulur ke depan. Menyerahkan satu buku pada Bagas.

"Tugas yang kemarin lo minta kerjain udah selesai," kata Nata.

Bagas melirik bukunya dan merebut itu dengan agak kasar. "Ini bisa lo kasih pas sekolah atau ke bibi. Gue nggak suka lo sentuh pintu kamar gue."

"Tadi bibi lagi sibuk masak di dapur. Makanya gue yang bawa ini sendiri ke sini." Nata menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

"Gue nggak suka liat muka lo di hari libur," sarkas Bagas lalu menutup pintu kamarnya dengan cara dibanting.

Nata memejamkan mata. Ia bisa merasakan kecepatan angin meningkat ketika Bagas menutup pintu di hadapannya. Sikap cowok itu memang kasar, keterlaluan, dan Nata selalu bisa memakluminya.

Bukannya tersinggung atau merasa sedih, Nata malah semakin mengembangkan senyumnya. "Bagas pasti pengen istirahat pas gue datang. Makanya, dia agak nggak mood."

Hiburan Nata pada dirinya sendiri terdengar sedikit menyedihkan. Semua bisa tahu kalau itu bukan mood buruk biasa karena keseharian Bagas terhadap Nata seperti tadi. Selalu tidak hangat. 

Kini, gadis itu menunduk dan menatap benda yang baru saja ia keluarkan dari saku hoodie-nya. Dompet kulit berwarna cokelat milik Bagas, belum sempat ia kembalikan.

Pagi tadi saat di minimarket, ia melihat benda itu jatuh di dalam sana. Tapi, Bagas sudah terlanjur pergi. Siangnya, baru ia kemari sekalian mengembalikan buku cowok itu. Sayangnya, tetap tak diberi respon yang baik.

Nata menghela napas. Ia harus lebih bersabar. Dompet ini masih bisa ia titipkan ke bi Ayu. ART yang bekerja di rumah Bagas. Wanita paruh baya yang sikap ramahnya bisa begitu kelewatan.

Selain menaruh dompet di saku hoodie, Nata juga membawa sticky note dan satu pulpen. Ini adalah sedikit kebiasaannya. Gadis itu lantas menulis dan menempelnya di pintu kamar Bagas.

NAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang