BRAK!
“Atharya!”
Suara dobrakan pintu yang disusul oleh suara teriakan membuat Andrean dan Atharya kaget, Andrean berdiri dengan waspada, menyembunyikan Atharya dibelakang tubuhnya.
“Atharya ... Ya ampun ...”
“...”
“Tuan ... Naradipta?”
“Ah ... Hai, Andre ...” Naradipta menyapa Andrean dengan canggung. Pria dewasa itu berlari menghampiri Atharya, “kenapa ini terjadi lagi ...”
“Seorang perempuan menyiram—melemparkan air panas padanya, dan dia ... Ya ...”
“Kau mengetahuinya!” sentak Atharya. Anak itu menghempas lengan Andrean yang tengah menutup lukanya. “Kenapa Kau mengatakan itu?!”
Andrean menghela napas, “Atharya ... Jangan lupakan aku dokter SMA elit ini ... Semuanya yang terjadi pada warganya, aku tahu. Selalu ada laporan dari siapapun. Dan untuk kejadian yang menimpamu ...”
“Katakan siapa yang melakukan ini!” suara bariton yang dikeluarkan Naradipta membuat Andrean merinding. Namun Atharya tidak menggubris, anak itu sepertinya marah.
“Kau mengatakan semua ini pada dirinya, 'kan?” Atharya melirik Andrean, sedangkan Naradipta, pria dewasa itu menatap Atharya dengan pandangan sayu.
“Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu? Aku Papa mu, sudah jelas aku akan tahu apa yang terjadi padamu, Nak.” jelasnya lirih.
Atharya acuh tak acuh, dia terdiam mendapati Naradipta menjawab seperti itu.
“Dia anakmu, Tuan?” tanya Andre.
Naradipta mengangguk, “dia bungsu keluarga kami, dia permata kami.” lengan kekar itu menjulur, berniat untuk merangkul tubuh ringkih yang terluka.
“T-Tuan, dia terluka, jangan gegabah.”
Naradipta menghela napas pelan. Lengannya jatuh ke bawah, “kenapa kamu pergi tanpa berpamitan seperti itu? Kamu tahu? Papa khawatir padamu ...”
Atharya terdiam, dia sama sekali tidak mengindahkan ucapan Naradipta. Namun, napasnya terlihat memburu, itu membuat Naradipta menggertakkan giginya. Anak yang dia jaga, dan terima, ternyata masih menganggap dirinya asing.
“Bagaimana lukanya?”
Andrean menghela napas, "lukanya cukup parah. Sebaiknya Atharya di bawa ke rumah sakit saja, saya sudah melakukan pertolongan pertama tadi.” balasnya.
“Kau!”
“Ayo ke rumah sakit, kalau begitu!”
“Tidak! Aku tidak mau!” Atharya menolak dengan tegas, Naradipta tidak mungkin akan menyeret dirinya, sedangkan dia sedang terluka seperti ini.
“Kalau begitu pulang saja, ya? Tidak mungkin kamu di sekolah dalam keadaan seperti ini. Dan sepertinya, lebih baik untukmu untuk pindah sekolah saja? Kamu sudah dua kali mendapatkan perlakuan buruk seperti ini, tidak ada lain kali, atau selanjutnya.”
Atharya terdiam. Kali ini dia setuju dengan pendapat Naradipta, “ya ... Aku setuju.”
Naradipta tersenyum puas, dia hampir memeluk Atharya, jika saja Andrean tidak menghentikannya.
“Aku akan memanggil seseorang untuk membawa kursi roda. Akan sulit berjalan dengan luka seperti itu di tubuhmu.”
Atharya bungkam, itu benar. Sebenarnya, untuk bergerak saja sulit, karena ia takut perban di tubuhnya akan terlepas. “Tapi, jangan ke rumah sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Atharya: Reborn as an Outcast.
De TodoAtharya Fredrika. Seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus SMA, harus mati setelah ia mengamuk karena Novel cringe yang ia baca. Atharya Gabriel Naradipta, seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun, anak ke-3 dari tiga bersaudara, anak...