28 : Seruan Hati

55 5 1
                                        

Hampir seminggu, nggak, sih?

Yah, belakangan lagi sibuk di realita. Semoga kalian tetap nungguin NAGAS, ya?

Selamat membaca!

Eh, jangan lupa vote dan comment tentu saja hehehe

---

Kenapa kira-kira begitu sulit mengimplementasikan seruan dalam hati? Apa karena gengsi?

~ ♡ ~

Nata bangun lebih pagi daripada biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nata bangun lebih pagi daripada biasanya. Selain karena ini adalah hari pertama di pekan yang baru, gadis itu harus mempersiapkan diri jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kenapa? Karena sebentar lagi jawabannya akan hadir ketika dia membuka pagar rumah.


"Lama, ya, nunggunya? Maaf," ucap Nata.

"Nggak kok. Baru juga selesai," balas Bagas yang kini menyodorkan sesuatu kepada Nata. "Dipake helm-nya."

Gadis itu menerima pemberian Bagas sambil mengulum bibir. Diam-diam ia menarik senyum senang.

"Btw, nggak papa emang?" tanya Bagas tiba-tiba.

"Apanya? Helm? Nggak papa kok, gue bisa pake helm kayak gini."

"Bukan. Bukan itu maksud gue. Tapi, lo. Lo nggak papa hari ini masuk sekolah?"

Nata akhirnya menangkap maksud Bagas. Saat memandang cowok itu, tampak dengan jelas bagaimana raut cemas Bagas yang Nata begitu rindukan. Di sisi lain, ia senang karena dikhawatirkan, tapi di sisi berbeda ia kurang senang kalau Bagas terlalu menunjukkan rasa cemasnya yang terkesan mengasihani dirinya.

"Nggak papa. Udah, yuk, pergi sekarang! Daripada nanti telat," ucap Nata, mempercepat kepergian mereka karena tidak ingin meluaskan pembicaraan tersebut.

Berkat duduk-duduk santai mereka di balkon Nata kala itu, Nata akhirnya mendapatkan tawaran melalui chat semalam agar pergi ke sekolah bersama Bagas. Akhirnya, setelah sekian lama, Nata bisa merasakan hal ini lagi bersama Bagas.

Akhirnya.

Sebelum berangkat, Bagas sengaja mengatur kaca spion motornya. Sengaja mengarah ke jok belakang. Di dalam perjalanan tersebut juga Bagas kerap kali mencuri pandang sambil diam-diam bergumam di dalam hati.

Hari ini dia pake makeup. Semuanya berhasil ditutup. Seolah nggak terjadi apa-apa kemarin.

"Kenapa liat-liat?" Nata akhirnya menangkap basah Bagas. Meski tidak ketus seperti bagaimana Bagas biasanya bicara padanya, Nata tetap menunjukkan kerutan pada dahi.

NAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang