“P-Papa! Leo bohong! Atha gak lakuin itu!”
“Dasar bocah gak tau diri! Leo udah bela-belain kamu, tapi kamu malah bilang kayak gitu?!”
Bocah laki-laki itu menunduk, ia mengepalkan tangannya, matanya berembun, ia menggigit bibirnya sambil menggeleng.
Pria tinggi itu membanting tubuh kecil Atharya yang sudah dibumbui memar, ia mencekiknya dengan kuat, “Kamu udah bawa Ibu kamu mati kemarin! Dan sekarang, kamu mau nyelakain Leo?! Kamu harusnya bersyukur karena kami mau menerimamu! Kamu udah keterlaluan, sekarang kamu mati!”
Cekikan itu semakin kuat, Atharya benar-benar tak bisa bernapas, wajahnya memucat dengan mulut yang terbuka, berusaha meraup udara walau sedikit.
Alka, laki-laki itu menusuk mulut Atharya menggunakan sebuah tongkat kayu, ia menjejalkan tongkat itu dengan paksa.
Air mata Atharya sudah tak bisa dibendung lagi, ia menangis, tak ada harapan hidup untuknya lagi sekarang.
Ekor matanya melirik Leo yang tengah didekap oleh kakak keduanya, Arka. Anak itu terlihat menangis melihatnya disiksa seperti itu.
Atharya tertawa dalam hati, mengumpati Leo, dan menertawakan diri sendiri. Kalah oleh orang asing, benar-benar memalukan.
Kini, ajalnya sudah dekat. Tubuhnya benar-benar mati rasa. Matanya semakin berat, darah juga dimana-mana.
“A-arkh..”
Orang yang kehabisan napas itu, menghembuskan napas terakhirnya. Suaranya berdecit, tubuhnya juga terbaring kaku.
Arka terkejut, ia mendorong Ayah dan kakak pertamanya untuk menjauh dari tubuh Atharya, ia menekan nadi anak itu dengan wajah yang pucat.
Tak percaya dengan apa yang ia dapat, Arka menepuk-nepuk pipi tirus itu, “A-Atha ... bangun, bangun! Papa! Abang! Kalian berdua benar-benar brengsek! Kalian membunuhnya! Dasar pembunuh!”
Alka terkekeh, “apa? Kau mengatai kami pembunuh? Bukankah dia juga sama saja? Kau juga, kau juga sama, Arka. Membiarkannya mati seperti barusan, sama saja kau juga membunuhnya.”
Arka menggeleng, ia terus saja menepuk-nepuk pipi Atharya. Air matanya mengalir, “A-Atha ... Maaf, maafin kakak ... Bangun, kakak mohon bangun..”
“Dia sudah mati, bukankah ini bagus, Arka? Kenapa kamu malah menangisinya?”
“Dasar brengsek! Mati kalian!”
Arka mengeluarkan sebuah revolver dari pakaiannya, ia menodongkan senjata api itu pada keluarganya sendiri. Wajahnya kini memerah dengan air mata yang terus saja keluar, terisak, merutuki kebodohannya yang hanya bisa diam kala adik kandungnya sendiri harus mati di tangan keluarganya.
Alka, laki-laki itu mengeryit tajam, “Apa yang kau—”
DORRR!
PRANG!
Arka menembak Alka bersamaan dengan dirinya melempari vas bunga pada Naradipta. Membiarkan mereka terluka, dengan darah yang berceceran dimana-mana.
“Mati kalian!” pekiknya, ia memandangi penjaga yang akan membawa kedua tuannya, “kalian jangan ikut campur! Sekarang aku yang berkuasa di sini!”
Arka melirik Leo yang tengah memandangi dirinya itu, “kau ... Bawa anak ini pergi ke ruang bawah tanah!” para penjaga itu kini bergerak menyeret Leo pergi, meninggalkan Arka yang tengah terduduk dengan Atharya yang berada di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atharya: Reborn as an Outcast.
RandomAtharya Fredrika. Seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus SMA, harus mati setelah ia mengamuk karena Novel cringe yang ia baca. Atharya Gabriel Naradipta, seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun, anak ke-3 dari tiga bersaudara, anak...