01 : Amukan

350 30 25
                                    

Tahu cerita NAGAS dari mana nih?
Jangan lupa dukung ya, vote + comment + share = berpahala
Kenapa?
Karena membahagiakan author-nim lah! Kalau ga dikasih ... ih masa ga ngasih sih?

Pertama kali publish : 31 Januari 2023

---

Dia berpikir menggenggammu kuat, tapi kau sendiri tidak pernah merasa tersentuh.

~ ♡ ~

"Anjing lo, Nata!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing lo, Nata!"

Makian itu melayang dengan bebas ke dalam ruang UKS. Tanpa filter sama sekali. Hanya ada satu siswi yakni Nata di dalam ruangan itu ketika Viana baru saja tiba.

Nata dengan wajah yang selalu penuh polesan pun up pun tidak bisa menahan kepala menolehnya, sehingga menatap ke arah pintu UKS sekarang. "Nggak sakit teriak gitu, Vi? Kan gue lima langkah doang nih dari lo."

"Kenapa jadi cemasin gue? Harusnya, lo tuh yang cemasin diri sendiri! Lagian, ditelepon dari tadi nggak angkat! Pas nelpon balik langsung bilang lagi luka!" Viana masuk dan langsung menarik tangan Nata yang baru hendak diobati. Ada lecet yang cukup kentara di siku temannya itu.

"Tunggu gue di sini," kata Viana.

"Eh, mau kemana?" tahan Nata dengan panik. Ia seperti bisa tahu isi kepala Viana.

"Mau push-up di lapangan," jawab Viana.

"Siang-siang gini? Nggak panas? Aneh banget mendadak pengen olahraga," heran Nata.

"Ya emang panas, Nat!" kesal Viana atas balasan Nata. "Gue pengen ke Bagas buat hajar dia! Lagian lo udah tau pasti, kenapa pake nanya segala?!"

"Jangan, Vi!" Nata kembali menahan dengan mencekal tangan Viana. "Mending lo bantu gue obatin luka gue."

Viana menghempas tangan Nata. "Kenapa nggak minta Bagas aja? Kan dia yang udah buat lo luka!"

Ini sulit. Nata harus ekstra hati-hati menghadapi Viana yang sabarnya setipis sel kulit mati di wajah.

"Vi ...," lirih Nata, memperdengarkan suara agak manja. "Gue nggak apa-apa kok. Nggak usah, ya?"

Viana melihat Nata mulai mengerjapkan mata. Menunjukkan ekspresi menggemaskan untuk membujuk dan meredakan amarah Viana.

Melihat Nata, Viana langsung berteriak histeris sambil mengacak rambut. "ARGH!"

Kalau sudah begitu, artinya Viana telah tenang. Nata berhasil menahannya sekali lagi.

"Kapan, sih, lo ngelawan, Nat? Nggak kasihan sama badan lo yang luka lagi?" gemas Viana.

"Udah biasa itu, Vi," timpal Nata dengan santai.

NAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang