19 : Luka yang Terungkap

107 9 3
                                    

Selamat hari Sabtu!!!

Jangan lupa buat vote + comment + share cerita NAGAS ini yaa

Ingin ngomong apa ke Nata?

Bagas?

Kenzie, mungkin?

Atau Viana?

Selamat membaca!

---

Untuk banyak hal yang telah dilewati, kenapa lukaku yang selalu terlewat olehmu?

~ ♡ ~

"Gue tunggu di luar aja, ya," kata Nata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue tunggu di luar aja, ya," kata Nata.

"Kenapa nggak ikut masuk?"

"Menurut lo gue harus ikut masuk?"

"Nggak."

Nata menghela napas pelan ketika pintu kamar pasien baru saja ditutup oleh Bagas. Bisa ditebak bagaimana akhir dari percakapan mereka. Yah, seperti inilah. Bagas yang pergi dan Nata yang tetap di tempat. Paling yang dikatakan cowok itu barusan hanya sebuah kekeliruan.

Keputusan Nata bulat menunggu di koridor. Tapi, matanya malah menangkap keberadaan sesosok pria yang tengah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Spontan Nata berdiri dari posisi duduk.

"Pa-Papa?"

"Ngapain kamu di sini?" Antoni membalas dingin. Wajahnya menunjukkan rasa keberatan.

"Nata ke sini karena ...."

Ucapan gadis itu tak berlanjut setelah Antoni mengintip ke dalam kamar pasien. Melihat adanya orang lain di kamar Elena selain dokter atau suster. Kemudian, air muka papanya tampak jauh lebih buruk.

"Papa, sakit!" ringis Nata begitu lengannya ditarik paksa oleh Antoni.

Karena di lantai ini rata-rata penghuninya adalah pasien VIP, maka tak sembarang orang akan berlalu lalang. Tak ada yang menyaksikan mereka, termasuk peristiwa seret-menyeret ini.

Tubuh Nata dihempas ke dinding tangga darurat. Membuat bibir gadis itu mengeluarkan rintihan sekali lagi. Antoni ini pandai, dia sengaja membawa Nata ke ruang tangga darurat, tempat sepi dan tentu saja aman untuknya sendiri.

"Kenapa kamu bawa anak nakal itu ke sini?!"

Nata dapat melihat pelototan Antoni. Sorot tajam yang seolah selalu siap menusuknya berkali-kali. "Hei, jawab!"

"Akh! Sakit, Pa," keluh Nata saat rambut bagian belakang kepalanya dijambak. Sehingga, mau tak mau kepalanya jadi mendongak ke atas.

"Kenapa kamu bawa Bagas ke sini?!"

NAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang